Polres Lombok Barat siapkan tenda pengungsi
6 Agustus 2018 03:24 WIB
Korban gempa bumi beristirahat di tenda darurat pengungsi, Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7/2018). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter memakan korban 15 orang tewas, 162 orang luka-luka serta ratusan rumah hancur. (ANTARA /Akbar Nugroho Gumay)
Lombok Barat, (ANTARA News) - Kepolisian Resor (Polres) Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), berupaya menyiapkan tenda-tenda darurat pengungsian bagi warga yang terkena dampak gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter(SR) pada Minggu malam, pukul 19.46 Wita.
"Untuk kondisi sekarang ini yang dibutuhkan adalah tenda. Pagi nanti akan kita upayakan bangun tenda-tenda, baik yang ada di sini (Senggigi) dan tempat lainnya, termasuk rumah sakit di Gerung," kata Kapolres Lombok Barat ,AKBP Heri Wahyudi yang ditemui wartawan di Mapolsek Senggigi, Senin dinihari.
Hal itu diungkapkannya mengingat sarana tenda peleton milik Polres Lombok Barat secara keseluruhan telah disalurkan ke Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara, daerah yang terkena dampak gempa bumi pada Minggu (29/7).
"Karena tenda kita juga lagi dipakai di sana, maka kemungkinan tendanya akan dibuat dari terpal," ujarnya.
Rencana itu disampaikan Kapolres setelah mendapatkan informasi dari laporan anggota yang melakukan cek kondisi warga pascagempa bumi.
Dari laporan yang dia terima, banyak warga Kabupaten Lombok Barat, termasuk wilayah Senggigi dan sekitarnya, yang memilih untuk bertahan di luar rumah.
Sebagian besar, areal perbukitan menjadi lokasi pilihan warga. Kondisi itu disebabkan karena informasi sebelumnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa bumi 7,0 SR.
Namun terkait dengan informasi tersebut, BMKG Pusat telah menyatakan peringatan dini tsunami sudah berakhir pada Minggu malam, pukul 21.25 Wita dan secara resmi peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa bumi 7,0 SR di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, telah berakhir.
"Kita sudah imbau tetapi mereka memilih untuk tetap bertahan di sana (areal perbukitan dan lapangan terbuka). Alasannya karena tidak berani kembali ke rumah, takut ada gempa susulan, ada tsunami," ujarnya.
Dari hasil pantauan wartawan Antara, sepanjang ruas jalan raya dari Kecamatan Meninting, Batu Layar, sampai ke arah Senggigi, masih dalam keadaan gelap gulita. Nampak sejumlah ruas jalan yang ada di pinggir perbukitan, terlihat bebatuan berserakan akibat longsor.
Baca juga: Lima perempuan berjuang melahirkan di tenda pengungsi
Baca juga: Anak-anak korban gempa Lombok ingin sekolah
"Untuk kondisi sekarang ini yang dibutuhkan adalah tenda. Pagi nanti akan kita upayakan bangun tenda-tenda, baik yang ada di sini (Senggigi) dan tempat lainnya, termasuk rumah sakit di Gerung," kata Kapolres Lombok Barat ,AKBP Heri Wahyudi yang ditemui wartawan di Mapolsek Senggigi, Senin dinihari.
Hal itu diungkapkannya mengingat sarana tenda peleton milik Polres Lombok Barat secara keseluruhan telah disalurkan ke Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara, daerah yang terkena dampak gempa bumi pada Minggu (29/7).
"Karena tenda kita juga lagi dipakai di sana, maka kemungkinan tendanya akan dibuat dari terpal," ujarnya.
Rencana itu disampaikan Kapolres setelah mendapatkan informasi dari laporan anggota yang melakukan cek kondisi warga pascagempa bumi.
Dari laporan yang dia terima, banyak warga Kabupaten Lombok Barat, termasuk wilayah Senggigi dan sekitarnya, yang memilih untuk bertahan di luar rumah.
Sebagian besar, areal perbukitan menjadi lokasi pilihan warga. Kondisi itu disebabkan karena informasi sebelumnya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa bumi 7,0 SR.
Namun terkait dengan informasi tersebut, BMKG Pusat telah menyatakan peringatan dini tsunami sudah berakhir pada Minggu malam, pukul 21.25 Wita dan secara resmi peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa bumi 7,0 SR di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, telah berakhir.
"Kita sudah imbau tetapi mereka memilih untuk tetap bertahan di sana (areal perbukitan dan lapangan terbuka). Alasannya karena tidak berani kembali ke rumah, takut ada gempa susulan, ada tsunami," ujarnya.
Dari hasil pantauan wartawan Antara, sepanjang ruas jalan raya dari Kecamatan Meninting, Batu Layar, sampai ke arah Senggigi, masih dalam keadaan gelap gulita. Nampak sejumlah ruas jalan yang ada di pinggir perbukitan, terlihat bebatuan berserakan akibat longsor.
Baca juga: Lima perempuan berjuang melahirkan di tenda pengungsi
Baca juga: Anak-anak korban gempa Lombok ingin sekolah
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: