Jakarta (ANTARA News) Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore melemah ke posisi Rp14.683 per dolar AS terimbas sentimen negatif isu perang dagang.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova di Jakarta, mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah cenderung terpengaruh sentimen yang berasal dari eksternal, terutama isu perang dagang yang kembali muncul.

"Minat pelaku pasar pada aset mata uang beresiko cenderung memudar karena ancaman tarif pajak Amerika Serikat kepada Tiongkok," ujarnya.

Ia menambahkan sentimen mengenai kenaikan suku bunga the Fed juga masih menjadi perhatian investor. Pelaku pasar memproyeksikan ada kenaikan suku bunga pada September mendatang.

"Naiknya suku bunga the Fed akan membuat investasi di Amerika Serikat menjadi lebih menarik sehingga memicu perpindahan dana ke negara itu," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya juga relatif negatif. Pelaku pasar uang di dalam negeri dibayangi sentimen mengenai difist neraca transaksi berjalan.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa Presiden Trump juga mengancam akan keluar dari World Trade Organization (WTO).

"Ancaman-ancaman Trump ini membuat investor mulai mengambil posisi jual aset investasinya dan membuat mata uang dolar AS menguat terhadap hampir semua mata uang kuat dunia," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (31/8), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.711 dibanding sebelumnya (30/8) di posisi Rp14.655 per dolar AS.