Mahyudin: Buku bermutu mencerdaskan bangsa
2 Agustus 2018 18:22 WIB
Wakil Ketua MPR Mahyudin saat memberi pengantar acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat yang digelar di Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, (2/8/2018). Mahyudin menegaskan bangsa Indonesia membutuhkan buku yang bagus agar mampu menggugah kesadaran dan motivasi untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan visioner. (Foto Humas MPR)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Mahyudin menegaskan bangsa Indonesia membutuhkan buku-buku yang bagus bermutu untuk memberikan motivasi serta membentuk generasi yang cerdas dan visioner.
“Kita membutuhkan buku yang bagus agar mampu menggugah kesadaran dan motivasi untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan visioner”, kata Wakil Ketua MPR Mahyudin saat memberi pengantar acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat yang digelar di Perpustakaan MPR, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, (2/8).
Dalam kesempatan itu ada dua buku yang dibedah, "Become a Great Awareness Person" karya Ade E Sumengkar dan "Love and Fear" karya Wisnu Prayudha.
Mahyudin menyebut buku karya Sumengkar sebagai cerita yang intinya mengajak masyarakat membangun sebuah tatanan kehidupan generasi sekarang agar siap menghadapi tantangan masa depan.
“Di dalamnya penuh dengan pengalaman dan kesimpulan yang bermanfaat bagi pendidikan”, katanya.
Sedang buku karya Wisnu dikatakan sebagai kupasan, ulasan, dan ungkapan sebuah fenomena kesadaran tertinggi yang bersumber dari pengalaman pribadi serta referensi perjalanan hidup penulis.
Terlepas dari semua isi buku yang ada, tambah Mahyudin, semua sepakat budaya literasi atau kegiatan membaca dan menulis adalah proses terpenting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang apapun, membutuhkan kemampuan cara pandang atau wawasan yang dimulai dari literasi.
“Literatur yang bagus akan menghasilkan wawasan yang luas dan cerdas. Bahkan literatur yang baik akan membentuk preferensi watak yang baik pula,” tambahnya.
Untuk itu pria asal Kalimantan Timur itu menegaskan kita membutuhkan buku yang bagus, sebab bangsa Indonesia akan masuk dalam era yang disebut bonus demografi. Dalam era ini, jumlah penduduk usia produktif secara kuantitatif jumlahnya dua kali lebih besar dibanding dengan usia non produktif.
Saat Indonesia berusia 100 tahun, diproyeksikan setiap tiga orang penduduk usia produktif akan menanggung beban satu orang penduduk usia non produktif.
Dari bonus demografi, Mahyudin mengutip kata ahli kependudukan dan ekonomi bahwa bonus ini akan membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
“Bersama China, Amerika Serikat, India, dan Jepang, Indonesia menjadi 5 besar kekuatan ekonomi global,” katanya.
Meski demikian, Mahyudin mengingatkan bonus demografi harus dibarengi dengan syarat-syarat kualitatif. Disebut, Korea Selatan dan Jepang, dua negara yang sukses melewati bonus demografi.
“Mereka berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.
Sumber daya manusia, menurut mantan Bupati Kutai Timur itu, harus harus dibarengi dengan kreativitas, inovasi, serta karakter yang mendukung. Dari sinilah maka peran Sosialisasi Empat Pilar MPR sangat penting.
“Pendidikan harus menanamkan sikap dasar bangsa Indonesia seperti yang tertera dalam sila-sila Pancasila,” katanya.
Mahyudin mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan sumber daya alam namun hal demikian disebut bukan menjadi jaminan akan membuat kemakmuran.
“Banyak negara yang sumber daya alamnya melimpah namun hancur akibat perpecahan dan perang,” katanya.
Sebaliknya, ada negara yang sumber daya alamnya sedikit bahkan tak punya namun mereka bisa makmur. Hal demikian bisa terjadi, menurut Mahyudin seperti dipaparkan di atas, mereka memiliki sumber daya manusia yang bisa dihandalkan.
Dalam kesempatan tersebut Mahyudin merasa senang masyarakat banyak yang hobby membaca. Di era teknologi informasi yangh semakin maju, dirinya mengharap agar para penulis tidak hanya memproduksi buku secara manual namun juga perlu dibuat dalam bentuk e-book.
“Dengan cara seperti ini akan memudahkan orang membaca,” tuturnya.
Format e-book menurutnya tak perlu dikhawatirkan terkait adanya anggapan model seperti itu membuat minat baca masyarakat menjadi menurun. Dirinya menyebut perpustkaan di negara-negara maju sudah menuju format e-book.
“Perpustakaan di sini juga harus seperti itu”, harapnya.
Kepala Biro Humas Setjen MPR Siti Fauziah menyebut Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat merupakan salah satu acara rutin Perpustakaan.
“Dalam acara ini kita selalu membahas buku yang bermanfaat yang kelak akan membawa kita ke masa yang lebih baik,” ujarnya. Sama seperti Mahyudin, dirinya mengatakan dua buku yang dibedah itu mengembangkan motivasi dan pencerahan.
Pewarta: Jaka Sugianta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: