BMKG sampaikan belasungkawa kepada korban gempa Lombok
6 Agustus 2018 14:25 WIB
Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8). Berdasarkan data BNPB, gempa berkekuatan 7 SR yang terjadi pada hari Minggu, 5 Agustus 2018 itu, hingga Senin siang hari menyebabkan 91 orang meninggal dunia, ratusan orang luka-luka, ribuan rumah rusak, dan ribuan warga lainnya mengungsi ke tempat yang aman. (ANTARA /Ahmad Subaidi)
Jakarta, (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan belasungkawa kepada para korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Bagi keluarga yang ditinggalkan sanak saudara, dan kerabat semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini dan bagi yang mengalami luka-luka semoga segera diberikan kesembuhan,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima Antara, Jakarta, Senin.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga saat ini gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB telah menyebabkan 91 orang meninggal dan 209 orang mengalami luka-luka. Kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Dwikorita mengungkapkan gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur pada Minggu (5/8) adalah gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa itu dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan Patahan Naik.
BMKG mengimbau agar warga tetap waspada dan sementara ini tidak berada di dalam bangunan-bangunan yang rawan runtuh .
Masyarakat juga diminta untuk tidak mendekati daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan kekuatan yang lebih kecil.
Berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yang berkekuatan 7 SR itu.
Dari 147 gempa susulan itu, sebanyak 13 gempa dirasakan oleh masyarakat dengan kekuatan terbesar pada 5,7 SR.
Dwikorita menjelaskan munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam untuk menghabiskan energi gempa yang masih tersisa sehingga setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.
"Masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan ini," tuturnya.
Setelah BMKG mengeluarkan peringatan dini waspada tsunami. Tsunami kecil telah terjadi di empat titik, yakni di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa 2 cm.
Peringatan dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada Minggu (5/8). Status ancaman tsunami tersebut hanya berada di level waspada karena ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter.*
Baca juga: BNPB: korban meninggal bertambah jadi 91 orang
Baca juga: BMKG catat 147 gempa bumi susulan di Lombok
Baca juga: BNPB kirim 100 tenda ke Lombok Utara
“Bagi keluarga yang ditinggalkan sanak saudara, dan kerabat semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini dan bagi yang mengalami luka-luka semoga segera diberikan kesembuhan,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima Antara, Jakarta, Senin.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga saat ini gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB telah menyebabkan 91 orang meninggal dan 209 orang mengalami luka-luka. Kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Dwikorita mengungkapkan gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur pada Minggu (5/8) adalah gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa itu dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan Patahan Naik.
BMKG mengimbau agar warga tetap waspada dan sementara ini tidak berada di dalam bangunan-bangunan yang rawan runtuh .
Masyarakat juga diminta untuk tidak mendekati daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan kekuatan yang lebih kecil.
Berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yang berkekuatan 7 SR itu.
Dari 147 gempa susulan itu, sebanyak 13 gempa dirasakan oleh masyarakat dengan kekuatan terbesar pada 5,7 SR.
Dwikorita menjelaskan munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam untuk menghabiskan energi gempa yang masih tersisa sehingga setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.
"Masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan ini," tuturnya.
Setelah BMKG mengeluarkan peringatan dini waspada tsunami. Tsunami kecil telah terjadi di empat titik, yakni di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa 2 cm.
Peringatan dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada Minggu (5/8). Status ancaman tsunami tersebut hanya berada di level waspada karena ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter.*
Baca juga: BNPB: korban meninggal bertambah jadi 91 orang
Baca juga: BMKG catat 147 gempa bumi susulan di Lombok
Baca juga: BNPB kirim 100 tenda ke Lombok Utara
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: