"Saya temukan adanya kapabilitas korelasional dinamis yang mampu meningkatkan kinerja bisnis UMKM batik, khususnya di Jateng," katanya, usai ujian disertasi doktoralnya di Gedung Pascasarjana Undip Semarang, Senin.
Penelitian tersebut dilakukan ayah tiga anak itu terhadap 250 UMKM batik yang tersebar di daerah-daerah yang memiliki sentra batik, seperti Pekalongan, Kota Semarang, Kudus, Sragen, dan Kota Surakarta sebagai sampel.
Menurut dia, kapabilitas korelasional dinamis adalah kemampuan membangun jaringan bisnis yang saling memberikan ketergantungan, sekaligus memiliki ketahanan terhadap perubahan yang ada, seperti krisis ekonomi.
Sebenarnya, kata jurnalis televisi swasta nasional tersebut, sejumlah UMKM batik sudah menerapkan relasional yang baik dalam menjalankan bisnisnya, tetapi belum terlalu memberikan rasa saling ketergantungan.
"Beberapa UMKM batik yang saya teliti sudah melakukan, tetapi masih sebatas relasional saja. Jadi, setelah mereka berhubungan, kemudian selesai. Belum sampai pada rasa saling ketergantungan satu sama lain," katanya.
Jaringan bisnis yang perlu untuk menciptakan kapabilitas korelasional dinamis, kata dia, perlu dibangun antara sesama pelaku UMKM batik, UMKM kecil dan besar, UMKM batik dengan pelanggan, serta UMKM dengan pemerintah.
"Kenapa pemerintah? Karena pemerintah pasti punya program untuk meningkatkan dan mengembangan UMKM. Jadi, kalau boleh saya katakan, kapabilitas korelasional dinamis ini merupakan semacam intelijen pasar," katanya.
Dengan saling keterikatan dan ketergantungan yang kuat, kata dia, membuat UMKM batik menjadi lebih dinamis sehingga bisa menghadapi berbagai perubahan yang ada, seperti dampak globalisasi hingga krisis ekonomi.
Sebagai jurnalis, Teguh menginginkan kapabilitas korelasional dinamis yang ditemukannya untuk meningkatkan kinerja bisnis UMKM batik bisa terinformasikan dalam spektrum secara lebih luas agar lebih bermanfaat.
"Apalagi, Menristek Dikti sedang menggalakkan hilirisasi riset. Tadi, para penguji mengakui apa yang saya temukan ini merupakan `novelty` (kebaruan). Saya berharap ini tidak hanya tersimpan di rak," katanya.
Secara lebih jauh, ia berharap apa yang ditemukannya dalam penelitian itu bisa menjadi referensi untuk diaplikasikan para pelaku UMKM dalam berbagai bidang, bukan hanya batik, minimal dalam wilayah Jateng.
Teguh juga berharap pencapaian akademiknya hingga mencapai gelar doktor mampu memotivasi rekan-rekan jurnalis lainnya, khususnya yang masih muda untuk bisa melanjutkan studi yang lebih tinggi.
"Saya berharap ini bisa memotivasi kawan-kawan wartawan lain, yang belum selesai sarjana, masih sarjana, untuk terus studi lanjut. Mudah-mudahan apa yang saya capai ini bisa berlanjut ke jenjang lebih tinggi," katanya.
Dalam ujian disertasi doktoral berjudul "Pengaruh Kapabilitas Korelasional Dinamis Pada Kinerja Bisnis" itu, Teguh dipromotori Prof Sugeng Wahyudi, kemudian Prof Naili Farida (co-promotor 1), dan Dr Ngatno (co-promotor 2).
Teguh berhasil meraih gelar doktor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip dengan predikat memuaskan dengan tim penguji, yakni Prof Vincent Didiek Aryanto, Dr Widi Artanto, dan Dr Alimudin Rizal.*
Baca juga: Kemenperin: Batik kuasai pasar global
Baca juga: Berawal pinjam modal, Batik Chanting Pradana kini maju