Kupang, Nusa Tenggara Timur (ANTARA News) - Yohanes Ande Kalla Marcal (14) berinisiatif memanjat tiang bendera ketika melihat masalah pada tali pengerek bendera saat upacara peringatan Hari Kemerdekaan di Atambua, Kabupaten Belu.

Aksi heroik anak lelaki yang biasa disapa Joni dalam upacara bendera di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, itu membuat namanya dikenal banyak orang.

"Tiba-tiba kemauan untuk memanjat tiang bendera dan kembali mengikat talinya yang putus datang begitu saja. Jadi tidak ada yang perintahkan saya untuk panjat," katanya saat dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.

Ketika upacara bendera dimulai tepat pukul 09.00 Wita di daerah yang berjarak kurang dari satu kilometer dari perbatasan Indonesia-Timor Leste, Joni menuturkan bahwa dia pusing karena tidak sempat sarapan ketika berangkat dari rumah sehingga dibawa ke tenda kesehatan.

Di tenda kesehatan, setelah siswa SMP Silawan yang kini masih dibangku kelas 1 itu diberi makan, ada pengumuman kepada siapa saja yang bisa memanjat tiang bendera untuk membantu mengatasi masalah yang menghambat pengibaran bendera.

Seketika itu pula, Joni langsung membuka sepatu dan berlari ke arah tiang bendera, lalu langsung memanjatnya.

"Saya juga lihat sudah banyak orang yang panik, sementara bendera juga sudah mau dikibarkan jadi saya langsung panjat tiang bendera tanpa pikir panjang lagi," tuturnya.

Setelah tali pengerek yang bermasalah dia betulkan, upacara bendera pun dilanjutkan dan berjalan baik sampai selesai.

Setelah upacara Joni mengaku langsung pulang ke rumah. Namun beberapa jam kemudian banyak yang berdatangan ke rumahnya, mulai dari wartawan dan pejabat daerah setempat serta aparat TNI dan polisi.

Bocah yang sehari-hari membantu orangtuanya memetik asam dari pohon dan memilihnya untuk dijual ke pasar itu tidak menyangka bahwa aksi itu membuatnya dikenal banyak orang.

Menteri Pemuda dan Olaharga Imam Nahrawi termasuk yang terkesan dengan aksi Joni, dan menyatakan akan segera mengundang Joni ke Jakarta.

Namun anak warga eks-Timor Leste dari Bobonaro yang memilih bersama Indonesia setelah jajak pendapat pada 1999 itu menganggap undangan tersebut sebagai mimpi saja.

Catatan Editor : Koreksi nama dilakukan pada teras berita pada 20 Agustus 2018.

Baca juga: Menpora undang bocah pemanjat tiang bendera dari Atambua ke Jakarta