Basarnas kembali temukan satu korban tertimbun
8 Agustus 2018 14:40 WIB
Arsip Foto. Sejumlah prajurit TNI AD berusaha mengevakuasi korban yang tertimbun rumah yang rusak akibat gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8/2018). Berdasarkan data BNPB mencatat sedikitnya 98 korban meninggal dunia akibat bencana gempa bumi yang terjadi Minggu (5/8/2018) dan kemungkinan masih akan bertambah. (ANTARA /Zabur Karuru)
Pemenang, Lombok Utara, 8/8 (ANTARA News) - Tim Basarnas kembali menemukan lagi satu korban gempa tertimbun puing rumah di Desa Tanjung, Lombok Utara, Rabu.
Berdasarkan pantauan Antara di lokasi, rumah itu berada di pinggir jalan Raya Tanjung, dan korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. Jenazah ditemukan dalam reruntuhan rumah dengan bantuan eskavator.
Agus warga setempat kepada Antara menjelaskan proses evakuasi berlangsung selama sekitar delapan jam. Sementara itu, Dewa salah satu anggota Basarnas belum bisa menyebutkan identifikasi.
"Identitas belum bisa dipastikan, jenazah akan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diidentifikasi dulu," katanya.
Menurut warga sekitar korban belum bisa dikenali sebagai pemilik rumah, sebab rumah yang rubuh tersebut merupakan bangunan toko kelontong.
Ada kemungkinan warga yang datang untuk membeli keperluan rumah tangga, karena ketika gempa berlangsung pada hari Minggu (5/8), toko tersebut ramai pembeli.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengungkapkan jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Lombok, yang terdata hingga Selasa pukul 12.00 Wita mencapai 108 orang.
"Sedangkan korban luka-luka sebanyak 134 orang," katanya usai rapat koordinasi penanganan gempa Lombok di Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Selasa (7/8).
Ia menyatakan, kemungkinan jumlah korban luka akan mengalami peningkatan sebab jumlah pasien cenderung dinamis.
"Tadi ada 50 pasien yang sudah dioperasi, dari total 87 pasien yang harus dioperasi, sementara sisa 37 pasien lainnya sedang menunggu fasilitas untuk operasi tulang terbuka dan tertutup," katanya.
Willem mengatakan tantangan pelayanan medis ialah banyak pasien yang masih trauma berada di dalam ruangan sehingga memengaruhi penanganan lebih lanjut.
"Di sini pada trauma, pada umumnya saat operasi atau setelah operasi tidak mau di gedung, maunya di rawat di luar," katanya.
Ia mengatakan saat ini tim operasi gabungan terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban yang masih berada di bawah reruntuhan bangunan.
"Pencarian dan penyelamatan korban sedang berlangsung di dua tempat paling parah di Lading-Lading di sana ada dua alat berat yang dikerahkan dan di Bangsal juga sedang dilakukan tugas penyelamatan," ungkap Willem.*
Baca juga: Relawan ACT dengar suara batuk korban gempa yang terjebak runtuhan masjid
Baca juga: Warga Lombok Utara mulai makan kelapa
Berdasarkan pantauan Antara di lokasi, rumah itu berada di pinggir jalan Raya Tanjung, dan korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. Jenazah ditemukan dalam reruntuhan rumah dengan bantuan eskavator.
Agus warga setempat kepada Antara menjelaskan proses evakuasi berlangsung selama sekitar delapan jam. Sementara itu, Dewa salah satu anggota Basarnas belum bisa menyebutkan identifikasi.
"Identitas belum bisa dipastikan, jenazah akan dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diidentifikasi dulu," katanya.
Menurut warga sekitar korban belum bisa dikenali sebagai pemilik rumah, sebab rumah yang rubuh tersebut merupakan bangunan toko kelontong.
Ada kemungkinan warga yang datang untuk membeli keperluan rumah tangga, karena ketika gempa berlangsung pada hari Minggu (5/8), toko tersebut ramai pembeli.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengungkapkan jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Lombok, yang terdata hingga Selasa pukul 12.00 Wita mencapai 108 orang.
"Sedangkan korban luka-luka sebanyak 134 orang," katanya usai rapat koordinasi penanganan gempa Lombok di Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Selasa (7/8).
Ia menyatakan, kemungkinan jumlah korban luka akan mengalami peningkatan sebab jumlah pasien cenderung dinamis.
"Tadi ada 50 pasien yang sudah dioperasi, dari total 87 pasien yang harus dioperasi, sementara sisa 37 pasien lainnya sedang menunggu fasilitas untuk operasi tulang terbuka dan tertutup," katanya.
Willem mengatakan tantangan pelayanan medis ialah banyak pasien yang masih trauma berada di dalam ruangan sehingga memengaruhi penanganan lebih lanjut.
"Di sini pada trauma, pada umumnya saat operasi atau setelah operasi tidak mau di gedung, maunya di rawat di luar," katanya.
Ia mengatakan saat ini tim operasi gabungan terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban yang masih berada di bawah reruntuhan bangunan.
"Pencarian dan penyelamatan korban sedang berlangsung di dua tempat paling parah di Lading-Lading di sana ada dua alat berat yang dikerahkan dan di Bangsal juga sedang dilakukan tugas penyelamatan," ungkap Willem.*
Baca juga: Relawan ACT dengar suara batuk korban gempa yang terjebak runtuhan masjid
Baca juga: Warga Lombok Utara mulai makan kelapa
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: