Menhub : tol laut harus angkut ikan Maluku
14 Agustus 2018 02:20 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) meninjau pembuatan kapal Tol Laut di perusahaan galangan kapal PT Stadefast Marine, Pontianak, Kalimantan Barat (23/2/2018). Sebanyak tujuh buah kapal perintis tol laut Sabuk Nusantara yang dikerjakan di galangan tersebut, ditargetkan akan selesai pada pertengahan 2018. (ANTARA FOTO/Sheravim)
Ambon, (ANTARA News) - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menginginkan kapal tol laut harus berisi muatan berupa hasil pertanian, perkebunan serta ikan dari Maluku ke provinsi lain di tanah air.
"Target kita kapal tol laut saat kembali harus terisi 50 hingga 60 persen hasil-hasil perkebunan, pertanian dan terutama perikanan dari Maluku untuk dibawa ke daerah lain, terutama Pulau Jawa," kata Menhub saat menjadi pembicara pada fokus grup diskusi Manajemen Pemerintah Era Digital digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, di Ambon, Senin (13/8).
Tetapi hingga saat ini kapal tol laut yang menyinggahi sejumlah kabupaten/kota di Maluku, saat kembali hanya bisa mengangkut 35 persen barang dan hasil produksi masyarakat dan umumnya milik pengusaha setempat.
Menurutnya, pemanfaatan jasa tol laut untuk mendistribusikan hasil produksi masyarakat Maluku ke sentra pemasaran di Pulau Jawa, jauh lebih mudah karena harga angkut relatif murah serta berdampak mendongkrak produktivitas dan membuka lapangan pekerjaan lebih luas.
"Karena itu saya sudah bicara dan minta tolon Gubernur Maluku Said Assagaff agar bisa didorong peningkatan kapasitas angkut hasil produksi masyarakat dari Maluku hingga mencapai 60 persen melalui jasa tol laut, terutama produk kopra dan berbagai jenis hasil perikanan mengingat kualitasnya sangat baik dan diminati baik di dalam maupun luar negeri," katanya.
Menhub menegaskan, program tol laut selain mewujudkan konektivitas antardaerah juga menekan kesenjangan harga antara wilayah Barat danTimur Indonesia yang disebabkan tidak adanya kepastian ketersediaan barang.
Dia mencontohkan jika harga kopra dan ikan di Maluku jatuh atau anjlok, maka bisa disiasati dengan dijual ke Pulau Jawa dengan memanfaatkan jasa tol laut. Dalam jangka dua minggu saja satu ton ikan atau kopra sudah bisa dijual di Surabaya.
"Dengan jasa tol laut kita siapkan kontener dan disubsidi. Jika dimungkinkan distribusi dan pemasaran ikan dari Maluku ke negara tetangga seperti Darwin, Australia Utara atau Republik Palau mengunakan pesawat jika, Kami siap memberikan subsidi," ujar Menhub.
Disinggung adanya monopoli arus masuk-keluar barang dari Maluku oleh oknum-oknum tertentu sehingga disparitas harga masih terjadi, Menhub menegaskan, akan segera melakukan pengkajian dan penertiban.
"Era digital saat ini memudahkan kita memantau barang yang dibawa dari Surabaya ke Maluku teregister sampai ke tujuan. Jika diduga dikelola oleh oknum yang sama berarti ada monopoli sehingga harga barang tetap tinggi. Ini yang akan saya selidiki dan tertibkan," tandasnya.
Baca juga: Komisi IV DPR dukung Malut jadi lumbung ikan nasional
Baca juga: Menteri Susi minta masyarakat Maluku awasi perikanan
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: