Asian Games 2018
Tim basket putra Korsel-Iran lakoni ulangan final 2014
29 Agustus 2018 19:31 WIB
Pebasket Korea Selatan Ricardo Preston Ratliffe mengamankan bola rebound dalam laga penyisihan Grup A Asian Games 2018 melawan Mongolia Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018). (INASGOC/ROCKY PADILA)
Jakarta (ANTARA News) - Rangkaian pertandingan bola basket putra Asian Games 2018 telah memasuki fase semifinal yang seluruhnya digelar di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (30/8).
Salah satu laga semifinal, yang mempertemukan Korea Selatan dan Iran, tak ubahnya sebuah ulangan laga final edisi 2014 di Incheon, Korsel. Kala itu, tampil di hadapan publiknya sendiri, Korsel berhasil menumbangkan Iran 79-77, yang statusnya lebih diunggulkan, demi meraih medali emas basket putra Asian Games keempat mereka setelah 1970, 1982 dan 2002.
Kali ini, Korsel berada di posisi yang terbalik dibandingkan Iran, status juara bertahan dan penampilan klinis di fase penyisihan Grup A, membuat mereka bisa jadi lebih diunggulkan.
Kendati hanya menyisakan dua penggawa dari roster juara 2014, yakni Park Chan-hee dan Heo Il-young, Korsel mendapat suntikan tenaga baru lewat kehadiran pemain naturalisasi kelahiran Amerika Serikat, Ricardo Ratliffe, yang menjelma menjadi salah satu pilar penting mereka sepanjang penampilan Asian Games 2018 sejauh ini.
Hingga saat ini, Ratliffe memimpin statistik poin dan rebound Asian Games 2018, dengan total 100 poin atau rata-rata 25 poin per laga serta rata-rata 13,3 rebound per laga.
Ratliffe hampir selalu menjadi topik pembicaraan utama tiap lawan-lawan yang sudah dihadapi dan dikalahkan Korsel.
Pelatih tim putra Indonesia Fictor Roring, misalnya, menyebut kehadiran Ratliffe di tim Korsel membuat ia serba salah untuk menerapkan segala strategi demi menghentikannya.
"Sangat sulit melawan Korea dengan adanya Ratliffe itu, dia membuat segalanya serba salah buat kita," katanya usai Indonesia hancur lebur 65-104 di tangan Korsel dalam laga pembuka kedua tim.
Namun, Ratliffe bukanlah satu-satunya faktor pencapaian Korsel di Asian Games 2018. Sebab barisan penembak jitu tripoin juga menjadi salah satu kekuatan utama Korsel di turnamen kali ini.
Jeon Jun-beom dan Heo Il-young saat ini memimpin statistik tripoin masing-masing sudah menceploskan 16 dan 15 kali dengan rataan 4 tripoin per laga dan 3,8 tripoin per laga.
Baca juga: Hasil perempat final basket putra, semua tim juara grup melaju
Hadirnya Ratliffe di paint area tentu saja menyedot konsentrasi pertahanan lawan, yang berimbas pada cukup longgarnya penjagaan di area tripoin.
Hal itu juga diakui Pelatih Iran, Mehran Shahintab, yang menyebut bahwa pada dasarnya Korsel adalah tim kuat yang kekuatannya kian bertambah seiring kehadiran Ratliffe.
"Korsel tim yang kuat, ditambah lagi kehadiran pemain Amerika mereka. Mereka juga punya barisan penembak yang jitu, banyak yang harus diwaspasdai," kata Shahintab saat ditanya mengenai strateginya menghadapi semifinal.
"Tapi di luar itu, kami berusaha untuk memperkuat pertahanan, memperbaiki koordinasi di dalam tim serta berkonsentrasi penuh mencetak angka," ujarnya menambahkan.
Shahintab tentu saja punya modal yang tak bisa diremehkan yang bisa memperkuat pertahanan mereka sekaligus membatasi kekeluasaan Ratliffe, yakni Hamed Ehdadi.
Ehdadi memiliki bekal postur tubuh dan pengalaman menghadapi pemain-pemain kelas dunia berkat kariernya di Liga Bola Basket Amerika Serikat (NBA) pada 2008-2013.
Hanya saja, boleh jadi faktor usia akan menjadi pembeda terutama dalam hal stamina sepanjang laga antara Ehdadi dan Ratliffe. Ehdadi saat ini sudah berusia 33 tahun, sedangkan Ratliffe 29 tahun.
Soal stamina dan kebugaran juga tak hanya mengancam Ehdadi, mengingat Iran hingga saat ini baru melantai dua kali di Asian Games 2018, dibandingkan Korsel yang sudah melakoni empat pertandingan.
Kepaduan bermain menjadi salah satu aspek yang dipengaruhi berapa banyak sebuah tim sudah tampil dalam satu turnamen sebelum bertemu satu sama lain.
