Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 300 bangunan yang ada di Dusun Sambik Jengkel Timur, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, roboh akibat gempa 7 Skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah Lombok pada 5 Agustus.
"Dusun kami terdiri dari 287 jiwa dan 146 Kepala Keluarga, seluruh rumah sudah roboh. Tidak ada yang tersisa," kata Nimerdin, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa Selengan kepada Antara di pos pengungsian, Sabtu.
Enam warganya meninggal dunia. Ratusan lainnya terpaksa berlindung di tempat-tempat pengungsian alakadarnya. Mereka belum mendapat bantuan pemerintah.
Warga dusun itu berinisiatif membangun tenda sendiri menggunakan terpal di tanah lapang di samping bangunan masjid yang telah roboh. Pasokan pangan mereka dapat dari mengumpulkan bahan makanan yang mereka temukan di sela bangunan yang roboh.
"Dari tenda sampai makanan pun, belum ada juga bantuan dari pemerintah," kata Nimerdin.
Di dusun yang berada tidak jauh dari tepian ngarai berkedalaman puluhan meter itu, rumah semi permanen maupun permanen sudah rusak atau roboh. Hanya kandang ayam dan kambing saja yang tampak.
Pada malam hari, warga berusaha melawan udara dingin yang dibawa angin gunung dan angin laut di dalam tenda terpal di daerah perbukitan Gunung Rinjani itu.
Mereka juga kesulitan mendapat air karena Danau Segara Anakan sudah kering. "Dan untuk turun ke sungai, tidak berani juga karena kondisi tanah yang masih labil," kata Sudir, warga Sambik Jengkel.
Warga area perbukitan yang berada sekitar 40 kilometer dari Kota Mataram itu mengharap kedatangan bantuan pemerintah.
"Kami masih butuh tenda bantuan pemerintah," kata Sudir.
Baca juga: BNPB: korban jiwa akibat gempa Lombok tambah jadi 387
Baca juga: Masa tanggap darurat gempa Lombok diperpanjang
Hampir tak ada yang tersisa di Sambik Jengkel Timur
11 Agustus 2018 15:37 WIB
Rumah-rumah warga luluh lantak pascagempa 7 Skala Richter (SR) di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8/2018).(Dok AMAN NTB)
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: