Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan perlu ada aturan yang membuat devisa hasil ekspor dapat tinggal lebih lama di dalam negeri supaya stabilitas nilai tukar dapat lebih terjaga.

"Paling tidak ada aturan (devisa) tinggal berapa lama. Thailand memberlakukan enam bulan harus tinggal dulu baru boleh keluar lagi, jadi stabilitasnya lebih bisa terjaga," kata Aviliani ditemui usai sebuah seminar di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan UU Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar yang menyebutkan bahwa setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa perlu ditinjau kembali.

Aviliani juga mendorong pemerintah tidak sekadar melakukan bujukan moral kepada pelaku usaha agar menarik dan mengonversi devisa hasil ekspor mereka. Pemerintah diharapkan meminta secara serius kepada pelaku usaha dan menawarkan privilese atau hak istimewa berupa jaminan kebutuhan uang, misalnya untuk impor, dapat terpenuhi.

"Pelaku usaha takut uangnya masuk begitu mereka butuh uangnya tidak ada. Itu harus ada jaminan, jadi ajak Bank Indonesia juga untuk duduk bersama," kata Aviliani.

Menurut data Bank Indonesia, lebih dari 90 persen eksportir sudah membawa devisa hasil ekspor ke dalam negeri. Dari jumlah tersebut, yang dikonversikan ke rupiah hanya sekitar 15 persen. Angka sementara per triwulan I-2018 menunjukkan aliran DHE ke bank domestik mencapai 32,63 miliar dolar AS atau 92,9 persen dari jumlah DHE yang mencapai 35,12 miliar dolar AS.

Dari angka sementara aliran DHE ke bank domestik per triwulan I-2018 tersebut, sekitar 12,9 persen dikonversi ke rupiah.

Selain perbaikan aturan devisa bebas, lanjut Aviliani, sisi ekspor juga harus diperbaiki untuk menambah devisa.

Hal tersebut untuk mengimbangi pertumbuhan impor yang cukup tinggi sebagai imbas dari tren konsumsi penduduk usia muda yang lebih cenderung memilih barang kualitas impor.

"Kita belum memilih mana ekspor yang bisa menambah dari hanya CPO dan batu bara, padahal dua ini makin lama makin turun. Bappenas perlu mengarahkan ke industri mana," kata Aviliani.

Baca juga: Darmin: Konversi devisa tambah tenaga pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Pemerintah berupaya dorong kegiatan penghasil devisa