Jakarta (ANTARA News) - Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bidang Ekonomi, Industri, dan Bisnis Rizal Calvary Marimbo mengklaim banyak negara maju iri pada Indonesia meski tengah diributkan soal utang dan perekonomian.

Rizal, usai lawatan ke Rusia, Spanyol, Italia, Belgia, Prancis, dan Belanda belum lama ini, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, menyatakan setelah bertemu dan berbincang-bincang dengan banyak pejabat, diketahui pengusaha di Rusia dan Eropa banyak menyimpan rasa iri dalam pengertian positif pada Indonesia.

"Salah satunya, soal utang dan kemampuan ekonomi kita," katanya pula.

Dalam kunjungannya, Jubir PSI bersama sejumlah pengusaha muda asal Indonesia bertemu dengan sejumlah duta besar (Dubes) bersama sejumlah pengusaha muda (Hipmi) masing-masing Dubes untuk Rusia Wahid Supriyadi, Dubes untuk Prancis Hotmangaraja Panjaitan, dan Dubes untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja.

Selain itu, Rizal juga bertukar pikiran soal perang dagang dengan tiga atase perdagangan Indonesia dan pejabat Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di Eropa, yakni Atase Perdagangan untuk Italia Sumber Sinabutar, Atase Perdagangan di Barcelona Deden Muhammad Fajar Shiddiq, dan Atase Perdagangan untuk Prancis di Paris Megawati.

Rizal mengatakan, salah satu rasa iri itu karena tidak semua negara maju atau Eropa bisa masuk G20 seperti Indonesia. Meski ukuran ekonominya besar, rasio utang Indonesia atas Produk Domestik Bruto (PDB) terbilang sangat kecil.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB tercatat hanya 29,74 persen, sedangkan sejumlah negara maju dan Eropa, rasio utangnya sudah melampaui PDB-nya sendiri atau di atas 100 persen.

Tak hanya masuk G20, ekonomi Indonesia juga konsisten tumbuh di atas lima persen. Sementara itu negara-negara maju masih susah tumbuh sebesar itu.

"Italia, misalnya, memiliki tingkat pengangguran sangat tinggi. Hingga saat ini, Italia mempunyai utang sebesar 2.454 miliar dolar Amerika Serikat," ujar Rizal.

Saat ini, di G20, ekonomi Indonesia berdasarkan PDB bahkan masuk 10 besar, jauh meninggalkan Turki, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Argentina.

Tak hanya itu, Indonesia juga dinilai negara-negara tersebut merupakan debitur yang taat membayar utang. Bahkan, besaran cicilan yang telah dibayarkan sepanjang Presiden Joko Widodo menjabat hampir sama dengan besaran tambahan utangnya.

"Bandingkan dengan Turki yang terancam tidak mampu membayar utangnya dan saat ini minta di-bailout oleh Tiongkok," ujar dia.

Sekadar pembanding, rasio utang tertinggi atas PDB pernah terjadi di masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Nilai utang pemerintah saat itu sebesar Rp1.232,8 triliun. Rasio utang pada saat itu menjadi 88,7 persen terhadap PDB, sedangkan rasio utang saat Pemerintahan Joko Widodo hanya 29,74 persen atas PDB. Setelah masa kepemimpinan Gus Dur, rasio utang pemerintah atas PDB mengalami tren penurunan.

Rizal mengatakan, rata-rata negara G20 merupakan pengutang. Amerika Serikat misalnya telah mencetak rekor utang nasional tertinggi melampaui produk domestik bruto (PDB).

Jumlah utang Amerika Serikat mencapai 19.947 miliar dolar AS. Jepang sekitar 11.813 miliar dolar AS. Nilainya dua kali lipat dibandingkan PDB Jepang. Hal serupa dengan negara G20 lainnya seperti Rusia, Tiongkok, Turki, Argentina, dan Meksiko.

Bahkan Meksiko eksposure utangnya mencapai 70 persen, Inggris mencatatkan eksposure utangnya hampir 100 persen dari PDB.

Defisit anggaran Indonesia juga sangat kecil di antara negara-negara G20 dibandingkan dengan negara maju dan G20 lainnya seperti Amerika Serikat hampir 6,7 persen, Jepang 6,4 persen, Inggris 6,2 persen, dan Brazil 4,3 persen.

"Kita hanya sekitar dua persen. Tahun depan bahkan diperkirakan di bawah dua persen. Defisit ini kan rata-rata ditutup dengan taking new loan," kata Rizal pula.

Baca juga: Menkeu: Utang Indonesia terus mengalami tren penurunan