BI: Kenaikan bunga acuan tahan rupiah tertekan lebih dalam
16 Agustus 2018 18:34 WIB
BI Rate Tetap 4,75 Persen Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo memberi keterangan pers di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/3/2017). Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,75 persen. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyebutkan rupiah bisa tertekan lebih dalam pada perdagangan Kamis ini jika suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate tidak dinaikkan 0,25 persen menjadi 5,5 persen, Rabu (15/8).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung DPR/MPR/DPD di Jakarta, Kamis, mengatakan kenaikan suku bunga acuan, yang sudah terakumulasi tahun ini sebesar 125 basis poin itu untuk memberikan sinyal ke pasar bahwa bank sentral tetap ingin menjaga daya tarik aset-aset berdenominasi rupiah, dan tetap menjaga prioritas stabilitas perekonomian.
"Kenaikan itu sudah membantu untuk menahan lebih dalam untuk rupiah. Kalau kemarin tidak ada kenaikan, mungkin ceritanya akan lain," tambahnya.
Dody mengklaim tekanan ekonomi eksternal masih menjadi biang keladi penyebab nilai tukar rupiah masih melemah hari ini.
Otoritas moneter, kata Dody, akan tetap menstabilisasi nilai tukar di pasar agar rupiah tidak lebih jauh melemah dari fundamentalnya. "Ini (rupiah) saat ini sudah di luar fundamentalnya," katanya.
Baca juga: BI: Cadangan devisa sangat cukup, tahan modal keluar
Dia menjelaskan, stabilisasi yang dilakukan BI melalui intervensi adalah ketika nilai tukar rupiah di pasar sudah terlalu jauh dari fundamentalnya. Intervensi BI bisa melalui pasar valuta asing maupun obligasi.
Jika nilai tukar mulai bergerak stabil, bank sentral akan mengurangi intervensinya dan membiarkan mekanisme pasar berjalan dengan baik.
Nilai tukar rupiah di pasar spot pada Kamis ini, kembali melemah ke batas psikologis Rp14.600 per dolar AS. Kamis ini, saat penutupan pasar, rupiah menurun sebesar 10 poin ke level Rp14.603 per dolar AS.
Baca juga: Pengusaha tidak kaget BI naikkan suku bunga
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung DPR/MPR/DPD di Jakarta, Kamis, mengatakan kenaikan suku bunga acuan, yang sudah terakumulasi tahun ini sebesar 125 basis poin itu untuk memberikan sinyal ke pasar bahwa bank sentral tetap ingin menjaga daya tarik aset-aset berdenominasi rupiah, dan tetap menjaga prioritas stabilitas perekonomian.
"Kenaikan itu sudah membantu untuk menahan lebih dalam untuk rupiah. Kalau kemarin tidak ada kenaikan, mungkin ceritanya akan lain," tambahnya.
Dody mengklaim tekanan ekonomi eksternal masih menjadi biang keladi penyebab nilai tukar rupiah masih melemah hari ini.
Otoritas moneter, kata Dody, akan tetap menstabilisasi nilai tukar di pasar agar rupiah tidak lebih jauh melemah dari fundamentalnya. "Ini (rupiah) saat ini sudah di luar fundamentalnya," katanya.
Baca juga: BI: Cadangan devisa sangat cukup, tahan modal keluar
Dia menjelaskan, stabilisasi yang dilakukan BI melalui intervensi adalah ketika nilai tukar rupiah di pasar sudah terlalu jauh dari fundamentalnya. Intervensi BI bisa melalui pasar valuta asing maupun obligasi.
Jika nilai tukar mulai bergerak stabil, bank sentral akan mengurangi intervensinya dan membiarkan mekanisme pasar berjalan dengan baik.
Nilai tukar rupiah di pasar spot pada Kamis ini, kembali melemah ke batas psikologis Rp14.600 per dolar AS. Kamis ini, saat penutupan pasar, rupiah menurun sebesar 10 poin ke level Rp14.603 per dolar AS.
Baca juga: Pengusaha tidak kaget BI naikkan suku bunga
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: