Cegah pencurian ternak di Sumba dengan microchip
20 Agustus 2018 10:50 WIB
Anak Buah Kapal KM Camara Nusantara 5 memeriksa sejumlah sapi yang akan dikirim ke Samarinda, Kalimantan Timur di Pelabuhan Tenau Kupang, NTT, Senin (6/8/2018). Pemprov NTT mengirimkan 500 ekor sapi ke Samarinda untuk tahap pertama sebagai persiapan jelang perayaan Idul Adha 1439 Hijriah atau Idul Kurban yang akan jatuh pada 22 Agustus. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj/foc)
Kupang, (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menggunakan sistem microchip untuk dipasang pada ternak-ternak besar milik masyarakat, guna mencegah kasus pencurian ternak di daerah itu.
"Sekarang kami sudah mulai menggunakan microchip, yakni alat sebesar biji padi yang dipasang dibawah kulit ternak dan bisa dideteksi melalui alat," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumba Barat Daya, Rihimera A. Praing di Tambolaka, Senin.
Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar upaya pemerintah daerah dalam mencegah kasus pencurian ternak di pulau itu, yang sudah sangat meresahkan masyarakat.
Bahkan kata dia, para pencuri tidak segan-segan membakar rumah atau membunuh pemilik ternak, yang bupaya mempertahankan ternak milik mereka yang hendak dicuri.
Menurut Rihimera masalah pencurian ternak ini sudah berlangsung secara turun temurun, bahkan para pencuri sudah sangat mahir dalam mengelabui pemilik ternak.
Dia mengatakan, semua pemilik ternak besar seperti sapi dan kerbau selalu memberi tanda pada ternak mereka, baik dengan menggunakan cap maupun dengan cara memotong telinga. Namun pencuri lebih mahir, dan bisa dengan mudah menghilangkan tanda pada ternak yang diberikan oleh pemilik.
Misalnya, di badan ternak ada cap "AP", pencuri mengubahnya menjadi "AB", sementara pemilik yang memberi tanda pada bagian telinga, para pencuri memotong habis telinga ternak, katanya menjelaskan.
Dia menambahkan, gagasan microchip itu lahir setelah dirinya menonton National Geographic pada salah satu stasiun televisi, yang mempertontontan pemasangan alat tersebut pada ikan paus.
"Pemerintah sebenarnya sudah tidak berdaya lagi menghadapi pencuri, tetapi suatu hari saya menonton acara National Geographic, dimana dalam acara itu, mereka memasang microchip pada ikan paus, dan bisa dipantau kemana hewan itu pergi," katanya.
Dia mengaku, langsung merespon dengan mencari tahu tentang alat tersebut melalui internet untuk mendapatkan alat microchip tersebut.
"Saat ini sudah terpasang pada sekitar 4.000 ribu ternak besar di daerah itu. Di daerah tetangga yakni Sumba Tengah dan Sumba Timur juga sudah mulai pasang alat ini," katanya.
Menurut dia, alat ini bisa bertahan selama 25 tahun, sehingga bisa diandalkan untuk mencegah pencurian ternak di pulau Sumba, walaupun pemeriksaan ternak masih menggunakan peralatan manual.
Dia mengatakan, secara perlahan-lahan, kartu ternak akan dihilangkan dan semua ternak besar akan dipasang microchip.
Baca juga: Kawanan pencuri ternak di Sumbawa ditangkap warga
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: