Presiden: Jangan karena pilpres kita retak
8 Agustus 2018 11:47 WIB
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Bupati Bogor Nurhayanti (kanan), Ketua MUI Kabupaten Bogor K.H. Ahmad Mukri Aji (kedua kiri) dan Ketua MUI Jawa Barat Rahmat Syafei (kiri) menabuh hadroh saat meresmikan pembukaan Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) di gedung Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8/2018). Pendidikan Kader Ulama MUI angkatan XII dan Ijtima 3000 Ulama tersebut bertemakan "Mengkader Pemimpin Muda Islam Berparadigma Wasathiyah". (ANTARA /Yulius Satria Wijaya)
Bogor (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo membuka Pendidikan Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor Angkatan XII Tahun 2018 di Gedung Tegar Beriman, Cibinong, Selasa.
Presiden yang tiba pukul 08.45 WIB, dijemput Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Ketua MUI Kabupaten Bogor KH Ahmad Mukri Aji, dan Bupati Bogor Nurhayanti.
Presiden langsung menuju ruang tunggu dan sekitar pukul 09.00 WIB langsung masuk ke acara yang bertema “Mencetak Kader Pemimpin Muslim Berparadigma Wasathiyah” tersebut.
“Assalamualaikum,” sapa Jokowi kepada para peserta yang hadir dan sambil mengajak bersalaman.
Dalam pidatonya, Kepala Negara kembali mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara besar dan sebagai negara muslim terbesar di dunia harus selalu menjaga kerukunan.
"Jangan sampai karena Pilpres, Pilkada, yang setiap lima tahun, kita jadi retak, tidak rukun, ini kekeliruan yang harus kita luruskan," kata Presiden.
Jokowi berharap masyarakat memilih yang terbaik, dan setelah selesai rukun kembali.
"Jangan sampai, sekali lagi kita ini retak, menjadi tidak saling sapa antar tetangga, teman karena pilkada dan Pilpres. Salah besar," katanya.
Untuk itu, Presiden meminta kepada para ulama menyampaikan pesan damain kepada masyarakat secara terus menerus.
"Saya titip kader ulama yang dikembangkan adalah berprasangka baik, berpikir penuh kecintaan, jangan sampai mencela, saling menjelekkan," katanya.
Di akhir acara Jokowi, Moeldoko, Ahmad Mukri Aji, dan Nurhayanti secara bersama-sama memainkan alat musik hadrah sebagai simbol pembukaan pendidikan kader ulama tersebut.
Presiden yang tiba pukul 08.45 WIB, dijemput Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Ketua MUI Kabupaten Bogor KH Ahmad Mukri Aji, dan Bupati Bogor Nurhayanti.
Presiden langsung menuju ruang tunggu dan sekitar pukul 09.00 WIB langsung masuk ke acara yang bertema “Mencetak Kader Pemimpin Muslim Berparadigma Wasathiyah” tersebut.
“Assalamualaikum,” sapa Jokowi kepada para peserta yang hadir dan sambil mengajak bersalaman.
Dalam pidatonya, Kepala Negara kembali mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara besar dan sebagai negara muslim terbesar di dunia harus selalu menjaga kerukunan.
"Jangan sampai karena Pilpres, Pilkada, yang setiap lima tahun, kita jadi retak, tidak rukun, ini kekeliruan yang harus kita luruskan," kata Presiden.
Jokowi berharap masyarakat memilih yang terbaik, dan setelah selesai rukun kembali.
"Jangan sampai, sekali lagi kita ini retak, menjadi tidak saling sapa antar tetangga, teman karena pilkada dan Pilpres. Salah besar," katanya.
Untuk itu, Presiden meminta kepada para ulama menyampaikan pesan damain kepada masyarakat secara terus menerus.
"Saya titip kader ulama yang dikembangkan adalah berprasangka baik, berpikir penuh kecintaan, jangan sampai mencela, saling menjelekkan," katanya.
Di akhir acara Jokowi, Moeldoko, Ahmad Mukri Aji, dan Nurhayanti secara bersama-sama memainkan alat musik hadrah sebagai simbol pembukaan pendidikan kader ulama tersebut.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: