Jakarta (ANTARA News) -“Bermain sambil tersenyum membuat saya lebih plong dan bermain tanpa beban”

Viktorius Rafael Tolang, atlet bola tangan putra Indonesia selalu menjadi sorotan bagi tim-tim lainnya saat Indonesia bertanding.

Lemparannya ke gawang Lawang hampir tidak pernah meleset. Dalam setiap pertandingan kurang lebih 8 sampai 10 gol berhasil dilesatkan ke gawang lawan.

Viktor terlihat begitu garang di tengah lapangan, namun saat berada di luar lapangan dan berhadapan dengan fansnya dirinya selalu tersipu malu.

Di tengah lapangan Viktor nama panggilannya itu selalu tersenyum ketika bermain melawan tim dari negara mana saja.

Setiap kali ia memegang bola saat pertandingan dan kemudian memasukannya ke gawang lawan wajahnya selalu tersenyum puas. Sementara itu ketika ia membuat kesalahan kembali dari wajahnya terpancar senyuman manis.

Beberapa fansnya dari Indonesia Sarah misalnya mengaku selalu menonton Viktor bertanding saat Indonesia bertanding melawan tim dari negara lain.

“Senyumannya manis. Biar hitam tapi hitam manis,” ungkap Sarah.

Bahkan saat membuat kesalahan seperti salah umpan, atau tidak mampu menembus pertahanan lawan pria berkulit hitam manis itu juga tetap tersenyum.

“Bermain sambil tersenyum sudah menjadi ciri khas saya. Dari dulu memang seperti ini,” katanya.

Di antara teman-teman setimnya Viktor dinilai sebagai atlet bola tangan yang tak banyak berbicara. Saat berkumpul dengan rekan-rekannya, ia selalu diam kecuali saat ditanya.

“Kalau di dalam kamar juga ia diam saja, tidak seperti teman-teman lainnya,” kata Ilyas teman setimnya.

Pria kelahiran 26 Februari 1994 itu mengaku dengan bermain sambil tersenyum akan membuatnya lebih tenang dalam bermain, bermain tanpa tekanan dan lebih plong.

Viktor lahir di Krayen Sentosa, provinsi Kalimantan Timur. Kedua orang tuanya sebenarnya berasal dari Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. Lahir dan besar di Kalimantan Timur membuatnya terpilih menjadi salah satu atlet bola tangan.

Ia diperkenalkan bola tangan oleh seorang pelatih bola tangan pada tahun 2014. Saat itu dirinya lebih suka bermain bola voli. Bola tangan baginya adalah olahraga yang belum ia kenal.

Usai diperkenalkan tentang olahraga itu, iapun mulai tertarik dan berusaha mempelajari olahraga yang membutuhkan teknik, kecepatan dan kekuatan fisik itu.

“Saya berusaha bertahan untuk berlatih bermain bola tangan selama 4 tahun,” ungkapnya.

Selama empat tahun itu banyak godaan yang datang sehingga dia ingin berhenti dan keluar dari bola tangan. Namun berkat bantuan dari teman-teman setimnya niatnya untuk berhenti menjadi atlet bola tangan tertahankan.

Bertahannya dia di bola tangan membuahkan hasil. Iapun untuk pertama kali dipilih untuk mengikuti Kejuaraan Bola Tangan Nasional Junior di Jakarta tahun 2014 dan berhasil menempati juara 3. Usai dari Jakarta ia terpilih kembali mengikuti Internasional Handball Federation (IHF) di Johor Malaysia pada johor baru 2014 dan juara 3.

Kesempatan berikutnya saat Kejurnas Semarang 2015 dan berhasil menempati juara 1. Sementara pada PON Jawa Barat 2016 ia kembali membawa timnya juara 3, kemudian saat Kejurnas 2017 Jakarta kembali menjadi juara 3. Dan yang terakhir adalah menjuarai turnamen Pop Ice di Bogor pada tahun 2017.

“Berbagai juara itu merupakan anugerah dari Tuhan untuk saya,” katanya.



Kehidupan Keluarga

Viktor adalah anak yang lahir dari keluarga kurang mampu. Orang tuanya hanya seorang petani yang berpindah ke Kalimantan Timur dari Kabupaten Alor NTT pada tahun 1988 saat ada program transmigrasi.

Viktor juga anak ketiga dari empat bersaudara. Terpilihnya dia menjadi atlet Asian Games 2018 merupakan sebuah pengalaman yang tak akan pernah dilupakannya. Apalagi saat ini dia terus mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya.

Atlet yang selalu menjadi pencetak gol terbanyak ini juga diakui oleh pelatihnya Yoon Tae Il adalah atlet bola tangan yang hebat.

Di usianya yang baru mencapai 20an tahun kata Yoon Tae Il Viktor dapat menjadi atlet bola tangan masa depan Indonesia, mengingat fisik dan staminanya kuat dan selalu ditakuti oleh lawan-lawannya

Pujian-pujian tidak hanya datang dari pelatih Indonesia. Pelatih timnas bola tangan putra Pakistan Muhammad Suhaib juga mengakui kehebatan dari atlet asal NTT tersebut.

“Saat bertemu kami, ada satu atlet yang menjadi perhatian saya, yakni bernomor punggung 12. Saya yakin dia akan menjadi pemain hebat kelak,” tuturnya.

Satu hal yang menjadi mimpinya adalah kelak dirinya bisa memperkenalkan cabang olahraga bola tangan ini ke masyarakat NTT, karena memang hingga saat ini hampir sebagian masyarakat di provinsi berbasis kepulauan itu belum terlalu mengenal olahraga itu.

“Saat ini saya masih menjadi atlet. Kelak jika sudah pensiun ingin sekali memperkenalkan cabor ini ke masyarakat NTT. Ya walaupun sulit tapi perlu dong dicoba,” katanya.