Info haji
Laporan dari Mekkah - MUI minta pemerintah garap serius bimbingan ibadah
18 Agustus 2018 01:57 WIB
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Masduki Baidlowi di salah satu tenda jamaah calon haji di Mina, Arab Saudi, Kamis (17/8/208). (Antara/ Anom Prihantoro)
Mekkah (ANTARA News) - Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Masduki Baidlowi meminta pemerintah untuk serius menggarap bimbingan ibadah bagi jamaah calon haji Indonesia, karena banyak calon haji yang sukar memahami manasik haji.
"Setidaknya ada 30 persen dari total jamaah kita itu hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Ini perlu diperhatikan pengelola KBIH," kata Masduki di Mekkah, Jumat.
Menurut delegasi Amirul Hajj Indonesia itu, lulusan SD cenderung membutuhkan sentuhan khusus dalam bimbingan ibadah manasik haji. Dalam pengamatannya, masih ada calon haji yang belum memahami dengan baik manasik haji.
Ke depan, kata dia, pemerintah harus benar-benar memperhatikan hal itu. Bimbingan ibadah untuk lulusan SD sebaiknya diajarkan secara sederhana dan sesuai kemampuannya.
Kendati demikian, Masduki memberi apresiasi pada pemerintah yang berupaya memperkuat layanan pengajaran manasik haji bagi JCH Indonesia. Hal itu nampak dari yang telah dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bagian Bimbingan Ibadah (Bimbad) dan Konsultan Ibadah dengan menyasar JCH.
Hanya saja bimbad bagi JCH khususnya lulusan SD ke bawah perlu perhatian yang lebih intensif lagi. "Kami bersama Amirul Hajj menemui jamaah dan ada bimbingan intensif bagi jamaah lulusan SD. Mereka antusias senang," kata dia.
Dalam pengamatan Antara, bimbingan ibadah manasik haji memang sangat diperlukan terlebih bagi mereka yang hanya mengenyam pendidikan SD dan sudah berusia lanjut.
Pada dasarnya mereka memiliki pemandu saat menunaikan ibadah di Masjidil Haram. Tetapi, saat calon haji tersesat karena terpisah dari pemandu dan ditolong petugas mereka mengaku sudah melakukan seluruh rangkaian ibadahnya, padahal belum.
Ia mencontohkan, ketika melakukan umrah wajib. Mereka tidak mengerti jika tawaf dan sai untuk umrah adalah wajib, sehingga dikhawatirkan ibadah mereka belum sempurna.
Kasus-kasus demikian tidak selalu karena faktor jenjang pendidikan yang dienyam jamaah tapi juga kadang karena faktor usia, kebugaran dan lainnya.
Meski begitu, jika petugas haji menemukan mereka belum sempurna dalam melakukan umrah wajib biasanya mereka dibantu untuk menyelesaikan ibadahnya, baru diantar ke rombongannya.
Baca juga: Laporan dari Mekkah - Jamaah haji diminta kenali titik krusial armuzna
Baca juga: Laporan dari Mekkah - Kloter terakhir tiba di Tanah Suci Kamis
"Setidaknya ada 30 persen dari total jamaah kita itu hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Ini perlu diperhatikan pengelola KBIH," kata Masduki di Mekkah, Jumat.
Menurut delegasi Amirul Hajj Indonesia itu, lulusan SD cenderung membutuhkan sentuhan khusus dalam bimbingan ibadah manasik haji. Dalam pengamatannya, masih ada calon haji yang belum memahami dengan baik manasik haji.
Ke depan, kata dia, pemerintah harus benar-benar memperhatikan hal itu. Bimbingan ibadah untuk lulusan SD sebaiknya diajarkan secara sederhana dan sesuai kemampuannya.
Kendati demikian, Masduki memberi apresiasi pada pemerintah yang berupaya memperkuat layanan pengajaran manasik haji bagi JCH Indonesia. Hal itu nampak dari yang telah dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bagian Bimbingan Ibadah (Bimbad) dan Konsultan Ibadah dengan menyasar JCH.
Hanya saja bimbad bagi JCH khususnya lulusan SD ke bawah perlu perhatian yang lebih intensif lagi. "Kami bersama Amirul Hajj menemui jamaah dan ada bimbingan intensif bagi jamaah lulusan SD. Mereka antusias senang," kata dia.
Dalam pengamatan Antara, bimbingan ibadah manasik haji memang sangat diperlukan terlebih bagi mereka yang hanya mengenyam pendidikan SD dan sudah berusia lanjut.
Pada dasarnya mereka memiliki pemandu saat menunaikan ibadah di Masjidil Haram. Tetapi, saat calon haji tersesat karena terpisah dari pemandu dan ditolong petugas mereka mengaku sudah melakukan seluruh rangkaian ibadahnya, padahal belum.
Ia mencontohkan, ketika melakukan umrah wajib. Mereka tidak mengerti jika tawaf dan sai untuk umrah adalah wajib, sehingga dikhawatirkan ibadah mereka belum sempurna.
Kasus-kasus demikian tidak selalu karena faktor jenjang pendidikan yang dienyam jamaah tapi juga kadang karena faktor usia, kebugaran dan lainnya.
Meski begitu, jika petugas haji menemukan mereka belum sempurna dalam melakukan umrah wajib biasanya mereka dibantu untuk menyelesaikan ibadahnya, baru diantar ke rombongannya.
Baca juga: Laporan dari Mekkah - Jamaah haji diminta kenali titik krusial armuzna
Baca juga: Laporan dari Mekkah - Kloter terakhir tiba di Tanah Suci Kamis
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: