Info haji
Laporan dari Mekkah - 21 haji meninggal di Mina
22 Agustus 2018 20:52 WIB
Suasana Posko Kesehatan Haji Indonesia di Mina, Arab Saudi, di sela pelaksanaan jumrah Tasyrik I, Rabu (22/8/2018) dengan pasien lebih lenggang dibanding saat jumrah Aqabah. (ANTARA/ Anom Prihantoro)
Mekkah (ANTARA News) - Sebanyak 21 haji Indonesia meninggal di Mina, selama prosesi mabit dan jumrah di kawasan itu pada musim haji 2018, merujuk data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Rabu, pukul 12.30 Waktu Arab Saudi.
Khusus untuk fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) tahun ini sebanyak 33 orang meninggal. Rincian itu Arafah tujuh jamaah meninggal, Muzdalifah lima orang dan Mina sebanyak 21 orang. Total jamaah meninggal di musim haji tahun ini hingga Rabu menjadi 125 orang dan bisa bertambah jika jamaah tidak mampu menjaga kebugarannya.
Mabit dan jumrah di kawasan Mina masih berlangsung hingga saat ini, yaitu pada 10-13 Dzulhijah atau 21-24 Agustus. Dua kegiatan itu salah satunya diisi dengan amalan melempar batu di hari Nahar (10 Dzulhijah) dan hari Tasyrik (11-13 Dzulhijah).
Penanggung Jawab Pos Kesehatan Haji Indonesia Muhammad Yanuar Fajar mengatakan jamaah di Mina sebagian besar mengalami gangguan kesehatan karena kelelahan dan dehidrasi.
Mina menjadi kawasan yang sangat rentan bagi jamaah haji karena fase ibadah ini tergolong menguras fisik, terutama bagi mereka yang memiliki kendala kesehatan dan sudah berusia lanjut.
Menurut Muhammad Yanuar Fajar, fase ibadah haji mabit di Mina yang diselingi dengan lempar jumrah di Jamarat tergolong melelahkan. Sebelum di Mina, mereka akan kurang istirahat setelah menjalani ibadah dan berbagai kegiatan di Madinah serta Mekkah, wukuf Arafah, mabit Muzdalifah dan lainnya.
Saat di Mina, kata dia, mereka harus jalan kaki pulang pergi rute Mina-Jamarat dengan total capaian jarak setidaknya lima kilometer ditambah kendala cuaca panas di Saudi saat terik. Jika jamaah mendapatkan tenda di Mina Jadid jarak tempuh Jamarat pulang pergi bisa lebih dari lima kilometer.
Berdasarkan pengamatan Antara saat jumrah Aqabah, di sepanjang jalan kawasan itu banyak jamaah dari berbagai negara bertumbangan karena berbagai gangguan kesehatan, terutama "heatstroke".
Beberapa dari mereka tidak sempat selamat karena banyak faktor, salah satunya jalur evakuasi terisi penuh oleh jamaah yang jumlahnya diperkirakan mencapai tiga juta lebih. Sementara jamaah yang sedang kesakitan itu membutuhkan pertolongan darurat yang cepat.
Yanuar mengatakan salah satu pos kesehatan di Mina yang melayani jamaah Indonesia sempat terisi penuh berjejal saat 10 Dzulhijah yang bertepatan dengan 21 Agustus.
Sebagian besar pasien adalah jamaah yang mengalami kendala kesehatan di tengah prosesi Jumrah Aqabah. Fase jumrah ini tergolong paling riskan banyak jamaah bertumbangan.
"Ada 30 tempat tidur untuk pasien di pos kesehatan kami, saat jumrah Aqabah sampai tidak muat dan beberapa terpaksa harus ditempatkan di lantai, sebagian dievakuasi ke tempat lain," kata dia.
Baca juga: Laporan dari Mekkah - KPHI soroti unit pertolongan untuk evakuasi Armuzna
Baca juga: Laporan dari Mekkah - 52 calhaj meninggal dunia karena jantung
Khusus untuk fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) tahun ini sebanyak 33 orang meninggal. Rincian itu Arafah tujuh jamaah meninggal, Muzdalifah lima orang dan Mina sebanyak 21 orang. Total jamaah meninggal di musim haji tahun ini hingga Rabu menjadi 125 orang dan bisa bertambah jika jamaah tidak mampu menjaga kebugarannya.
Mabit dan jumrah di kawasan Mina masih berlangsung hingga saat ini, yaitu pada 10-13 Dzulhijah atau 21-24 Agustus. Dua kegiatan itu salah satunya diisi dengan amalan melempar batu di hari Nahar (10 Dzulhijah) dan hari Tasyrik (11-13 Dzulhijah).
Penanggung Jawab Pos Kesehatan Haji Indonesia Muhammad Yanuar Fajar mengatakan jamaah di Mina sebagian besar mengalami gangguan kesehatan karena kelelahan dan dehidrasi.
Mina menjadi kawasan yang sangat rentan bagi jamaah haji karena fase ibadah ini tergolong menguras fisik, terutama bagi mereka yang memiliki kendala kesehatan dan sudah berusia lanjut.
Menurut Muhammad Yanuar Fajar, fase ibadah haji mabit di Mina yang diselingi dengan lempar jumrah di Jamarat tergolong melelahkan. Sebelum di Mina, mereka akan kurang istirahat setelah menjalani ibadah dan berbagai kegiatan di Madinah serta Mekkah, wukuf Arafah, mabit Muzdalifah dan lainnya.
Saat di Mina, kata dia, mereka harus jalan kaki pulang pergi rute Mina-Jamarat dengan total capaian jarak setidaknya lima kilometer ditambah kendala cuaca panas di Saudi saat terik. Jika jamaah mendapatkan tenda di Mina Jadid jarak tempuh Jamarat pulang pergi bisa lebih dari lima kilometer.
Berdasarkan pengamatan Antara saat jumrah Aqabah, di sepanjang jalan kawasan itu banyak jamaah dari berbagai negara bertumbangan karena berbagai gangguan kesehatan, terutama "heatstroke".
Beberapa dari mereka tidak sempat selamat karena banyak faktor, salah satunya jalur evakuasi terisi penuh oleh jamaah yang jumlahnya diperkirakan mencapai tiga juta lebih. Sementara jamaah yang sedang kesakitan itu membutuhkan pertolongan darurat yang cepat.
Yanuar mengatakan salah satu pos kesehatan di Mina yang melayani jamaah Indonesia sempat terisi penuh berjejal saat 10 Dzulhijah yang bertepatan dengan 21 Agustus.
Sebagian besar pasien adalah jamaah yang mengalami kendala kesehatan di tengah prosesi Jumrah Aqabah. Fase jumrah ini tergolong paling riskan banyak jamaah bertumbangan.
"Ada 30 tempat tidur untuk pasien di pos kesehatan kami, saat jumrah Aqabah sampai tidak muat dan beberapa terpaksa harus ditempatkan di lantai, sebagian dievakuasi ke tempat lain," kata dia.
Baca juga: Laporan dari Mekkah - KPHI soroti unit pertolongan untuk evakuasi Armuzna
Baca juga: Laporan dari Mekkah - 52 calhaj meninggal dunia karena jantung
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: