Asian Games 2018
Kejutan dari Susy Susanti di Pembukaan Asian Games 2018
18 Agustus 2018 21:45 WIB
Mantan pebulu tangkis Indonesia Susi Susanti membawa obor saat pembukaan Asian Games ke-18 tahun 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018). (INASGOC/Wahyudin)
Jakarta (ANTARA News) - Susy Susanti, mantan atlet bulutangkis peraih emas Olimpiade Barcelona 1992, tampil memberikan kejutan sebagai penyulut obor kualdron, sebagai tanda dibukanya secara resmi Asian Games 2018, pesta olahraga terbesar dunia setelah Olimpiade itu di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Sabtu.
Pihak panitia Asian Games (INASGOC) selama ini membuat awak media maupun masyarakat umum penasaran karena menutup rapat-rapat sampai menit-menit terakhir mengenai siapa yang dipercaya sebagai penyulut kualdron.
Susy Susanti bukanlah sosok yang asing bagi dunia olahraga di Tanah Air karena menyumbang emas untuk pertama kali untuk Indonesia di kancah Olimpiade, bersama Alan Budikusuma.
Bersama Alan, Susy kemudian dijuluki pasangan emas karena tidak hanya menyandingkan emas di lapangan, tapi juga kemudian sampai ke kehidupan berumah tangga, sebagai suami istri.
Susy tampil sebagai pembawa obor terakhir, sekaligus sebagai penyulut api kualdron setelah secara estafet dibawa oleh para mantan atlet berprestasi lainnya, diawali dari Lanny Gumulya (loncat indah), Arief Taufan (karate), Yustejo Tarik (tenis), Supriati Sutono (atletik) dan I Gusti Oka Sulaksana (layar).
Prosesi penyulutan kualdron berlangsung cukup unik karena para pembawa obor harus mendaki bukit buatan yang dibangun di tengah lapangan di stadion utama yang berkapasitas sekitar 80.000 penonton itu. Sebagai pembawa obor terakhir, Susy pun kemudian menyalakan api kualdron yang berada di puncak bukit buatan tersebut. Api kualdron yang menandakan semangat itu, akan menyala sampai pesta ditutup secara resmi pada 2 September mendatang.
Susy memenangi medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992, ketika cabang bulutangkis untuk pertamakalinya menjadi cabang resmi yang dipertandingkan dalam ajang olahraga multicabang terbesar sejagat itu.
Saat itu, Susy mengalahkan atlet Korea Selatan Bang Soo Hyun di final untuk menyudahi penantian Indonesia akan medali emas setelah 40 tahun mengikuti Olimpiade.
Sejak itulah era medali emas Olimpiade bagi Indonesia dimulai. Hingga Olimpiade yang baru lalu di Rio de Janeiro Brazil pada 2016, bulutangkis tetap menjadi penyumbang medali emas bagi Indonesia.
Susy juga mencatat sejarah sebagai bagian dari tim Indonesia yang memenangi Piala Sudirman. Sejauh ini itulah satu-satunya kemenangan yang diraih Indonesia, saat kejuaraan dunia beregu campuran itu pertamakali digelar pada 1989.
Meski dunia bulutangkis Indonesia sudah berkibar dan menorehkan sejumlah prestasi cemerlang di dunia internasional jauh sebelum Susy Susanti berkiprah, keberadaan Susy Susanti dalam dunia olahraga di Tanah Air tetaplah punya nilai tersendiri.
Dialah yang membuka sejarah baru dalam olahraga di Tanah Air khususnya bulutangkis dengan mempersembahkan medali emas pertama Olimpiade bagi negeri tercinta ini. Tidak salah jika panitia Asian Games kemudian memberikan kepercayaan kepada Susy, kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 itu sebagai penyulut api kualdron Asian Games 2018.
Baca juga: Presiden OCA: Asian Games ke-18 torehkan sejarah Asia
Baca juga: Delapan atlet legendaris jadi pembawa bendera OCA
Baca juga: Pesta olahraga terbesar kedua sejagat itu resmi dimulai
Pihak panitia Asian Games (INASGOC) selama ini membuat awak media maupun masyarakat umum penasaran karena menutup rapat-rapat sampai menit-menit terakhir mengenai siapa yang dipercaya sebagai penyulut kualdron.
Susy Susanti bukanlah sosok yang asing bagi dunia olahraga di Tanah Air karena menyumbang emas untuk pertama kali untuk Indonesia di kancah Olimpiade, bersama Alan Budikusuma.
Bersama Alan, Susy kemudian dijuluki pasangan emas karena tidak hanya menyandingkan emas di lapangan, tapi juga kemudian sampai ke kehidupan berumah tangga, sebagai suami istri.
Susy tampil sebagai pembawa obor terakhir, sekaligus sebagai penyulut api kualdron setelah secara estafet dibawa oleh para mantan atlet berprestasi lainnya, diawali dari Lanny Gumulya (loncat indah), Arief Taufan (karate), Yustejo Tarik (tenis), Supriati Sutono (atletik) dan I Gusti Oka Sulaksana (layar).
Prosesi penyulutan kualdron berlangsung cukup unik karena para pembawa obor harus mendaki bukit buatan yang dibangun di tengah lapangan di stadion utama yang berkapasitas sekitar 80.000 penonton itu. Sebagai pembawa obor terakhir, Susy pun kemudian menyalakan api kualdron yang berada di puncak bukit buatan tersebut. Api kualdron yang menandakan semangat itu, akan menyala sampai pesta ditutup secara resmi pada 2 September mendatang.
Susy memenangi medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992, ketika cabang bulutangkis untuk pertamakalinya menjadi cabang resmi yang dipertandingkan dalam ajang olahraga multicabang terbesar sejagat itu.
Saat itu, Susy mengalahkan atlet Korea Selatan Bang Soo Hyun di final untuk menyudahi penantian Indonesia akan medali emas setelah 40 tahun mengikuti Olimpiade.
Sejak itulah era medali emas Olimpiade bagi Indonesia dimulai. Hingga Olimpiade yang baru lalu di Rio de Janeiro Brazil pada 2016, bulutangkis tetap menjadi penyumbang medali emas bagi Indonesia.
Susy juga mencatat sejarah sebagai bagian dari tim Indonesia yang memenangi Piala Sudirman. Sejauh ini itulah satu-satunya kemenangan yang diraih Indonesia, saat kejuaraan dunia beregu campuran itu pertamakali digelar pada 1989.
Meski dunia bulutangkis Indonesia sudah berkibar dan menorehkan sejumlah prestasi cemerlang di dunia internasional jauh sebelum Susy Susanti berkiprah, keberadaan Susy Susanti dalam dunia olahraga di Tanah Air tetaplah punya nilai tersendiri.
Dialah yang membuka sejarah baru dalam olahraga di Tanah Air khususnya bulutangkis dengan mempersembahkan medali emas pertama Olimpiade bagi negeri tercinta ini. Tidak salah jika panitia Asian Games kemudian memberikan kepercayaan kepada Susy, kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 itu sebagai penyulut api kualdron Asian Games 2018.
Baca juga: Presiden OCA: Asian Games ke-18 torehkan sejarah Asia
Baca juga: Delapan atlet legendaris jadi pembawa bendera OCA
Baca juga: Pesta olahraga terbesar kedua sejagat itu resmi dimulai
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: