Artikel
Berkat BPJS-TK tangan Haer "utuh" kembali
2 Agustus 2018 18:58 WIB
Ilustrasi - Dirut BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto memberikan keterangan pers tentang penghargaan Paritrana Award di Istana Wakil Presiden di Jakarta, Selasa (31/7/2018). (ANTARA/Erafzon Saptiyulda)
Hanya pasrah dan ikhlas yang terucap dari mulut Ny Yayah setelah mendengar vonis dokter bahwa satu-satunya jalan yang dapat ditempuh agar tidak merusak seluruh organ tubuh adalah memotong atau mengamputasi tangan kiri suaminya, Haer.
"Saya ikhlas dokter, kalau memang itu satu-satunya jalan terbaik untuk menyelamatkan suami saya," kata Ny Yayah kepada dokter yang menangani suaminya, ketika menceritakan tentang keikhlasannya mengijinkan pemotongan tangan kiri suaminya yang sudah membengkak dan membusuk di Rumah Sakit Hermina, Kabupaten Serang, Banten, beberapa bulan lalu.
Tepatnya tanggal 4 November 2017 sekitar pukul 23.30 WIB, sepertinya hari naas bagi Haer (52) dalam menjalankan tugasnya sebagai teknik operator di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Albantani, Kabupaten Serang.
Haer tidak menyangka bila sebuah pipa besi yang beraliran listrik tegangan tinggi menimpa tangan kirinya pada saat memperbaiki bak air kantor tempat ia bekerja.
"Saya lagi membetulkan bak air, tapi tiba-tiba sebuah pipa besi jatuh dan menyentuh kabel listrik yang tidak terbungkus bertegangan tinggi. Kemudian sempat terjadi ledakan hingga sampai listrik mati, dan tangan kiri saya tertimpa pipa yang mengandung listrik tersebut," kata Haer menceritakan awal mula terjadinya musibah tersebut.
Haer, istri dan dua orang anaknya harus ikhlas menerima takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT dengan hanya memiliki satu tangan, tetapi Haer tidak boleh berputus asa menghadapi hidup dengan hanya satu tangan, dan harus tetap tegar melaksanakan tugas sebagai bapak pencari nafkah untuk keluarganya.
Untunglah pemilik perusahaan tidak memberhentikan Haer sebagai karyawan, tetapi tetap memberikan kesempatan kepada Haer untuk bekerja pada bagian yang tidak banyak membutuhkan bantuan dua tangan seperti bagian administrasi misalnya.
"Haer tidak saya berhentikan bekerja, hanya saya pindahkan bagian, dari operator teknik ke bagian administrasi, dan ia menyatakan masih sanggup bekerja," kata Kabag Kepegawaian PDAM Tirta Albantani Ary Setiawan, seraya menambahkan untung tangan yang dipotong tangan kiri, sehingga ia bisa bekerja seperti normal dengan tangan kanan.
Kasus kecelakaan kerja yang menimpa Haer, menurut Ary Setiawan, bukan yang pertama kali terjadi di perusahaan PDAM Tirta Albantani yang berdiri berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Serang Nomor 1 tahun 1977 itu. Sudah banyak kecelakaan kerja yang dialami pekerja.
"Tapi, sampai tangan diamputasi baru kali ini terjadi," kata Ary Setiawan yang menyebutkan ada 182 karyawan yang bekerja di PDAM tersebut.
Menurut Ary, perusahaan sebenarnya bertanggungjawab terhadap musibah kerja yang dialami karyawan, mulai berobat ke rumah sakit sampai si pasien tumbuh total, bahkan bila sampai meninggal dunia saat bekerja.
"Untunglah seluruh karyawan kami didaftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS-TK) sejak tahun 2016, sehingga seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS-TK, termasuk Haer" kata Ary.
Tangan Robot
Ary mengatakan pada saat kejadian tersebut pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat. Dari hasil koordinasi diputuskan untuk langsung melapor BPJS-TK terdekat, dan saat itu juga pihak BPJS-TK meresponi dan memonitor apakah Bapak Haer sebagai peserta.
Setelah diketahui sebagai peserta maka seluruh biaya pengobatan ditanggung BPJS Ketenagakerjaan.
"Kami tidak mengeluarkan satu persen pun biaya berobat, seluruhnya ditanggung BPJS, bahkan juga akan memberikan tangan palsu yang bisa digerak-gerakkan," kata Ary yang bersyukur seluruh karyawannya didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Kabid Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Serang Eka Kartika mengatakan BPJS Ketenagakerjaan bertanggungjawab memberikan bantuan pengobatan kepada setiap peserta BPJS yang mengalami kecelakaan kerja, berapapun biaya yang dikeluarkan sampai ia sembuh total, dan tidak melihat berapa lama ia sudah menjadi peserta.
"Misalnya hari ini ia terdaftar sebagai peserta, kemudian besoknya ia mengalami kecelakaan kerja, maka yang bersangkutan akan mendapatkan penggantian seluruh pengobatan," kata Eka Kartika.
Untuk kasus Haer, ia mengatakan yang bersangkutan tidak hanya diobati penyakitnya sampai sembuh, tetapi juga dibelikan tangan palsu yang bisa digerak-gerakkan atau tangan palsu robotic.
"Tahun-tahun lalu juga peserta mendapatkan tangan palsu namun yang manual (tidak bisa digerakkan), tahun ini tangan palsu robot yang harganya tentu lebih mahal dibandingkan tangan manual," kata Kartika.
Ia mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan terus meningkatkan pelayanan yang terbaik kepada setiap peserta, sehingga diharapkan peserta tidak kecewa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tangan palsu robot yang didapati Haer langsung dipesan dari Jerman dengan harga sekitar Rp120 juta, yang bentuk dan coraknya disesuaikan dengan tangan asli Haer.
Untuk mendapatkan tangan palsu robot berkualitas, BPJS Ketenagakerjaan bekerja sama dengan PT Ottobock Healthcare Indonesia yang memiliki produk berkualitas didatangkan langsung dari negara Jerman.
"Kami tidak ingin mengecewakan pasien, sehingga untuk membuatkan tangan palsu untuk Haer benar-benar diukur sesuai dengan bentuk tangan aslinya, agar bila dipakai terasa nyaman atau tidak menimbulkan rasa sakit," kata Prosthetist Orthotist, Divisi Sales & Marketing PT Ottobock Healthcare Indonesia Nanda Syntia Laresa.
Meskipun Haer kehilangan satu tangannya, namun dengan akan mendapatkan tangan palsu yang bisa digerakkan, sepertinya rasa sakit yang dideritanya berhari-hari selama dirawat di rumah sakit dapat terobati.
"Bukan hanya tangan kiri saya saja yang dipotong, tetapi perut saya juga dibedah untuk mengeluarkan sesuatu agar tidak infeksi, kemudian dijahit, dan sampai tujuh kali operasi," kata Haer sambil memperlihatkan perut bekas jahitan.
Pengganti tangan Haer dibuat dan dibentuk sedemikian rupa menyerupai tangan yang asli dengan warna yang disesuaikan pula dengan tangan yang asli, bisa digerak-gerakkan pula, sepintas terlihat dari jauh tangan Haer seperti utuh, tidak terlihat palsu.
Baca juga: 80 persen peserta tak tahu manfaat BPJS-TK
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan pastikan korban kecelakaan kerja dapat bekerja kembali
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan biayai kecelakaan tanpa batas
"Saya ikhlas dokter, kalau memang itu satu-satunya jalan terbaik untuk menyelamatkan suami saya," kata Ny Yayah kepada dokter yang menangani suaminya, ketika menceritakan tentang keikhlasannya mengijinkan pemotongan tangan kiri suaminya yang sudah membengkak dan membusuk di Rumah Sakit Hermina, Kabupaten Serang, Banten, beberapa bulan lalu.
Tepatnya tanggal 4 November 2017 sekitar pukul 23.30 WIB, sepertinya hari naas bagi Haer (52) dalam menjalankan tugasnya sebagai teknik operator di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Albantani, Kabupaten Serang.
Haer tidak menyangka bila sebuah pipa besi yang beraliran listrik tegangan tinggi menimpa tangan kirinya pada saat memperbaiki bak air kantor tempat ia bekerja.
"Saya lagi membetulkan bak air, tapi tiba-tiba sebuah pipa besi jatuh dan menyentuh kabel listrik yang tidak terbungkus bertegangan tinggi. Kemudian sempat terjadi ledakan hingga sampai listrik mati, dan tangan kiri saya tertimpa pipa yang mengandung listrik tersebut," kata Haer menceritakan awal mula terjadinya musibah tersebut.
Haer, istri dan dua orang anaknya harus ikhlas menerima takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT dengan hanya memiliki satu tangan, tetapi Haer tidak boleh berputus asa menghadapi hidup dengan hanya satu tangan, dan harus tetap tegar melaksanakan tugas sebagai bapak pencari nafkah untuk keluarganya.
Untunglah pemilik perusahaan tidak memberhentikan Haer sebagai karyawan, tetapi tetap memberikan kesempatan kepada Haer untuk bekerja pada bagian yang tidak banyak membutuhkan bantuan dua tangan seperti bagian administrasi misalnya.
"Haer tidak saya berhentikan bekerja, hanya saya pindahkan bagian, dari operator teknik ke bagian administrasi, dan ia menyatakan masih sanggup bekerja," kata Kabag Kepegawaian PDAM Tirta Albantani Ary Setiawan, seraya menambahkan untung tangan yang dipotong tangan kiri, sehingga ia bisa bekerja seperti normal dengan tangan kanan.
Kasus kecelakaan kerja yang menimpa Haer, menurut Ary Setiawan, bukan yang pertama kali terjadi di perusahaan PDAM Tirta Albantani yang berdiri berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Serang Nomor 1 tahun 1977 itu. Sudah banyak kecelakaan kerja yang dialami pekerja.
"Tapi, sampai tangan diamputasi baru kali ini terjadi," kata Ary Setiawan yang menyebutkan ada 182 karyawan yang bekerja di PDAM tersebut.
Menurut Ary, perusahaan sebenarnya bertanggungjawab terhadap musibah kerja yang dialami karyawan, mulai berobat ke rumah sakit sampai si pasien tumbuh total, bahkan bila sampai meninggal dunia saat bekerja.
"Untunglah seluruh karyawan kami didaftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS-TK) sejak tahun 2016, sehingga seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS-TK, termasuk Haer" kata Ary.
Tangan Robot
Ary mengatakan pada saat kejadian tersebut pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat. Dari hasil koordinasi diputuskan untuk langsung melapor BPJS-TK terdekat, dan saat itu juga pihak BPJS-TK meresponi dan memonitor apakah Bapak Haer sebagai peserta.
Setelah diketahui sebagai peserta maka seluruh biaya pengobatan ditanggung BPJS Ketenagakerjaan.
"Kami tidak mengeluarkan satu persen pun biaya berobat, seluruhnya ditanggung BPJS, bahkan juga akan memberikan tangan palsu yang bisa digerak-gerakkan," kata Ary yang bersyukur seluruh karyawannya didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Kabid Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Serang Eka Kartika mengatakan BPJS Ketenagakerjaan bertanggungjawab memberikan bantuan pengobatan kepada setiap peserta BPJS yang mengalami kecelakaan kerja, berapapun biaya yang dikeluarkan sampai ia sembuh total, dan tidak melihat berapa lama ia sudah menjadi peserta.
"Misalnya hari ini ia terdaftar sebagai peserta, kemudian besoknya ia mengalami kecelakaan kerja, maka yang bersangkutan akan mendapatkan penggantian seluruh pengobatan," kata Eka Kartika.
Untuk kasus Haer, ia mengatakan yang bersangkutan tidak hanya diobati penyakitnya sampai sembuh, tetapi juga dibelikan tangan palsu yang bisa digerak-gerakkan atau tangan palsu robotic.
"Tahun-tahun lalu juga peserta mendapatkan tangan palsu namun yang manual (tidak bisa digerakkan), tahun ini tangan palsu robot yang harganya tentu lebih mahal dibandingkan tangan manual," kata Kartika.
Ia mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan terus meningkatkan pelayanan yang terbaik kepada setiap peserta, sehingga diharapkan peserta tidak kecewa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tangan palsu robot yang didapati Haer langsung dipesan dari Jerman dengan harga sekitar Rp120 juta, yang bentuk dan coraknya disesuaikan dengan tangan asli Haer.
Untuk mendapatkan tangan palsu robot berkualitas, BPJS Ketenagakerjaan bekerja sama dengan PT Ottobock Healthcare Indonesia yang memiliki produk berkualitas didatangkan langsung dari negara Jerman.
"Kami tidak ingin mengecewakan pasien, sehingga untuk membuatkan tangan palsu untuk Haer benar-benar diukur sesuai dengan bentuk tangan aslinya, agar bila dipakai terasa nyaman atau tidak menimbulkan rasa sakit," kata Prosthetist Orthotist, Divisi Sales & Marketing PT Ottobock Healthcare Indonesia Nanda Syntia Laresa.
Meskipun Haer kehilangan satu tangannya, namun dengan akan mendapatkan tangan palsu yang bisa digerakkan, sepertinya rasa sakit yang dideritanya berhari-hari selama dirawat di rumah sakit dapat terobati.
"Bukan hanya tangan kiri saya saja yang dipotong, tetapi perut saya juga dibedah untuk mengeluarkan sesuatu agar tidak infeksi, kemudian dijahit, dan sampai tujuh kali operasi," kata Haer sambil memperlihatkan perut bekas jahitan.
Pengganti tangan Haer dibuat dan dibentuk sedemikian rupa menyerupai tangan yang asli dengan warna yang disesuaikan pula dengan tangan yang asli, bisa digerak-gerakkan pula, sepintas terlihat dari jauh tangan Haer seperti utuh, tidak terlihat palsu.
Baca juga: 80 persen peserta tak tahu manfaat BPJS-TK
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan pastikan korban kecelakaan kerja dapat bekerja kembali
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan biayai kecelakaan tanpa batas
Pewarta: Ridwan Chaidir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: