Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengirimkan sebanyak 400 insinyur muda yang merupakan CPNS ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi setelah gempa di wilayah tersebut.

"Mereka akan dilatih 1-2 hari mengenai rumah tahan gempa yakni Risha (rumah instan sederhana sehat) yang merupakan hasil inovasi Balitbang Kementerian PUPR sebelum disebar ke berbagai lokasi di NTB khususnya Pulau Lombok," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut Basuki, di Lombok pada saat ini sudah ada aplikator yang akan mengajarkan cara membuat dan merakit Risha serta sudah ada rumah contoh yang dibangun serta cetakan beton modularnya.

Menteri PUPR memaparkan, dalam melakukan pendampingan, nantinya akan dibentuk tim fasilitator yang terdiri dari 9-10 orang yang bertanggung jawab untuk pendampingan rehabilitasi rekonstruksi (rehab rekon) 100-150 rumah.

Namun, karena banyaknya jumlah dan luasnya sebaran rumah yang rusak membutuhkan tenaga fasilitator yang banyak pula. Diperkirakan kebutuhan tenaga pendamping untuk perbaikan sekitar 74 ribu unit rumah diperlukan sebanyak 2.000 tenaga fasilitator.

Oleh karena itu, Kementerian PUPR juga mengajak keterlibatan mahasiswa teknik PTN/PTS untuk menjadi bagian dari tim fasilitator sebagai bagian dari kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa dalam mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

Sebagaimana diwartakan, Kementerian PUPR menyatakan sedang mencari banyak orang yang bersedia menjadi sukarelawan pendamping bagi para warga untuk merekonstruksi rumah yang rusak pascagempa di Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya.

"Kami sangat memerlukan khususnya mahasiswa-mahasiswa teknik untuk menjadi pendamping fasilitator," kata Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga dalan acara diskusi "Rekonstruksi Fasilitas Dasar Pascagempa Lombok 2018" di Kemkominfo, Jakarta, Senin (27/8).

Menurut Danis, data terkait jumlah rumah yang rusak pascagempa juga terus diverifikasi, seperti semula data awal ada sekitar 70 ribu rumah yang rusak, tetapi data tersebut saat ini ternyata jumlahnya bertambah hingga sekitar 115 ribu unit.

Ia memaparkan bahwa tugas Kementerian PUPR adalah mendampingi warga agar rumah yang dibangun kembali dapat dipertanggungjawabkan secara teknis bila terjadi gempa lagi pada masa mendatang.

Pada tahap awal, ujar dia, pihaknya sudah melakukan pelatihan tetapi karena yang dihadapi cukup besar sehingga memerlukan waktu seperti untuk merekrut fasilitator guna mendampingi tim PUPR kepada warga yang membangun rumahnya.

Dirjen Cipta Karya juga mengingatkan bahwa ditemui kebanyakan rumah yang roboh karena tidak memenuhi kaidah struktur yang baik seperti ada rumah yang tidak memiliki tiang atau besi tulangan.*



Baca juga: Dicari sukarelawan pendamping rekonstruksi rumah pascagempa Lombok

Baca juga: Korban gempa Lombok peroleh moratorium cicilan KPR