Pemerintah siapkan digitalisasi nozzle SPBU "Real Time"
15 Agustus 2018 16:45 WIB
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7/2018). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM nonsubsidi Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex mulai dari Rp500 hingga Rp900 per liter terhitung sejak Minggu 1 Juli 2018, untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
akarta, (ANTARA News) - Pemerintah tengah menyiapkan perangkat digitalisasi untuk nozzle Bahan Bakar Minyak (BBM) agar dapat tercatat secara langsung atau real time.
"Untuk nozzle akan segera dibuatkan nozzle real time. Hal itu untuk mengurangi penyalahgunaan BBM dan mengawasi konsumsi Premium hingga ke masyarakat," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Rabu.
Menurut Agung hal tersebut juga sudah dibicarakan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam Rapat Terbatas.
Sebelumnya, sebanyak 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di seluruh Indonesia akan terpasang digitalisasi nozzel atau selang yang berfungsi merekam data deteksi secara digital.
Hal tersebut merupakan program dari Kementerian ESDM melalui Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama PT Pertamina (Persero) yang menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Pemasangan ini dilakukan demi mendata Bahan Bakar Minyak (BBM) Tertentu (solar) dan BBM Khusus Penugasan (premium) supaya lebih presisi sekaligus mencegah adanya kecurangan yang dilakukan oleh lembaga penyalur.
Baca juga: Cegah kecurangan, selang SPBU direkam data digital
"Sebelum ada digitalisasi ini, kami melakukan pelaporan tiap bulanan, lalu kami lakukan uji petik dari angka dari laporan badan usaha, terjun ke lapangan untuk verifikasi volume. Pengumpulan data ini kan butuh waktu. Harapannya dengan adanya digitalisasi ini sangat membantu dua belah pihak untuk memverifikasi," ujar Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwidjojo.
Sistem kerja digitalisasi, imbuh Saryono, pada prinsipnya akan dilakukan konversi dari jumlah liter yang disalurkan jadi format elektronik.
Format ini dikirim ke satu pusat data, dari seluruh 5.518 SPBU tersebut. Setelah itu, data akan dibuat laporan dan analisis yang membantu BPH Migas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian.
"Sekarang sudah dilakukan uji coba, dengan data dari 10 SPBU. Ini sudah dilakukan mulai awal tahun sampai hari ini, dan kami akan terus meningkatkan uji coba itu," tambah Saryono.
Adapun 10 SPBU uji coba yang dimaksud berada di Jakarta, Bekasi, jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Jawa Barat, Yogyakarta, Sidoarjo, jalan tol Purbaleunyi, dan Tangerang Selatan.
Rencananya, digitalisasi nozzle di 5.518 dari 7.415 SPBU milik Pertamina akan terpasang pada akhir tahun 2018. Optimisme tersebut berdasarkan komitmen yang ditunjukkan oleh Pertamina.
Baca juga: Penyesuaian nozzle LCGC dan SPBU segera terlaksana
"Untuk nozzle akan segera dibuatkan nozzle real time. Hal itu untuk mengurangi penyalahgunaan BBM dan mengawasi konsumsi Premium hingga ke masyarakat," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Rabu.
Menurut Agung hal tersebut juga sudah dibicarakan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam Rapat Terbatas.
Sebelumnya, sebanyak 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di seluruh Indonesia akan terpasang digitalisasi nozzel atau selang yang berfungsi merekam data deteksi secara digital.
Hal tersebut merupakan program dari Kementerian ESDM melalui Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama PT Pertamina (Persero) yang menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Pemasangan ini dilakukan demi mendata Bahan Bakar Minyak (BBM) Tertentu (solar) dan BBM Khusus Penugasan (premium) supaya lebih presisi sekaligus mencegah adanya kecurangan yang dilakukan oleh lembaga penyalur.
Baca juga: Cegah kecurangan, selang SPBU direkam data digital
"Sebelum ada digitalisasi ini, kami melakukan pelaporan tiap bulanan, lalu kami lakukan uji petik dari angka dari laporan badan usaha, terjun ke lapangan untuk verifikasi volume. Pengumpulan data ini kan butuh waktu. Harapannya dengan adanya digitalisasi ini sangat membantu dua belah pihak untuk memverifikasi," ujar Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwidjojo.
Sistem kerja digitalisasi, imbuh Saryono, pada prinsipnya akan dilakukan konversi dari jumlah liter yang disalurkan jadi format elektronik.
Format ini dikirim ke satu pusat data, dari seluruh 5.518 SPBU tersebut. Setelah itu, data akan dibuat laporan dan analisis yang membantu BPH Migas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian.
"Sekarang sudah dilakukan uji coba, dengan data dari 10 SPBU. Ini sudah dilakukan mulai awal tahun sampai hari ini, dan kami akan terus meningkatkan uji coba itu," tambah Saryono.
Adapun 10 SPBU uji coba yang dimaksud berada di Jakarta, Bekasi, jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) Jawa Barat, Yogyakarta, Sidoarjo, jalan tol Purbaleunyi, dan Tangerang Selatan.
Rencananya, digitalisasi nozzle di 5.518 dari 7.415 SPBU milik Pertamina akan terpasang pada akhir tahun 2018. Optimisme tersebut berdasarkan komitmen yang ditunjukkan oleh Pertamina.
Baca juga: Penyesuaian nozzle LCGC dan SPBU segera terlaksana
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: