Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Para Pemimpin Agama Eropa Uskup Gunnar Stalsett dari Norwegia memuji kegiatan Silahturahmi Kebangsaan dari Indonesia yang mempertemukan mantan narapidana terorisme dan para korban.

"Saya terkesan dengan presentasi hari ini oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme karena mempertemukan orang yang jadi korban ekstrimisme dengan mereka yang menjadi pelaku dari ekstrimisme," tutur Uskup Stalsett kepada Antara di sela-sela Forum Perdamaian Dunia Ke-7 di Jakarta, Kamis.

Uskup Stalsett mengatakan kegiatan itu juga menjadi wadah untuk saling memaafkan di antara para korban dan mantan pelaku ekstrimisme.

"Mereka telah mendapatkan proses pendidikan yang mana kebenaran, keadilan dan rekonsiliasi adalah elemen-elemen kunci. Elemen memaafkan adalah apa yang agama bisa tawarkan untuk proses itu," tuturnya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan konsep Jalan Tengah juga mengusung budaya memaafkan.

"Budaya memaafkan dan memberikan kesempatan kepada keluarga teroris penting untuk melestarikan harmoni di kehidupan di seluruh dunia," kata Suhardi saat memberikan paparan pada Forum Perdamaian Dunia ke-7.

Dia mengatakan kegiatan Silahtuhrahmi Kebangsaan yang menjadi bagian dari rekonsiliasi nasional adalah pendekatan untuk budaya memaafkan.

Acara rekonsiliasi nasional itu bertujuan untuk menjembatani perdamaian dan harmoni antara mantan narapidana teroris dan korban.

Kegiatan Silahturahmi Kebangsaan itu telah mempertemukan 124 mantan narapidana teroris dan 51 korban teroris.

124 mantan narapidana teroris itu berkomitmen untuk membantu pemerintah dengan menjadi agen perdamaian.

Budaya memaafkan menjadi bagian dari "soft approach" untuk melawan terorisme di Indonesia.

"Memaafkan merupakan budaya masyarakat Indonesia," ujarnya.

Acara Silahturahmi Kebangsaan digagas oleh BNPT.