Dan kepaduan bermain bisa saja menjadi kunci penentu tim yang memenangi pertandingan, selain tentu saja siapa yang bisa mencetak lebih banyak angka.
Baca juga: Suriah tantang Filipina perebutkan peringkat kelima basket putra
Salah satu laga semifinal, yang mempertemukan Korea Selatan dan Iran, tak ubahnya sebuah ulangan laga final edisi 2014 di Incheon, Korsel. Kala itu, tampil di hadapan publiknya sendiri, Korsel berhasil menumbangkan Iran 79-77, yang statusnya lebih diunggulkan, demi meraih medali emas basket putra Asian Games keempat mereka setelah 1970, 1982 dan 2002.
Kali ini, Korsel berada di posisi yang terbalik dibandingkan Iran, status juara bertahan dan penampilan klinis di fase penyisihan Grup A, membuat mereka bisa jadi lebih diunggulkan.
Kendati hanya menyisakan dua penggawa dari roster juara 2014, yakni Park Chan-hee dan Heo Il-young, Korsel mendapat suntikan tenaga baru lewat kehadiran pemain naturalisasi kelahiran Amerika Serikat, Ricardo Ratliffe, yang menjelma menjadi salah satu pilar penting mereka sepanjang penampilan Asian Games 2018 sejauh ini.
Hingga saat ini, Ratliffe memimpin statistik poin dan rebound Asian Games 2018, dengan total 100 poin atau rata-rata 25 poin per laga serta rata-rata 13,3 rebound per laga.
Ratliffe hampir selalu menjadi topik pembicaraan utama tiap lawan-lawan yang sudah dihadapi dan dikalahkan Korsel.
Pelatih tim putra Indonesia Fictor Roring, misalnya, menyebut kehadiran Ratliffe di tim Korsel membuat ia serba salah untuk menerapkan segala strategi demi menghentikannya.
"Sangat sulit melawan Korea dengan adanya Ratliffe itu, dia membuat segalanya serba salah buat kita," katanya usai Indonesia hancur lebur 65-104 di tangan Korsel dalam laga pembuka kedua tim.
Namun, Ratliffe bukanlah satu-satunya faktor pencapaian Korsel di Asian Games 2018. Sebab barisan penembak jitu tripoin juga menjadi salah satu kekuatan utama Korsel di turnamen kali ini.
Jeon Jun-beom dan Heo Il-young saat ini memimpin statistik tripoin masing-masing sudah menceploskan 16 dan 15 kali dengan rataan 4 tripoin per laga dan 3,8 tripoin per laga.
Baca juga: Hasil perempat final basket putra, semua tim juara grup melaju
Hadirnya Ratliffe di paint area tentu saja menyedot konsentrasi pertahanan lawan, yang berimbas pada cukup longgarnya penjagaan di area tripoin.
Hal itu juga diakui Pelatih Iran, Mehran Shahintab, yang menyebut bahwa pada dasarnya Korsel adalah tim kuat yang kekuatannya kian bertambah seiring kehadiran Ratliffe.
"Korsel tim yang kuat, ditambah lagi kehadiran pemain Amerika mereka. Mereka juga punya barisan penembak yang jitu, banyak yang harus diwaspasdai," kata Shahintab saat ditanya mengenai strateginya menghadapi semifinal.
"Tapi di luar itu, kami berusaha untuk memperkuat pertahanan, memperbaiki koordinasi di dalam tim serta berkonsentrasi penuh mencetak angka," ujarnya menambahkan.
Shahintab tentu saja punya modal yang tak bisa diremehkan yang bisa memperkuat pertahanan mereka sekaligus membatasi kekeluasaan Ratliffe, yakni Hamed Ehdadi.
Ehdadi memiliki bekal postur tubuh dan pengalaman menghadapi pemain-pemain kelas dunia berkat kariernya di Liga Bola Basket Amerika Serikat (NBA) pada 2008-2013.
Hanya saja, boleh jadi faktor usia akan menjadi pembeda terutama dalam hal stamina sepanjang laga antara Ehdadi dan Ratliffe. Ehdadi saat ini sudah berusia 33 tahun, sedangkan Ratliffe 29 tahun.
Soal stamina dan kebugaran juga tak hanya mengancam Ehdadi, mengingat Iran hingga saat ini baru melantai dua kali di Asian Games 2018, dibandingkan Korsel yang sudah melakoni empat pertandingan.
Kepaduan bermain menjadi salah satu aspek yang dipengaruhi berapa banyak sebuah tim sudah tampil dalam satu turnamen sebelum bertemu satu sama lain.
Dan kepaduan bermain bisa saja menjadi kunci penentu tim yang memenangi pertandingan, selain tentu saja siapa yang bisa mencetak lebih banyak angka.
Baca juga: Suriah tantang Filipina perebutkan peringkat kelima basket putra
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: