Jakarta (ANTARA News) - Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah menggelar sebuah pameran khusus dalam rangka memeriahkan perhelatan olahraga akbar Asian Games 2018.

Sederet informasi mengenai sejarah Indonesia saat menjadi tuan rumah Asian Games 1962 terpampang bersama foto-foto tokoh, peristiwa maupun media massa yang memberitakan persiapan hingga kesuksesan acara itu.

Galih Hutama Putra, Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta menyampaikan bahwa pameran yang digelar di halaman tengah Museum Fatahillah tersebut memang fokus menceritakan sejarah Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games 1962.

"Dulu itu kita baru merdeka, ekonomi kita dinilai belum kuat, bahkan banyak negara yang meragukan kemampuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Namun, dengan semangat menggebu, Presiden Soekarno optimis bahwa Indonesia bisa," ujar lulusan jurusan Sejarah Universitas Indonesia itu kepada Antara.
Galih Hutama Putra, Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)


Saat itu, Jakarta hanya memiliki lapangan Ikada yang saat ini merupakan area di taman Monumen Nasional (Monas), sebagai lahan yang luas dan mumpuni untuk penyelenggaraan sebuah perhelatan besar.

Namun, Soekarno akhirnya memutuskan untuk membangun Gelora Bung Karno di bilangan Senayan, Jakarta, sebagai tempat untuk bertanding beberapa cabang olah raga.

Hampir semua pihak kala itu terlibat, termasuk Gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno Sosroatmodjo turun langsung sebagai panitia penyelenggara demi kesuksesan penyenyelenggaraan acara tersebut.

"Waktu itu warga Jakarta juga ikut memberikan berbagai pelayanan, seperti potong rambut gratis untuk para atlet, juga banyak yang memberikan konsumsi. Jadi, semuanya berperan," ungkap Galih.

Pameran tersebut juga dilengkapi miniatur GBK sebagai komplek olahraga yang mulai dimanfaatkan kala itu. Beberapa barang peninggalan Asian Games 1962 turut dipamerkan, seperti bongkahan lantai stadion akuatik berikut speakernya.
Miniatur Gelora Bung Karno pada 1962. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)


Dengan keterbatasan fasilitas masa itu, Indonesia membuktikan kemampuannya pada dunia untuk menjadi tuan rumah yang mumpuni menggelar pergelaran olahraga setingkat Asia itu.

Terkait hal tersebut, Galih menyampaikan bahwa melalui pameran yang digelar hingga 9 September 2018 itu, pria 28 tahun ini berharap agar pada kesempatan kedua kali ini, Indonesia dapat lebih mematik semangat agar penyelenggaraan Asian Games 2018 berlangsung sukses.

"Nah, kalau sekarang kita sudah punya GBK, kita sudah semakin maju fasilitasnya, sehingga yang perlu kita tingkatkan adalah semangatnya. Mari ramai-ramai membakar semangat untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 ini," ujar Galih.

Bangkitkan nasionalisme

Salah seorang pengunjung pameran Asian Games 2018 yang terletak di dalam Museum Fatahillah bernama Kestri Arianti mengatakan bahwa pengunjung menjadi lebih mengetahui tentang perjuangan Indonesia yang ingin menjadi tuan rumah Asian Games 1962

"Luar biasa ya, ini dari 1958 berjuang kemudian baru diberi kesempatan pada 1962 untuk menjadi tuan rumah. Apalagi ini alasannya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa, sangat menginspirasi," ujar Kestri.

Kestri juga mengaku bangga dengan seremoni pembukaan Asian Games 2018 yang dinilainya spektakuler, meskipun hanya dapat menyaksikannya dari layar kaca.

"Spektakuler, itu keren banget sih, saya semakin bangga menjadi orang Indonesia," tukas Kestri.

Jika dikaitkan dengan penyelenggaraan Asian Games tahun ini, Kestri mengaku lebih antusias dan bersemangat untuk membela tim Indonesia di berbagai cabang olahraga agar dapat membanggakan bangsa.

Kunjungan dari Korea

Kawasan Kota Tua didapuk sebagai salah satu tujuan wisata para atlet maupun tamu negara dalam perhelatan Asian Games 2018. Museum Fatahillah sendiri kedatangan tamu dari Korea sejak 18 Agustus 2018.

Sebanyak 125 orang Korea pada hari pembukaan dan empat orang Korea di hari kedua telah berkunjung ke museum yang mulai mengedepankan teknologi terkini dalam pamerannya itu.

Salah seorang pengunjung asal Korea bernama Kim Hyun Suk mengaku senang berkunjung ke Museum Fatahillah, karena ia mendapat berbagai informasi mengenai sejarah Jakarta maupun Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games.

"Tempat ini sangat kaya dengan sejarah, kami senang bisa berkunjung ke sini. Kami juga sangat terkesan dengan seremoni pembukaan Asian Games 2018," ujarnya.
Kunjungan dari tamu Asian Games 2018 asal Korea. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)


Sepanjang Asian Games 2018, Museum Fatahillah akan buka setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB untuk pengunjung umum dan 17.00-18.00 WIB khusus untuk pengunjung dengan kartu identitas keluaran Inasgoc.

Pihak museum juga menyediakan pendamping yang mehir berbahasa Inggris, Arab dan Belanda dari kalangan siswa-siswi SMA di Jakarta sebagai pendamping untuk menjelaskan berbagai informasi untuk para pengunjung.

Video: