Jakarta (ANTARA News) - Bendera kebangsaan Indonesia, Merah Putih, belum berkibar di arena cabang olahraga gulat Asian Games 2018 yang berlangsung 19-22 Agustus di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Timnas gulat Indonesia yang turun di seluruh kelas belum mampu berbuat banyak, bahkan tak ada satu pun yang lolos ke babak final perebutan medali emas.
Selama empat hari pelaksanaan, 18 atlet tuan rumah yang terdiri dari 12 putra dan enam putri hanya bisa duduk di tribun menyaksikan kompetitornya bertanding meraih yang terbaik.
Di hari pertama, Minggu (19/8), dipertandingkan lima nomor "freestyle" gaya bebas putra di lima kelas, yakni Eko Roni Saputra di 57 kg yang langkahnya harus terhenti di babak perempat final setelah dikalahkan pegulat asal China Minghu Liu.
Pegulat asal Kalimantan Timur itu sebenarnya sempat membuat peluang Indonesia meraih medali terbuka usai mengalahkan Fernando Charles asal Sri Lanka di babak perdelapan final.
Pertandingan lainnya, yakni di kelas 97 kg Ronald Lumban Touran juga harus mengakui keunggulan Jaegang Kim asal Korea Selatan, termasuk di kelas 74 kg, Rizki Darmawan yang kalah saat berhadapan dengan Abdul Ghafar Qaderi di babak kualifikasi.
Di hari sama, pada kelas 65 kg putra, Ardiansyah Darmansyah juga kalah dari Batyr Borjakov asal Turkmenistan di perdelapan final, begitu juga yang dialami Fahriansyah di kelas 86 kg yang tak berkutik menghadapi ketangguhan pegulat Iran Hassan Yazdanicharati di babak perdelapan final.
Pada hari kedua pertandingan, kekalahan juga dialami pegulat Indonesia Dimas Septo Anugraha di kelas 125 kg usai di babak perdelapan final kalah aras Davit Modzmanashvili asal Uzbekistan.
Nasib sama juga dialami empat atlet putri Indonesia yang tampil di nomor gaya bebas putri, masing-masing Dewi Ulfah di kelas 53 kg kalah saat melawan Ti Ha Phuong Pham (Vietnam) di babak perdelapan final, kemudian Mutiara Ayuningtias yang berlaga di kelas 57 kg harus mengakui keunggulan Nabira Esenbaeva asal Uzbekistan.
Berikutnya, Dewi Atiya takluk dari Ayaulym Kassymova (Kazakhstan) di kelas 62 kg, serta Eka Setiawati yang tinggal selangkah masuk zona medali dihentikan Yuki Irie (Jepang) pada babak perempat final kelas 50 kg.
Hari ketiga, pegulat putri Indonesia Desi Sinta yang turun di kelas 68 kg harus mengakui keunggulan Wenling Chen asal Chinese Taipei, serta Ridha Wahdaniyaty Ridwan yang di kelas 76 kg langsung kalah di babak perdelapan final saat menghadapi Aiperi Medetkyzy asal Kyrgyzstan.
Di nomor grego putra juga demikian, dua pegulat Indonesia Muhammad Aliansyah dan Hasan Sidik yang turun di kelas 67 kg dan 60 kg gagal menyumbang medali.
Asa meraih emas sebenarnya sempat terbuka saat Aliansyah menang di babak perdelapan final usai mengalahkan Myong Chol Kim asal Korea Utara, tapi di babak perempat final menghadapi Zhang Gaoquan asal China, ia harus mengakui keunggulan lawannya.
Sedangkan, Hasan Sidik yang di pertarungan babak perdelapan final kalah melawan Shinobu Ota asal Jepang, sempat masuk di babak "repechage" untuk memperebutkan medali perunggu, tapi pegulat asal Jawa Timur itu kembali menelan kekalahan yang kali ini harus dipaksa mengakui keunggulan Mehrdad Mardani asal Iran.
Begitu juga pada hari terakhir, empat atlet Indonesia yang turun di gaya grego putra gagal, yakni di kelas 77 kg, Andika Sulaeman kalah di babak perdelapan final saat menghadapi Bilan Nalgiev asal Uzbekistan, di kelas 87 kg, Lulut Gilang Saputra yang seharusnya melawan Samat Shirdakov asal Kyrgyzstan di babak perdelapan final gagal bertanding akibat berat badannya kurang dari ketentuan di kelasnya.
Di kelas 97 kg, Ashar Ramadhani harus mengakui Ali Akbar Heidari asal Iran, begitu juga di kelas 130 kg, Papang Ramadhani yang memulai pertarungan dari babak perempat final kalah atas Nurmakhan Tinaliyev asal Kazakhstan.
Papang sebenarnya juga sempat membuat asa Indonesia meraih medali perunggu terjaga setelah ia mendapat kesempatan masuk babak "repechage", tapi melawan Arata Sonoda, ia kalah hanya dalam waktu 52 detik.
Evaluasi
Pelatih Timnas Gulat Indonesia, Zulhaidir, mengaku tak bisa menyalahkan anak asuhnya gagal menyumbang medali, sebab sudah berbuat dan berjuang yang terbaik untuk negara.
"Secara kualitas memang kalah dan kami akui itu. Lawan-lawan yang dihadapi anak-anak adalah atlet olimpiade, bahkan beberapa yang memang juara di kelasnya," ujarnya.
Selaku pelatih, ia menyerahkan sepenuhnya kepada manajemen atau organisasi gulat Indonesia, Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI), tentang bagaimana membawa olahraga ini menjadi lebih baik ke depannya.
Pelatih yang juga legenda gulat Indonesia asal Kalimantan Selatan tersebut berharap dilakukan terobosan-terobosan baru dari pengurus untuk memajukan gulat, seperti sarana prasarana maupun kejuaraan-kejuaraan atau turnamen.
Menurut dia, jarangnya kesempatan bermain di turnamen nasional maupun internasional menjadi salah satu faktor kurang berprestasinya pegulat-pegulat Indonesia di Asian Games, khususnya tahun ini.
"Jam terbang dan pengalaman sangat dibutuhkan oleh atlet. Mereka harus sering bertanding untuk mengasah kemampuan, sekaligus memperkuat mental serta kepercayaan diri," kata pelatih yang semasa menjadi atlet sering meraih medali emas PON untuk Kalsel itu.
Hal senada diakui salah seoang atlet gulat Indonesia, Fakhriansyah, yang mengaku sangat kesulitan di atas matras karena kalah jam terbang serta pengalaman bertanding.
"Pengalaman bertanding dan jam terbang sangat penting bagi kami. Berbeda dengan lawan-lawan kami di Asian Games yang mayoritas selalu ikut kejuaraan internasional. Apalagi lawan yang kami hadapi juara-juara dunia dan olimpiade," katanya.
Fakhri yang pada Asian Games 2018 turun di nomor gaya bebas kelas 86 kg itu berharap atlet-atlet Indonesia bisa sering ikut kejuaraan, baik tingkat nasional maupun internasional sehingga memperkaya pengalaman.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PGSI, Gusti Randa mengakui pihaknya akan melakukan evaluasi terkait hasil di Asian Games 2018, termasuk mengumpulkan statistika dari rekaman dan data pertandingan.
Jam terbang, kata dia, memang sangat penting dan berharga bagi atlet dan ke depan pengurus akan lebih fokus untuk mengejar prestasi dan mengikutkannya di kejuaraan-kejuaraan nasional maupun internasional.
"Khusus di Asian Games kali ini, kami memang tidak memiliki target khusus. Atlet-atlet sudah berbuat yang terbaik. Dan paling penting yang saya lihat saat mereka bertanding adalah saat masuk matras, mentalnya kurang. Mungkin karena kurangnya jam terbang itu tadi," kata artis tahun 1990-an tersebut.
Iran Juara Umum
Juara umum di cabang olahraga gulat adalah Tim Nasional Iran yang atletnya sukses meraih delapan keping medali, yakni lima medali emas dan tiga medali perunggu.
Di bawah Iran, enam negara sama-sama berbagi dua medali emas, yakni China, Mongolia, Uzbekistan, Korea Utara, Korea Selatan serta India.
Bedanya, di medali perak China berkuasa dengan memiliki tiga keping dan satu medali perunggu, disusul Mongolia dengan satu perak dan tiga perunggu, begitu juga dengan Uzbekistan yang perolehan medalinya sama dengan Mongolia.
Selanjutnya Korea Utara berada di urutan kelima karena koleksi medali peraknya berjumlah satu ditambah dua perunggu, lalu Korea Selatan memiliki enam perunggu dan tak satupun perak, serta India dengan satu perunggunya.
Di peringkat berikutnya dihuni Jepang yang sukses menggondol satu emas, tiga perak dan enam perunggu, lalu diikuti Kazakhstan empat perak dan enam perunggu, Kyrgyzstan empat perak dan empat perunggu, Libanon dengan satu perak serta Turkmenistan dengan satu perunggu.
Total dari 30 negara yang menerjunkan 255 atlet di cabang olahraga gulat, 12 negara di antaranya sukses membawa pulang medali yang disediakan, yakni 18 medali emas, 18 medali perak dan 36 medali perunggu.
Rinciannya, enam emas, enam perak dan 12 perunggu dari gaya bebas putra, kemudian enam emas, enam perak dan 12 perunggu gaya greco roman putra dan enam emas, enam perak dan 12 perunggu gaya bebas putri.
Asian Games 2018
Merah Putih belum berkibar di arena gulat
23 Agustus 2018 18:52 WIB
Pegulat Indonesia Andika Sulaeman (merah) saat bertanding di babak perdelapan final menghadapi Bilan Nalgiev asal Uzbekistan di Assembly Hall, JCC Jakarta, Rabu (22/8). (Foto Fiqih Arfani)
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: