Mendikbud: guru sisipkan pengalaman belajar mitigasi bencana
14 Agustus 2018 23:19 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kemeja putih dengan topi) mendatangi SDN 5 Pohgading di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (13/8/2018). Sebanyak 606 sekolah di Pulau Lombok dan Sumbawa rusak karena gempa 6,4 Skala Richter (SR) dan 7 SR yang mengguncang NTB. Foto: Virna Puspa Setyorini
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengharapkan para guru secara rutin menyisipkan pengalaman mitigasi bencana melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada muridnya.
“Sebetulnya dengan program Penguatan Pendidikan Karakter, kurikulum sekolah menjadi terbuka. Jadi semua pengalaman belajar yang perlu dibekalkan kepada siswa itu bisa diberikan sesuai dengan ekosistem atau lingkungan di mana dia berada,” kata Muhadjir usai mengecek sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Jadi kalau di lokasi siswa belajar itu potensial sekali terjadi bencana contohnya gempa, baik itu gempa vulkanik maupun tektonik, bisa saja kurikulumnya dimodifikasi sehingga ada kesempatan untuk diberikan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan bagaimana bertahan hidup ketika menghadapi bencana.
“Untuk kurikulumnya (sekolah) bisa berkoordinasi dengan BNPB yang sudah punya standar bentuk teknis mitigasi bencana. Guru-guru nanti bisa kita kasih pelatihan untuk bisa mengajar itu,” ujar dia.
Tetapi, menurut Muhadjir, memang tidak harus berlaku di seluruh Indonesia. Harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.
“Jadi untuk daerah-daerah rawan bencana sebaiknya disisipkan pengalaman belajar mitigasi bencana,” lanjutnya.
Karena, menurut Muhadjir, kemampuan melakukan mitigasi bencana itu tidak dalam bentuk pelajaran tetapi lebih kepada sikap dan ketrampilan.
“Bahkan setiap hari bisa mulai diingatkan, dicontohkan oleh para pendidik bagaimana tanda-tanda bencana, bagaimana menghindarinya, bagaimana cara berlindung, juga bagaimana menyelamatkan diri dan seterusnya. Itu bahkan bisa diberikan bahkan setiap saat,” ujar dia.
Baca juga: Pemerintah tata lagi karakter generasi
Baca juga: Kemdikbud gencarkan penguatan pendidikan karakter
“Sebetulnya dengan program Penguatan Pendidikan Karakter, kurikulum sekolah menjadi terbuka. Jadi semua pengalaman belajar yang perlu dibekalkan kepada siswa itu bisa diberikan sesuai dengan ekosistem atau lingkungan di mana dia berada,” kata Muhadjir usai mengecek sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Jadi kalau di lokasi siswa belajar itu potensial sekali terjadi bencana contohnya gempa, baik itu gempa vulkanik maupun tektonik, bisa saja kurikulumnya dimodifikasi sehingga ada kesempatan untuk diberikan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan bagaimana bertahan hidup ketika menghadapi bencana.
“Untuk kurikulumnya (sekolah) bisa berkoordinasi dengan BNPB yang sudah punya standar bentuk teknis mitigasi bencana. Guru-guru nanti bisa kita kasih pelatihan untuk bisa mengajar itu,” ujar dia.
Tetapi, menurut Muhadjir, memang tidak harus berlaku di seluruh Indonesia. Harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.
“Jadi untuk daerah-daerah rawan bencana sebaiknya disisipkan pengalaman belajar mitigasi bencana,” lanjutnya.
Karena, menurut Muhadjir, kemampuan melakukan mitigasi bencana itu tidak dalam bentuk pelajaran tetapi lebih kepada sikap dan ketrampilan.
“Bahkan setiap hari bisa mulai diingatkan, dicontohkan oleh para pendidik bagaimana tanda-tanda bencana, bagaimana menghindarinya, bagaimana cara berlindung, juga bagaimana menyelamatkan diri dan seterusnya. Itu bahkan bisa diberikan bahkan setiap saat,” ujar dia.
Baca juga: Pemerintah tata lagi karakter generasi
Baca juga: Kemdikbud gencarkan penguatan pendidikan karakter
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: