Sandiaga inginkan pilpres yang menghargai perbedaan pilihan
27 Agustus 2018 23:24 WIB
Bakal calon Wakil Presiden Sandiaga Uno (kedua kanan) didampingi pemilik workshop pembuatan piano dan gitar rumahan Sri Aksan Sjuman atau Wong Aksan (kanan) mendapat penjelasan dari pembuat piano Franky (kiri) ketika mengunjungi Sjuman Instruments, di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (17/8/2018). Dalam kunjungannya Sandiaga berharap UMKM musik milik Wong Aksan kedepannya dapat membantu meningkatkan ekspor dalam bidang alat musik. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Jakarta (ANTARA News) - Bakal Calon Wakil Presiden RI pasangan Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno menginginkan pemilihan presiden yang sejuk, damai, menjunjung tinggi martabat serta menghargai perbedaan pilihan.
Hal tersebut terkait dengan adanya penolakan segelintir orang di beberapa wilayah untuk deklarasi #2019gantipresiden.
"Menghargai juga keluhuran dari nilai-nilai yang kita miliki dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Jadi kita ingin semuanya sejuk dan kita ingin memberikan ruang, kalau memang `nggak boleh yah ngapain berdemokrasi`," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Senin.
Sandiaga menyatakan pihaknya sudah berkomitmen untuk menjunjung tinggi demokrasi.
"Sekarang bagaimana membuat satu prosesi pilpres yang sejuk, damai, koordinasi dengan pihak aparat supaya tidak ada gesekan di bawah," katanya.
"Masyarakat sama-sama menangkap bahwa ini adalah pesta demokrasi bukan perang demokrasi, tapi pesta demokrasi yang perlu kita selebrasi untuk menghasilkan nanti pilihan yang terbaik di 2019," kata Sandiaga.
Sementara itu, adanya pihak-pihak yang keberatan terhadap perlakuan aparat, Sandiaga tidak mengomentarinya.
"Saya nggak mau memperuncing perdebatan ini, tapi menurut saya kita harus bijak. Kalau memang legal dan konstitusional dan demokratis yah tentunya harus diberi ruang, tapi kalau misalnya menimbulkan perdebatan di akar rumput dan memicu pertikaian yah kita duduklah sama-sama, kita cari solusinya seperti apa," kata Sandiaga.
Mengenai adanya pernyataan bahwa #2019gantipresiden dikaitkan dengan dirinya, Sandiaga membantah karena sebelum mendampingi Prabowo, aksi #2019gantipresiden sudah muncul.
Baca juga: DPRD DKI bacakan pemberhentian Sandiaga Uno dari jabatan Wagub DKI
Baca juga: Soal Sandiaga Uno berhenti dan hindari penyalahgunaan anggaran
Hal tersebut terkait dengan adanya penolakan segelintir orang di beberapa wilayah untuk deklarasi #2019gantipresiden.
"Menghargai juga keluhuran dari nilai-nilai yang kita miliki dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Jadi kita ingin semuanya sejuk dan kita ingin memberikan ruang, kalau memang `nggak boleh yah ngapain berdemokrasi`," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Senin.
Sandiaga menyatakan pihaknya sudah berkomitmen untuk menjunjung tinggi demokrasi.
"Sekarang bagaimana membuat satu prosesi pilpres yang sejuk, damai, koordinasi dengan pihak aparat supaya tidak ada gesekan di bawah," katanya.
"Masyarakat sama-sama menangkap bahwa ini adalah pesta demokrasi bukan perang demokrasi, tapi pesta demokrasi yang perlu kita selebrasi untuk menghasilkan nanti pilihan yang terbaik di 2019," kata Sandiaga.
Sementara itu, adanya pihak-pihak yang keberatan terhadap perlakuan aparat, Sandiaga tidak mengomentarinya.
"Saya nggak mau memperuncing perdebatan ini, tapi menurut saya kita harus bijak. Kalau memang legal dan konstitusional dan demokratis yah tentunya harus diberi ruang, tapi kalau misalnya menimbulkan perdebatan di akar rumput dan memicu pertikaian yah kita duduklah sama-sama, kita cari solusinya seperti apa," kata Sandiaga.
Mengenai adanya pernyataan bahwa #2019gantipresiden dikaitkan dengan dirinya, Sandiaga membantah karena sebelum mendampingi Prabowo, aksi #2019gantipresiden sudah muncul.
Baca juga: DPRD DKI bacakan pemberhentian Sandiaga Uno dari jabatan Wagub DKI
Baca juga: Soal Sandiaga Uno berhenti dan hindari penyalahgunaan anggaran
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: