Bogor (ANTARA News) - Tim Medis Asian Games 2018 menuai apresiasi, karena siap sedia bertindak cepat dalam memberikan pertolongan pertama kepada atlet yang cedera atau mengalami kecelakaan.

Manajer Pertandingan Cabang Olahraga Palarayang, Wahyu Yudha, di Bogor, Jawa Barat, Sabtu mengatakan, di cabang olahraga Paralayang juga memiliki Tim Rescue dan Tim Medis yang beegerak cepat dalam memberikan pertolongan pertama kepada atlet.

"Cabang olahraga Paralayang sudah menyiakan tim medis dan tim resque sejak hari pertama pertandingan hingga hari akhir," kata Wahyu.

Kemampuan tim resque (penyelamatan) dan tim medis yang cepat dan sigap dalam memberikan pertolongan pertama kepada atlet Afganistan dan China yang mengalami cidera usai melakukan pertandingan pada tanggal 22 Agustus 2018 lalu.

Atlet Afganistan, Lida Hozoori mengalami 'stall' atau kehilangan daya angkut parasut saat laga final nomor Ketepatan Mendarat.

Stall terjadi ketika atlet kebanyakan 'break' atau mengere, saat hendak mendarat, sehingga payung atau parasut yang digunakan mengalami stall.

Ketika payung kehilangan daya angkutnya, menyebabkan pendarat secara keras, atlet Afganistan terjatuh dari ketinggian kurang lebih 10 meter.

"Lida mengalami fraktur sehingga harus dirujuk ke RSPAD," katanya.

Evakuasi atlet Afganistan dilakukan secara cepat menggunakan helikopter Basarnas, hal ini berdasarkan pertimbangan tim medis, memilih untuk merujuk ke RSPAD.

Sementara itu, atlet China, bernama Jianwei Wang juga mengalami kejadian serupa, yakni payugnya atau parasutnya kehilangan daya angkit, akibat kebanyakan mengerem.

"Atlet China sudah dibawa ke negaranya untuk dilakukan operasi,"

Wahyu mengatakan, tim medis dan rescue Paralayang yang ditugaskan selama Asian Games telah menerapkan standar yang baik dalam reaksi cepat pertolongan sejak hari pertama.

Tugas tim reshcue adalah melakukan evakuasi tehadap atlet yang mengalami kecelakaan. Ia mengatakan, pada nomor Lintas Alam, atlet bisa mendarat di mana saja, sehingga tim medis di sebar kesejumlah arena.

Khusus paralayang merupakan cabang olahraga ekstrim yang punya resiko tinggi mengalami kecelakaan. Sehingga panitia telah menyiapakan tim medis dan tim rescue untuk memberikan pertolongan pertama kecelakaan.

"Kita punya tim rescue dan medis yang kuat di cabang olahraga. Tim bekerja secara cepat dan sigap, terbukti saat evakuasi menggunakan helikopter," katanya.

Pelayanan kesehatan oleh tim medis dari Jawa Barat dan Kemeterian kesehatan, selain itu Tim rescue melibatkan Badan SAR Nasional (Basarnas) serta relawan dari panitia. Total ada sekitar 70 orang petugas.

Wahyu mengatakan helikopter Basarnas akan disiagakan terus di arena Paralayang, sampai pertandingan berakhir.

"Keberadaan tim medis dan rescue ini wajib dan mandatori, khususnya di Asian Games," katanya.

Wahyu menambahkan, penanganan pertama pada kecelakaan yang begitu cepat dan sigap dilakukan tim medis kepada atlet, memudahkan pemulihan bagi pada atlet yang mengalami kecelakaan.

"Karena tindakan yang dilakukan tim medis, menyelamatkan mental atlet terlebih dahulu, seperti saat jatuh, atlet shock,mbisa menyebabkan pingsan, dan denyut nadi rendah, dilakukan penanganan pertama dulu yang dilakukan dengan cepat," kata Wahyu.