Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan jasa penyedia informasi dan riset, PT Infovesta Utama menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate/7DRR) berdampak negatif pada reksadana pendapatan tetap.

Manajemen Infovesta Utama dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin mengemukakan bahwa kenaikkan suku bunga acuan berimbas pada reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap yang pengalokasiannya minimal 80 persen pada efek utang atau instrumen obligasi.

"Instrumen obligasi harganya tertekan sebagai dampak dari kebijakan yang ditempuh BI pada suku bunga acuan," paparnya.

Pada 15 Agustus 2018, Bank Indonesia memutuskan BI 7-Day Reverse Repo Rate naik 25 bps Menjadi 5,50 persen dalam rangka menjaga stabilitas, memperkuat ketahanan ekonomi.

Ia menambahkan meskipun sepanjang tahun ini (year to date/ytd) kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin pada Infovesta Fixed Income Fund Index mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen dibandingkan pekan sebelumnya, namun secara month on month (mom) kinerja indeks itu terkoreksi sebesar 0,55 persen.

Selain itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah juga merupakan sinyal rawan bagi reksadana pendapatan tetap. Pelemahan rupiah juga menekan lebih besar obligasi.

"Sentimen tersebut dapat mengurangi minat investor asing untuk melakukan investasi pada obligasi dan membuat harga obligasi akhirnya dapat terkoreksi," katanya. Baca juga: Masih ada harapan penguatan rupiah dari Rp14.600/dolar



Baca juga: Obligasi domestik picu penguatan rupiah ke Rp14.566
Baca juga: Pemerintah serap dana Rp5,17 triliun dari lelang sukuk