Sejumlah desa di Bojonegoro kesulitan air bersih
2 Agustus 2018 15:05 WIB
Sejumlah warga Desa Geger, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, antre mendapatkan air bersih bantuan dari pemerintah setempat. (ANTARA/Aguk Sudarmojo)
Bojonegoro (ANTARA News) - Sejumlah desa di Kecamatan Kedungadem, Sumberrejo dan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai kesulitan air bersih, disebabkan sumur warga di daerah setempat mulai mengering selama musim kemarau ini.
Perwakilan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Bojonegoro, Gholib MK, Kamis, menjelaskan sesuai laporan yang diterima dari relawan ACT di lapangan warga yang mulai kesulitan air bersih, antara lain, di Desa Mlinjeng, Tlogoaji, Kecamatan Sumberrejo.
Selain itu, Warga di Desa Jamberejo, Mlaten, Duwel, Babat, Drokilo, Sidomulyo, Megale, Balongcabe, dan Ngrandu, juga mulai kesulitan air bersih.
"Tapi kami belum bisa mendistribusikan air bersih sebagaimana pada musim kemarau tahun sebelumnya karena masih menunggu turunnya dana dari ACT pusat. Kalau memang dana turun kami segera mendistribusikan air bersih untuk warga," ucapnya menjelaskan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, pihaknya mulai mewaspadai ancaman kekeringan yang mengakibatkan warga kesulitan air bersih. "Tapi BPBD baru menerima permintaan air bersih dari pihak Desa Bakulan, Kecamatan Temayang."
Sesuai laporan yang diterima di desa setempat warga yang membutuhkan air bersih sebanyak 511 kepala keluarga (KK) karena sumurnya mulai mengering.
Baca juga: Kesulitan air bersih di Bojonegoro semakin meluas
"Warga setempat meminta pasokan dua tangki (5.000 liter/tangki) air bersih, dan air bersih sudah kami distribusikan sehari lalu," ujarnya.
Ia menambahkan BPBD mengalokasikan anggaran Rp200 juta untuk pengadaan air bersih bagi warga yang daerahnya mengalami kekeringan.
Sesuai pemetaan BPBD setempat menyebutkan sebanyak 10.626 KK (33.923 jiwa) di 26 desa yang tersebar di Kecamatan Temayang, Ngambon, Kasiman, Sugihwaras, Sumberrejo, Purwosari, Sukosewu, Tambakrejo, Kepohbaru dan Ngraho, rawan mengalami kekeringan.
"Perkiraan kami permintaan air bersih akan banyak menginjak pertengahan Agustus," kata Kasi Kedaruratan dan Logsitik BPBD MZ. Budi Mulyono.
Perwakilan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Bojonegoro, Gholib MK, Kamis, menjelaskan sesuai laporan yang diterima dari relawan ACT di lapangan warga yang mulai kesulitan air bersih, antara lain, di Desa Mlinjeng, Tlogoaji, Kecamatan Sumberrejo.
Selain itu, Warga di Desa Jamberejo, Mlaten, Duwel, Babat, Drokilo, Sidomulyo, Megale, Balongcabe, dan Ngrandu, juga mulai kesulitan air bersih.
"Tapi kami belum bisa mendistribusikan air bersih sebagaimana pada musim kemarau tahun sebelumnya karena masih menunggu turunnya dana dari ACT pusat. Kalau memang dana turun kami segera mendistribusikan air bersih untuk warga," ucapnya menjelaskan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, pihaknya mulai mewaspadai ancaman kekeringan yang mengakibatkan warga kesulitan air bersih. "Tapi BPBD baru menerima permintaan air bersih dari pihak Desa Bakulan, Kecamatan Temayang."
Sesuai laporan yang diterima di desa setempat warga yang membutuhkan air bersih sebanyak 511 kepala keluarga (KK) karena sumurnya mulai mengering.
Baca juga: Kesulitan air bersih di Bojonegoro semakin meluas
"Warga setempat meminta pasokan dua tangki (5.000 liter/tangki) air bersih, dan air bersih sudah kami distribusikan sehari lalu," ujarnya.
Ia menambahkan BPBD mengalokasikan anggaran Rp200 juta untuk pengadaan air bersih bagi warga yang daerahnya mengalami kekeringan.
Sesuai pemetaan BPBD setempat menyebutkan sebanyak 10.626 KK (33.923 jiwa) di 26 desa yang tersebar di Kecamatan Temayang, Ngambon, Kasiman, Sugihwaras, Sumberrejo, Purwosari, Sukosewu, Tambakrejo, Kepohbaru dan Ngraho, rawan mengalami kekeringan.
"Perkiraan kami permintaan air bersih akan banyak menginjak pertengahan Agustus," kata Kasi Kedaruratan dan Logsitik BPBD MZ. Budi Mulyono.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: