Data terakhir Indonesia miliki 652 bahasa daerah
16 Agustus 2018 09:21 WIB
Salah satu peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) mementaskan tarian daerah dalam acara Indonesia Channel 2018 dengan tema The Colours Of Beautiful Indonesia di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (4/7/2018). Malam pergelaran tersebut menandai ditututupnya program BSBI yang dikemas dalam pentas karya 72 peserta dari 44 negara sahabat dalam mempelajari bahasa, seni, dan budaya di Yogyakarta, Padang, Banyuwangi, Kutai Kartanegara, Bali dan Makasar. (ANTARA /Suwandy)
Banda Aceh (ANTARA News) - Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan menyatakan data terakhir Indonesia memiliki 652 bahasa daerah.
"Hingga kini kami mendata 652 bahasa daerah. Data ini terakhir diperbaharui pada 2017 dan diperbaharui setiap tahun pada Oktober," kata Kepala Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Prof Dadang Sunendar di Banda Aceh, Kamis.
Dadang mengatakan ratusan bahasa daerah tersebut didata sejak 1991. Jumlah bahasa daerah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, mengingatkan pendataan masih berlangsung.
Ia mengatakan, untuk menetapkan sebuah bahasa daerah ada indikatornya. Yakni, bahasa tersebut harus digunakan lebih dari 80 persen individu dalam suatu wilayah. Jika di bawah 80 persen, maka masuk dalam kategori dialek, bukan bahasa.
Dari jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia tersebut, lanjut dia, paling banyak ada di Provinsi Papua, yakni sekitar 400-an bahasa.
Bahasa daerah di Papua terdata sangat banyak karena antara satu komunitas dengan komunitas lainnya memiliki bahasa masing-masing yang di antara mereka saling tidak memahami.
"Ini seperti bahasa Aceh dan Gayo yang sangat berbeda, sementara di Aceh terdapat sekitar tujuh bahasa daerah. Begitulah bahasa di Papua. Dan sebagai bahasa pemersatu dari banyaknya bahasa ini adalah bahasa Indonesia," kata Prof Dadang.
Ia mengakui adanya perbedaan data jumlah bahasa daerah, sebab, ada beberapa lembaga nonpemerintah ikut juga mendata. Namun, untuk data resminya adalah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
"Yang jelas ini data resmi. Jumlahnya terus bertambah. Kalau berkurang tidak mungkin. Pendataan bahasa daerah akan berlangsung beberapa tahun ke depan," katanya.
Baca juga: Kantor Bahasa Maluku usul 4.000 kosakata Maluku masuk KBBI
Baca juga: Cegah kepunahan, pemuda diminta tak malu berbahasa daerah
"Hingga kini kami mendata 652 bahasa daerah. Data ini terakhir diperbaharui pada 2017 dan diperbaharui setiap tahun pada Oktober," kata Kepala Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Prof Dadang Sunendar di Banda Aceh, Kamis.
Dadang mengatakan ratusan bahasa daerah tersebut didata sejak 1991. Jumlah bahasa daerah tersebut diperkirakan akan terus bertambah, mengingatkan pendataan masih berlangsung.
Ia mengatakan, untuk menetapkan sebuah bahasa daerah ada indikatornya. Yakni, bahasa tersebut harus digunakan lebih dari 80 persen individu dalam suatu wilayah. Jika di bawah 80 persen, maka masuk dalam kategori dialek, bukan bahasa.
Dari jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia tersebut, lanjut dia, paling banyak ada di Provinsi Papua, yakni sekitar 400-an bahasa.
Bahasa daerah di Papua terdata sangat banyak karena antara satu komunitas dengan komunitas lainnya memiliki bahasa masing-masing yang di antara mereka saling tidak memahami.
"Ini seperti bahasa Aceh dan Gayo yang sangat berbeda, sementara di Aceh terdapat sekitar tujuh bahasa daerah. Begitulah bahasa di Papua. Dan sebagai bahasa pemersatu dari banyaknya bahasa ini adalah bahasa Indonesia," kata Prof Dadang.
Ia mengakui adanya perbedaan data jumlah bahasa daerah, sebab, ada beberapa lembaga nonpemerintah ikut juga mendata. Namun, untuk data resminya adalah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
"Yang jelas ini data resmi. Jumlahnya terus bertambah. Kalau berkurang tidak mungkin. Pendataan bahasa daerah akan berlangsung beberapa tahun ke depan," katanya.
Baca juga: Kantor Bahasa Maluku usul 4.000 kosakata Maluku masuk KBBI
Baca juga: Cegah kepunahan, pemuda diminta tak malu berbahasa daerah
Pewarta: M Haris Setiady Agus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: