Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (ANTARA News) - Tiga hari setelah gempa bumi berkekuatan 7 pada Skala Richter mengguncang wilayah Lombok pada Minggu malam (5/8), para pengungsi yang berada di area perbuktian Lombok Utara belum mendapat bantuan.

"Selama kami di sini (tenda pengungsian), belum ada datang bantuan," kata Johari, korban gempa yang berlindung di tenda di area perbuktian Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Rabu.

Setelah gempa, Johari bersama anak dan istrinya mengungsi bersama puluhan warga Dusun Gitak Demung mengungsi ke area perbukitan itu.

Keluarga Johari dan warga Dusun Gitak Demung berkeras bertahan di tempat mereka mengungsi tanpa listrik dan air bersih, enggan pindah ke posko terpadu yang punya persediaan logistik memadai. Mereka bertahan mengandalkan barang-barang dan bahan pokok yang berhasil mereka selamatkan dari reruntuhan rumah.

"Beras dan apa saja yang masih bisa dimanfaatkan, kami tarik semua. Kadang juga urunan uang dan turun belanja. Itu pun harus ke Kota Mataram karena di sini semuanya lumpuh total," kata pria yang bekerja sebagai wartawan koran harian di NTB tersebut.

Johari dan waga dusun lainnya mengharapkan bantuan terpal untuk berlindung dan makanan.

"Kalau air kami masih bisa ambil dari sumber mata air yang ada di atas, lima kilometer jauhnya. Yang sangat kami butuhkan sekarang terpal, dan makanan," kata Johari.

Khairil, tokoh pemuda di Desa Genggelang, mengatakan warga mungkin hanya punya persediaan hingga akhir pekan ini.

"Mungkin sama dengan teman-teman di tenda lainnya, kalau malam itu dingin sekali, berembun, anginnya juga kencang. Memang yang kami butuhkan sekarang itu tenda dan makanan," katanya.

Ketika ditanya mengenai alasan bertahan di area perbukitan, Khairil mengatakan bahwa tempat tinggalnya yang berada sekitar satu kilometer dari tempat mengungsi sudah ambruk.

"Baiknya kami di sini saja, kalau balik ke rumah, malah sedih lihatnya, rumah ambruk," kata Khairil, menambahkan bahwa hampir 80 persen rumah yang ada di desanya sudah rata dengan tanah.

Selain itu, warga masih mengkhawatirkan kemungkinan terjadi tsunami, meski Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sudah mencabut peringatan dini tsunami yang dikeluarkan.

Mamiq Sa'id (60), warga Dusun Gitak Demung yang masih aktif mengajar di Madrasah Ryadlul Jannah Nahdlatul Wathan di Dusun Penjor di Desa Genggelang, memilih bertahan mengungsi di bukit karena merasa lebih aman.

"Lebih baik ikut kumpul sama yang lain, lebih aman, kalau di bawah takut juga nanti ada tsunami," kata Mamiq, yang mengaku belum dapat menentukan sampai kapan dia dan keluarhanya akan tinggal di tenda pengungsian.


Penyaluran Bantuan

Berkenaan dengan keluhan pengungsi di perbukitan yang belum tersentuh bantua, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat menyampaikan keterangan pers di Lapangan Tanjung, Rabu, menyatakan bahwa pemetaan kawasan terdampak gempa sedang dilakukan.

"Dari hasil koordinasi dengan Dansatgas (Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani) dan Gubernur NTB, ada enam kecamatan di Lombok yang terkena dampak gempa, satunya di Lombok Timur. Untuk yang terparah ada tiga kecamatan di Lombok Utara," kata Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Pemetaan itu, menurut dia, akan ditindaklanjuti dengan penyaluran bantuan seperti air bersih, tenda dan perlengkapan pendukung kebutuhan hidup harian.

"Apa yang sudah disampaikan dalam rapat koordinasi akan segera ditindaklanjuti. Terakhir BNPB sudah kirim sekian ratus tenda, sebagian sudah ada di Lombok dan sisanya masih ada di Halim (Jakarta)," ujarnya.

Tim gabungan pimpinan Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani juga telah menyediakan rumah sakit lapangan di enam kecamatan terdampak gempa. Seluruh rumah sakit umum daerah yang ada di pusat kota juga telah diinstruksikan untuk membantu korban bencana.

"Kami dari TNI juga sudah siapkan rumah sakit apung dari KRI dr Soeharso yang berlabuh di Pelabuhan Carik. Peralatan maupun dokter pelayanan medis sudah disiapkan," katanya.

Selain itu, TNI, Polri, dan Basarnas telah menyiapkan helikopter untuk mendukung evakuasi korban dari daerah-daerah yang sulit dijangkau.

Baca juga: Korban gempa Lombok butuh tenda dan selimut
Baca juga: Lima perempuan berjuang melahirkan di tenda pengungsi