MDMC NTB: warga Sembalun merasa ditinggalkan relawan
22 Agustus 2018 13:32 WIB
Warga Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat mengajak anaknya bermain seusai mengikuti shalat Idul Adha 1439 H di lapangan Posko Pengungsian pada Rabu (22/08/2018). (ANTARA/Dewanto Samodro)
Mataram (ANTARA News) - Sekretaris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Nusa Tenggara Barat Yudhi Lestanata mengatakan warga Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur merasa ditinggalkan relawan ketika gempa besar kedua terjadi di Lombok dan sekitarnya.
"Karena mendapat kabar wilayah Kabupaten Lombok Utara terdampak lebih parah, hampir semua relawan kemudian pindah ke sana," kata Yudhi di Mataram, Rabu.
Yudhi mengakui hal itu juga dilakukan MDMC yang lebih berfokus pada bantuan medis dan penanganan psikososial. Jumlah relawan terbatas, sementara lebih banyak dikerahkan ke Lombok Utara.
"Akhirnya kami tetap berupaya melayani warga Sembalun dengan tim medis mobil," ujarnya.
Yudhi mengatakan masih ada warga terdampak gempa yang belum menerima bantuan. Salah satu kendala untuk mendistribusikan bantuan adalah akses jalan.
Beberapa warga terdampak juga tinggal di lokasi yang kurang strategis, bukan di akses jalan utama, sehingga tidak terlihat oleh relawan.
"Namun, kami berupaya maksimal membantu warga. Banyak permohonan bantuan masuk ke kami melalui berbagai saluran. Kami akan upayakan membantu bila memang memungkinkan," katanya.
Tercatat, ada empat gempa cukup besar yang menimbulkan dampak tidak sedikit di wilayah Lombok dan sekitarnya, yaitu 6,4 Skala Richter pada Minggu (29/7) disusul gempa 7 Skala Richter pada Minggu (5/8), 6,5 Skala Richter pada Minggu (19/8) siang dan 6,9 Skala Richter pada Minggu (19/8) malam).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 506 orang meninggal dunia akibat gempa. Selain itu, 431.416 orang mengungsi, 74.361 unit rumah rusak dan kerusakan lainnya. Kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai Rp7,7 triliun.
Baca juga: MDMC NTB: Relawan juga perlu penanganan psikososial
Baca juga: "Lebih baik roboh sekalian daripada cuma retak"
"Karena mendapat kabar wilayah Kabupaten Lombok Utara terdampak lebih parah, hampir semua relawan kemudian pindah ke sana," kata Yudhi di Mataram, Rabu.
Yudhi mengakui hal itu juga dilakukan MDMC yang lebih berfokus pada bantuan medis dan penanganan psikososial. Jumlah relawan terbatas, sementara lebih banyak dikerahkan ke Lombok Utara.
"Akhirnya kami tetap berupaya melayani warga Sembalun dengan tim medis mobil," ujarnya.
Yudhi mengatakan masih ada warga terdampak gempa yang belum menerima bantuan. Salah satu kendala untuk mendistribusikan bantuan adalah akses jalan.
Beberapa warga terdampak juga tinggal di lokasi yang kurang strategis, bukan di akses jalan utama, sehingga tidak terlihat oleh relawan.
"Namun, kami berupaya maksimal membantu warga. Banyak permohonan bantuan masuk ke kami melalui berbagai saluran. Kami akan upayakan membantu bila memang memungkinkan," katanya.
Tercatat, ada empat gempa cukup besar yang menimbulkan dampak tidak sedikit di wilayah Lombok dan sekitarnya, yaitu 6,4 Skala Richter pada Minggu (29/7) disusul gempa 7 Skala Richter pada Minggu (5/8), 6,5 Skala Richter pada Minggu (19/8) siang dan 6,9 Skala Richter pada Minggu (19/8) malam).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 506 orang meninggal dunia akibat gempa. Selain itu, 431.416 orang mengungsi, 74.361 unit rumah rusak dan kerusakan lainnya. Kerusakan dan kerugian diperkirakan mencapai Rp7,7 triliun.
Baca juga: MDMC NTB: Relawan juga perlu penanganan psikososial
Baca juga: "Lebih baik roboh sekalian daripada cuma retak"
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018
Tags: