Jakarta (ANTARA News) - Meski sudah mengoleksi beragam medali emas dari sejumlah kejuraaan bergengsi dunia seperti Olimpiade, kejuaraan dunia hingga All England, namun Liliyana Natsir belum pernah mencicipi emas dari ajang Asian Games.

Prestasi terbaik Liliyana atau sering dipanggil Butet di ajang pesta olah raga terbesar bangsa-bangsa se-Asia adalah meraih medali perak di Asian Games 2014 Incheon setelah kalah dari pasangan China Zhang Nang/Zhao Yun Lei.

Ia pun menyadari jika impian untuk mengoleksi emas Asian Games harus melayang setelah kalah di babak semifinal Asian Games 2018. Lagi-lagi, ia yang berpasangan dengan Tontowi Ahmad harus mengakui keunggulan ganda campuran China. Kali ini, pasangan unggulan pertama Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong 13-21, 18-21.

“Ini Asian Games terakhir saya karena sudah tidak mungkin jika tampil empat tahun lagi. Setidaknya, saya masih bisa menghibur diri karena bisa meraih medali perunggu,” kata pemain kelahiran 9 September 1985 itu.

Ia pun tidak bisa menutupi rasa kecewa karena tidak mampu meraih medali emas di kesempatan terakhir tersebut.

“Saya juga minta maaf karena tidak dapat memenuhi target meraih emas dari nomor ganda campuran pada Asian Games tahun ini,” katanya.

Sejak awal pertandingan, pasangan Indonesia yang ditempatkan sebagai unggulan ketiga tersebut tidak mampu mengembangkan permainan dan hampir tidak berkutik menghadapi tekanan lawan.

Meski sempat menyamakan kedudukan menjadi 7-7, namun Owi/Butet harus mengakui keunggulan ganda campuran China Zheng/Huang yang baru saja tampil sebagai juara dunia dan kini menempati peringkat satu dunia.

Kondisi serupa juga terjadi di gim kedua. Perolehan angka kedua pasangan pun saling susul-menyusul dengan selisih angka tidak lebih dari dua poin hingga kedudukan 13-15 untuk keunggungan Zheng/Huang.

Meskipun Owi/Butet sempat menunda dua kali “match point”, namun pasangan asal China dapat membukukan tiket ke final setelah smash Zheng yang kuat tidak mampu dikembalikan oleh pasangan Indonesia.

Baca juga: Owi/Butet kehilangan tiket ke final

“Memang hasilnya kurang memuaskan. Tetapi kami sudah berupaya tampil semaksimal mungkin. Pasangan China memang bermain baik. Kami akui, kami kalah ‘power’ dan ‘speed’,” kata Butet.

Butet yang disebut-sebut sebagai salah satu pemain ganda campuran terbaik di dunia tersebut sudah mengawali karir profesionalnya sejak berusia 18 tahun.

Di awal karirnya, ia dipasangkan dengan Nova Widianto. Prestasi yang ditorehkan ganda campuran tersebut juga tidak boleh dipandang sebelah mata. Pasangan tersebut tampil dua kali sebagai juara dunia dan pernah menduduki peringkat satu dunia.

Sejak sembilan tahun lalu, ia pun berpasangan dengan pemain yang berusia lebih muda yaitu Tontowi Ahmad.

Berbagai prestasi pun ditorehkan Butet meski dipasangkan dengan pemain yang lebih muda, di antaranya juara All England tiga kali berturut-turut sejak 2012 hingga 2014 dan merebut emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

Dan sejak meraih emas Olimpiade, Butet sempat menyampaikan keinginannya untuk menggantung raket. Namun, keinginan tersebut ditunda karena kepiawaiannya dibutuhkan untuk bisa mendukung kontingen Indonesia meraih emas di ajang Asian Games 2018. Apalagi, ia akan bermain di rumah sendiri dengan dukungan penuh dari suporter tanah air.

Jika Butet benar-benar gantung raket, maka bulu tangkis Indonesia akan sangat kehilangan. Apalagi, belum ada sosok pemain yang memiliki kualitas layaknya Butet untuk dipasangkan dengan Tontowi.

PBSI selaku organisasi yang menaungi olah raga bulu tangkis pun belum memberikan pernyataan resmi atas niat Liliyana untuk gantung raket.

Di daftar peringkat dunia BWF, Tontowi/Liliyana kini bertengger di peringkat tiga dunia. Sedangkan pasangan lain dari Indonesia adalah Hafiz Faizal/Gloria Emanuella Widjaja berada di peringkat delapan dunia.

Namun, Faizal/Gloria tidak diturunkan di Asian Games. Pasangan ganda campuran yang justri diturunkan di Asian Games 2018 adalah Ricky Karandasuwardi/Debby Susanto. Namun, langkah pasangan tersebut terhenti di babak 16 besar.

Baca juga: Tontowi/Liliyana: Menang Asian Games mimpi yang belum tercapai