Sukoharjo, 27/8 (ANTARA News) - Perajin berbagai jenis cinderamata asal Bekonan, Kabupaten Sukoharjo, pada musim hajatan tahun ini kebanjiran pesanan dari berbagai daerah di Jawa, maupun luar Jawa, lewat transaksi online.

Seorang perajin Afifah Tri Murwiyani (33) warga Mojosari Bekonang Karanganyar, Jawa Tengah, Senin, mengatakan pada musim hajatan tiga bulan terakhir ini, pesanan hasil produksinya terus meningkat, sebagai kenang-kenangan dalam acara pernikahan atau lainnya.

Afifah menjelaskan cinderamata produksinya cukup beragam tergantung pada permintaan pemesan. Tetapi yang sedang diminati orang sekarang ini adalah bros atau anting hijab, hiasan handuk, dan aksesoris lainnya.

Menurut dia, banyaknya pesanan cinderamata tersebut datang dari berbagai daerah seperti Solo dan sekitarnya Jateng, Jatim, Kalimantan, Jawa Barat, dan Papua. Pelanggan mengetahui barang cinderamata buatannya melalui online.

"Kami menerima pesanan rata-rata 1.000 hingga 1.500 buah setiap kali pesan," kata Afifah yang mengaku lulusan Sarjana Pertanian UNS pada 2008 itu.

Ia menekuni membuat cinderamata tersebut sejak 2012 yang berawal dari sering mengumpulkan barang dari hajatan. Ia kemudian mencoba membuat sendiri ternyata bisa dan kemudian ditekuni hingga sekarang.

Jika banyak menerima order, Afifah sering dibantu oleh komunitasnya yang juga pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk bisa memenuhi pelanggannya.

"Soal harga, kami jamin lebih murah dan terjangkau mulai dari Rp2.000 hingga Rp100 ribu per buah," katanya.

Bahkan, Afifah mengaku dengan membuat barang-barang aksesoris harus mengembangkan ide dan kreativitas yang sedang ngetren, sehingga pelanggan atau masyarakat tertarik untuk membeli barang produknya.

Menyinggung kemampuan produksi, kata dia, relatif karena UMKM untuk kerajinan seperti cinderamata di Solo dan sekitarnya memiliki komunitas. Mereka sering mengadakan pertemuan untuk saling berbagi pengalaman dan membantu jika ada yang kebanjiran order.

"Omzet penjualan dari kerajinan cinderamata ini rata-rata mencapai Rp7 juta per bulan," katanya.