Masyarakat memburu makanan instan di Mataram
7 Agustus 2018 00:43 WIB
Warga mengambil bantuan logistik di lokasi pengungsian di Tanjung, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8/2018). BNPB mencatat sedikitnya 91 orang korban meninggal dunia akibat bencana gempa bumi yang terjadi Minggu (5/8/2018) dan terdapat kemungkinan akan bertambah. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Mataram (ANTARA News) - Masyarakat di Kota Mataram, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), memburu berbagai makanan instan yang tersedia di sejumlah toko retail modern setempat.
Berdasarkan pantauan Antara di Mataram, Senin malam (6/8), untuk rak khusus mi instan dan roti sudah kosong dibeli oleh masyarakat. Begitu juga untuk rak khusus bubur instan, beberapa sereal dan lainnya.
Menurut Arin salah seorang pegawai retail modern di Kota Mataram, masyarakat memborong makanan instan pascakejadian gempa yang mengguncang NTB, Minggu (5/8), pukul 18.46 WIB.
Arin mengatakan produk-produk makanan instan tersebut habis diborong masyarakat untuk persediaan mereka di sejumlah tenda-tenda pengungsian sementara. Bahkan stok produk-produk makanan instan ini juga terlihat kosong di sejumlah gerai di tiga lokasi berbeda di Kota Mataram.
Gufron salah satu warga lokal yang mencari mi instan mengaku kehabisan. "Iya, saya mencari mi seduh air panas tapi sudah kosong".
Menurut dia, wajar jika masyarakat memburu dan menimbun makanan instan. Ini karena mereka masih takut untuk masak di dalam rumah, sehingga memilih produk makanan instan yang praktis karena hanya perlu diseduh dengan air panas saja.
Baca juga: BNPB: 21 ton logistik diterbangkan ke Lombok
Bertahan di tenda
Masyarakat di sekitar Kota Mataram, Pulau Lombok, tampak banyak membangun tenda di gang-gang atau jalan untuk bermalam bersama di luar rumah.
"Tenda ini untuk pengungsian bersama, karena masih pada takut untuk tidur di dalam rumah," kata Farouk Mukhsin salah satu warga di Kelurahan Cakranegara, Lombok.
Beberapa tenda bahkan mereka dirikan di tengah jalanan guna menghindari bangunan tembok yang dikhawatirkan runtuh ketika terjadi gempa susulan.
Beberapa jalan kecil terpaksa dipasangi barikade untuk menutup akses jalanan agar dapat didirikan tenda dengan atap terpal yang luas.
Berdasarkan pantauan Antara, satu tenda terpal diisi lima sampai enam keluarga, dengan mayoritas wanita dan anak-anak. Sedangkan warga laki-laki berkumpul di ujung gang untuk siaga.
Wati salah satu pengungsi di tenda darurat mengatakan masih trauma dan takut untuk bermalam di dalam rumah. Sebab gempa susulan cukup besar terjadi beberapa hari terakhir ketika petang.
"Semalam, guncangan besar sekali, jadi saya takut roboh, mending di luar bareng-bareng nunggu aman," kata Wati yang berharap tidak ada lagi gempa susulan.
Baca juga: Korban gempa NTB sementara dirawat di tenda pengungsian
Baca juga: Kerugian akibat gempa Lombok diperkirakan sekitar Rp1 triliun
Berdasarkan pantauan Antara di Mataram, Senin malam (6/8), untuk rak khusus mi instan dan roti sudah kosong dibeli oleh masyarakat. Begitu juga untuk rak khusus bubur instan, beberapa sereal dan lainnya.
Menurut Arin salah seorang pegawai retail modern di Kota Mataram, masyarakat memborong makanan instan pascakejadian gempa yang mengguncang NTB, Minggu (5/8), pukul 18.46 WIB.
Arin mengatakan produk-produk makanan instan tersebut habis diborong masyarakat untuk persediaan mereka di sejumlah tenda-tenda pengungsian sementara. Bahkan stok produk-produk makanan instan ini juga terlihat kosong di sejumlah gerai di tiga lokasi berbeda di Kota Mataram.
Gufron salah satu warga lokal yang mencari mi instan mengaku kehabisan. "Iya, saya mencari mi seduh air panas tapi sudah kosong".
Menurut dia, wajar jika masyarakat memburu dan menimbun makanan instan. Ini karena mereka masih takut untuk masak di dalam rumah, sehingga memilih produk makanan instan yang praktis karena hanya perlu diseduh dengan air panas saja.
Baca juga: BNPB: 21 ton logistik diterbangkan ke Lombok
Bertahan di tenda
Masyarakat di sekitar Kota Mataram, Pulau Lombok, tampak banyak membangun tenda di gang-gang atau jalan untuk bermalam bersama di luar rumah.
"Tenda ini untuk pengungsian bersama, karena masih pada takut untuk tidur di dalam rumah," kata Farouk Mukhsin salah satu warga di Kelurahan Cakranegara, Lombok.
Beberapa tenda bahkan mereka dirikan di tengah jalanan guna menghindari bangunan tembok yang dikhawatirkan runtuh ketika terjadi gempa susulan.
Beberapa jalan kecil terpaksa dipasangi barikade untuk menutup akses jalanan agar dapat didirikan tenda dengan atap terpal yang luas.
Berdasarkan pantauan Antara, satu tenda terpal diisi lima sampai enam keluarga, dengan mayoritas wanita dan anak-anak. Sedangkan warga laki-laki berkumpul di ujung gang untuk siaga.
Wati salah satu pengungsi di tenda darurat mengatakan masih trauma dan takut untuk bermalam di dalam rumah. Sebab gempa susulan cukup besar terjadi beberapa hari terakhir ketika petang.
"Semalam, guncangan besar sekali, jadi saya takut roboh, mending di luar bareng-bareng nunggu aman," kata Wati yang berharap tidak ada lagi gempa susulan.
Baca juga: Korban gempa NTB sementara dirawat di tenda pengungsian
Baca juga: Kerugian akibat gempa Lombok diperkirakan sekitar Rp1 triliun
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018
Tags: