Jakarta (ANTARA News) - Upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) perlu terus diupayakan, antara lain dengan memerangi kelaparan dan kurang gizi di berbagai belahan dunia.

FAO terus berupaya mendukung ketahanan pangan global antara lain dengan pendayagunaan SDG tumbuhan untuk pangan dan pertanian (PGRFA). Karena itu, FAO banyak melaksakan kegiatan penguatan pengelolaan SDG global melalui konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dalam berbagai bentuk kerja sama multilteral antara lain FAO membentuk kelompok kerja multilateral SDG pangan dan pertanian.

Salah satu kegiatan penting yang dilaksanakan kelompok kerja FAO tersebut adalah dilaksanakannya pertemuan di kantor pusat FAO, Roma, Italia pada tanggal 25-27 juli 2018 untuk membahas agenda Intergovermental technical working group on plant genetic resources for food and agriculture 9th.

Sidang dibuka oleh sekretaris Komisi Sumber Daya Genetik untuk pangan dan pertanian (Comission on genetic resources for food and Agricultural, CGRFA) FAO. Dalam pembukaan disampaikan bahwa masalah penting dalam produksi pangan dan pertanian saat ini adalah ancaman keterbatasan sumber air dan perubahan iklim global.

Karena itu, perlu adanya blue print dalam pengelolaan sumberdaya genetik tanaman untuk mengatasi masalah tsb, terobosan teknologi dan memanfaatkan pengetahuan tradisional atau kearifan lokal.

Agenda antara lain membahas konservasi dan penguatan dalam perbaikan tanaman dan kapasitas pemuliaan tanaman. Kegiatan konservasi SDG lokal dan tingkat nasional memandang pentingnya konservasi dan keberlanjutan penggunaan ras lokal (landraces).

Untuk menjamin hal tersebut konservasi dilakukan pada berbagai metode baik in situ maupun eks situ melalui manajemen sumberdaya genetik sesuai dengan metode konservasi.

Dalam sidang tersebut selain dibahas standar bank gen, konservasi in situ, dan konservasi pada lahan petani juga dibahas Digital Sequence information (DSI) yang meliputi: Karakterisasi, Pemuliaan dan Perbaikan genetik, konservasi dan identifikasi sumberdaya genetik.

DSI menyangkut data base DNA yang berpautan terhadap Genomik, Transkriptomik dan Proteomik. Adanya tambahan data metabolomik adalah sangat menguatkan terhadap karakterisasi sumberdaya genetik tersebut.

Dalam kesempatan sidang ini delegasi Indonesia, disampaikan oleh Mastur, PhD dari IAARD menyatakan bahwa tidak semua negara mempunyai kapasitas yang sama dalam membuat bank gen.

Ada yang masih terbatas konservasi benih ortodoks dan lapang; lainnya telah lebih maju dengan telah menggunakan metode in vitro, cryo preservation, dan DNA. Untuk itu perlu dukungan FAO agar standar bank gen di beberapa negara dapat ditingkatkan. Selain bank gen, konservasi pada lahan petani juga perlu dukungan FAO agar lebih baik.

Sidang juga membahas akses dan sharing benefit terhadap sumberdaya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang mengacu pada Nagoya Protocol dan bila terjadi pertukaran sumberdaya genetik diperlukan Material Transfer Agreements (MTAs).

Selain itu sidang juga membahas bagaimana memanfaakan secara berkelanjutan SDG mikroorganisme dan invertebrata untuk pangan dan pertanian.

Dengan mengikuti sidang PGRFA ini menguatkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan mempunyai kekayaan SDG yang tinggi perlu terus memperjuangkan agar selain mendapat manfaat maksimal dari forum multilateral ini juga mampu berkontribusi untuk ketahanan pangan global.