Asian Games 2018
Pelatih kurash: hasil drwaing kurang menguntungkan tuan rumah
29 Agustus 2018 15:35 WIB
Atlet kurash Indonesia Susanti Rr Tri Kusumawardani (bawah) melakukan serangan pada atlet kurash India Pincky Balhara (atas) saat bertanding pada babak perempat final putri -52kg Asian Games 2018 di Assembly Hall JCC Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018). (ANTARA FOTO/INASGOC/Talchah Hamid)
Jakarta (ANTARA News) - Hasil drawing atlet yang berlaga di cabang olahraga beladiri kurash dinilai kurang menguntungkan Indonesia karena pada babak awal penyisihan langsung bertemu dengan atlet dari negara- negara kuat.
Pelatih Kurash Indonesia Deni Zulpendri di Jakarta, Rabu, mengatakan, kurash merupakan olahraga beladiri yang berasal dari Uzbekistan dan sudah lama berkembang khususnya di kawasan Asia Tengah , namun di Asian Games 2018, baru bertama kali dipertandingkan.
Di Asian Games ini, atlet-atlet Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat karena di babak penyisihan langsung bertemu atlet-atlet dari negara kawasan Asia Tengah yang selama ini memang merajai cabang olahraga kurash.
Misalnya saja pada hari pertama, atlet Indonesia diawal babak penyisihan pada hari pertama Aprilianda Adhi Timur (66 Kg) menghadapi Gaybulloev dari Uzbekistan, Hendi Ahdiat menghadapi Salem Muhammad Gamal dari Yaman.
Namun ia mengatakan hasil drawing tersebut tidak perlu disesali, karena mau tidak mau atlet Indonesia harus siap menghadapi siapapun lawan yang akan dihadapi demi mewujudkan tekad meraih medali di Asian Games 2018.
Olahraga Kurash, lanjut dia, memang masih tergolong baru berkembang di Indonesia, berbeda halnya dengan negara-negara di kawasan Asia Tengah seperti Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, Kyrgistan, dan Kazakhstan.
"Memang masih butuh waktu agar kurash benar-benar dikuasai. Di Asian Games sendiri baru pertama kali kurash dipertandingkan," kata mantan atlet judo asal Sumatera Utara itu.
Pelatih Kurash Indonesia Deni Zulpendri di Jakarta, Rabu, mengatakan, kurash merupakan olahraga beladiri yang berasal dari Uzbekistan dan sudah lama berkembang khususnya di kawasan Asia Tengah , namun di Asian Games 2018, baru bertama kali dipertandingkan.
Di Asian Games ini, atlet-atlet Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat karena di babak penyisihan langsung bertemu atlet-atlet dari negara kawasan Asia Tengah yang selama ini memang merajai cabang olahraga kurash.
Misalnya saja pada hari pertama, atlet Indonesia diawal babak penyisihan pada hari pertama Aprilianda Adhi Timur (66 Kg) menghadapi Gaybulloev dari Uzbekistan, Hendi Ahdiat menghadapi Salem Muhammad Gamal dari Yaman.
Namun ia mengatakan hasil drawing tersebut tidak perlu disesali, karena mau tidak mau atlet Indonesia harus siap menghadapi siapapun lawan yang akan dihadapi demi mewujudkan tekad meraih medali di Asian Games 2018.
Olahraga Kurash, lanjut dia, memang masih tergolong baru berkembang di Indonesia, berbeda halnya dengan negara-negara di kawasan Asia Tengah seperti Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, Kyrgistan, dan Kazakhstan.
"Memang masih butuh waktu agar kurash benar-benar dikuasai. Di Asian Games sendiri baru pertama kali kurash dipertandingkan," kata mantan atlet judo asal Sumatera Utara itu.
Pewarta: Juraidi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: