Kemenlu bantu evakuasi WNA kepulauan Lombok
8 Agustus 2018 13:19 WIB
Sejumlah wisatawan domestik dan mancanegara turun dari kapal KM Binaiya setibanya di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Senin (6/8/2018). Sebanyak 417 orang wisatawan dievakuasi dari Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno, NTB menuju Pelabuhan Benoa setelah kawasan wisata tersebut terkena dampak gempa di Lombok. (ANTARA /Rully Prasetyo)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri RI masih terus membantu proses evakuasi warga negara asing (WNA) di pulau-pulau (gili) di Lombok, demikian disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Pasca gempa pekan lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat(NTB), tim Kementerian Luar Negeri bersama Basarnas pada Rabu (8/8) melakukan proses evakuasi yang difokuskan di pulau Gili Meno dan Gili Air.
Proses evakuasi di Gili Meno menggunakan kapal besar, sementara di Gili Air menggunakan perahu karet (rubber boat). Penggunaan moda transportasi tersebut disesuaikan dengan jumlah WNA yang dievakuasi.
Sampai saat ini, diperoleh informasi bahwa masih ada puluhan WNA di Gili Meno yang perlu dievakuasi. Sebanyak tiga orang WNA di pulau Gili Air memerlukan evakuasi.
Adapun sebagian WNA telah menyewa kapal warga sekitar untuk melakukan evakuasi mandiri ke Lombok dari kedua lokasi tersebut.
Sebelumnya pada Selasa (7/8), Tim Penanganan WNA Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Basarnas dan warga lokal Gili telah mengevakuasi lebih dari 350 orang, di mana sekitar 90 persennya WNA.
Tim Penanganan WNA telah melakukan upaya evakuasi dari Bangsal sejak Senin (6/8) siang. Jumlah WNA di ketiga pulau Gili sekitar 2.000 orang dan lebih dari 1.800 WNA telah dievakuasi.
Tim Penanganan WNA Kementerian Luar Negeri telah menerima lebih dari 70 permohonan WNA yang membutuhkan bantuan evakuasi.
Permohonan bantuan untuk evakuasi tersebut datang dari beberapa kedutaan besar asing di Indonesia, antara lain Inggris, Prancis, Italia, Finlandia, Spanyol, Jepang, Ceko, dan Portugal.
Nomor Foreign Visitors Help Desk Kemlu (+62 878-6412-4151) juga menerima permohonan bantuan langsung dari relasi para WNA dari Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Belgia, Spanyol, Portugal, Jepang, Prancis, Yunani, Belanda, Oman, dan Kuwait.*
Baca juga: Menlu apresiasi dukungan negara sahabat terkait gempa Lombok
Baca juga: Relawan ACT dengar suara batuk korban gempa yang terjebak runtuhan masjid
Pasca gempa pekan lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat(NTB), tim Kementerian Luar Negeri bersama Basarnas pada Rabu (8/8) melakukan proses evakuasi yang difokuskan di pulau Gili Meno dan Gili Air.
Proses evakuasi di Gili Meno menggunakan kapal besar, sementara di Gili Air menggunakan perahu karet (rubber boat). Penggunaan moda transportasi tersebut disesuaikan dengan jumlah WNA yang dievakuasi.
Sampai saat ini, diperoleh informasi bahwa masih ada puluhan WNA di Gili Meno yang perlu dievakuasi. Sebanyak tiga orang WNA di pulau Gili Air memerlukan evakuasi.
Adapun sebagian WNA telah menyewa kapal warga sekitar untuk melakukan evakuasi mandiri ke Lombok dari kedua lokasi tersebut.
Sebelumnya pada Selasa (7/8), Tim Penanganan WNA Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Basarnas dan warga lokal Gili telah mengevakuasi lebih dari 350 orang, di mana sekitar 90 persennya WNA.
Tim Penanganan WNA telah melakukan upaya evakuasi dari Bangsal sejak Senin (6/8) siang. Jumlah WNA di ketiga pulau Gili sekitar 2.000 orang dan lebih dari 1.800 WNA telah dievakuasi.
Tim Penanganan WNA Kementerian Luar Negeri telah menerima lebih dari 70 permohonan WNA yang membutuhkan bantuan evakuasi.
Permohonan bantuan untuk evakuasi tersebut datang dari beberapa kedutaan besar asing di Indonesia, antara lain Inggris, Prancis, Italia, Finlandia, Spanyol, Jepang, Ceko, dan Portugal.
Nomor Foreign Visitors Help Desk Kemlu (+62 878-6412-4151) juga menerima permohonan bantuan langsung dari relasi para WNA dari Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Belgia, Spanyol, Portugal, Jepang, Prancis, Yunani, Belanda, Oman, dan Kuwait.*
Baca juga: Menlu apresiasi dukungan negara sahabat terkait gempa Lombok
Baca juga: Relawan ACT dengar suara batuk korban gempa yang terjebak runtuhan masjid
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: