Wabah baru Ebola muncul di kawasan timur Kongo
2 Agustus 2018 11:40 WIB
Petugas kesehatan melepaskan pakaian pelindung setelah mengunjungi barak isolasi rumah sakit Bikoro, yang menerima terduga kasus Ebola, di Bikoro, Republik Demokratik Kongo, Sabtu (12/5/2018). (REUTERS/Jean Robert N'Kengo)
Goma, Republik Demokratik Kongo (ANTARA News) - Empat orang dinyatakan positif terjangkit Ebola di kawasan timur Republik Demokratik Kongo, kata Kementerian Kesehatan setempat pada Rabu.
Pernyataan itu disampaikan hanya empat hari setelah penyebaran wabah Ebola yang menewaskan 33 orang di daerah utara negeri itu dinyatakan berhasil dihentikan.
Sebanyak 20 orang telah tewas akibat demam yang disertai pendarahan di sekitar Mangina, sebuah kota padat sekitar 30Km di sebelah selatan Kota Beni dan 100Km dari perbatasan Uganda, demikian siaran tertulis dari Kementerian Kesehatan tanpa menjelaskan kapan kasus itu terjadi.
Kementerian yang sama mengaku tidak mempunyai bukti yang menghubungkan penyebaran wabah Ebola baru di kawasan timur tersebut dengan wabah lain di bagian utara, yang mulai terjadi pada April lalu. Kedua wilayah itu berjarak 2.500Km.
Namun kasus terbaru tersebut menunjukkan bahwa pola penyebaran Ebola masih sulit dipahami, terutama di hutan-hutan tropis Kongo tempat virus itu menemukan habitat aslinya.
Itu adalah untuk ke-10 kalinya wabah Ebola terjadi di negara Afrika Tengah tersebut sejak 1976, saat virus Ebola pertama kali ditemukan di dekat sebuah sungai kawasan utara.
Baca juga: WHO: kami masih berperang melawan Ebola di Kongo
Ebola diduga disebarkan kelelawar dan menjangkiti hewan-hewan liar, yang dagingnya bisa ditemui di pasar-pasar Kongo. Setelah menjangkiti manusia, korban kemudian akan mengalami demam yang disertai pendarahan, muntah, dan diare.
Ebola menyebar di antara manusia melalui cairan tubuh.
Sebelumnya pada 2013 sampai 2016 lalu, wabah Ebola menewaskan sedikitnya 11.300 orang di kawasan Afrika Tengah, seperti Sierra Leone, Liberia, dan Guinea.
Sebuah tim beranggotakan 12 pakar dari Kementerian Kesehatan Kongo akan tiba di Beni pada Kamis, menurut laporan kantor berita Reuters.
Kongo dan pakar kesehatan internsional sempat dipuji karena merespon dengan cepat wabah Ebola di kawasan utara. Di sana mereka menggunakan vaksin eksperimental yang dibuat Merck.
Selain itu mereka juga secara agresif melacak orang-orang yang menjalin kontak dengan pasien Ebola untuk mengontrol penyebaran virus.
Penerjemah: GM Nur Lintang
Pernyataan itu disampaikan hanya empat hari setelah penyebaran wabah Ebola yang menewaskan 33 orang di daerah utara negeri itu dinyatakan berhasil dihentikan.
Sebanyak 20 orang telah tewas akibat demam yang disertai pendarahan di sekitar Mangina, sebuah kota padat sekitar 30Km di sebelah selatan Kota Beni dan 100Km dari perbatasan Uganda, demikian siaran tertulis dari Kementerian Kesehatan tanpa menjelaskan kapan kasus itu terjadi.
Kementerian yang sama mengaku tidak mempunyai bukti yang menghubungkan penyebaran wabah Ebola baru di kawasan timur tersebut dengan wabah lain di bagian utara, yang mulai terjadi pada April lalu. Kedua wilayah itu berjarak 2.500Km.
Namun kasus terbaru tersebut menunjukkan bahwa pola penyebaran Ebola masih sulit dipahami, terutama di hutan-hutan tropis Kongo tempat virus itu menemukan habitat aslinya.
Itu adalah untuk ke-10 kalinya wabah Ebola terjadi di negara Afrika Tengah tersebut sejak 1976, saat virus Ebola pertama kali ditemukan di dekat sebuah sungai kawasan utara.
Baca juga: WHO: kami masih berperang melawan Ebola di Kongo
Ebola diduga disebarkan kelelawar dan menjangkiti hewan-hewan liar, yang dagingnya bisa ditemui di pasar-pasar Kongo. Setelah menjangkiti manusia, korban kemudian akan mengalami demam yang disertai pendarahan, muntah, dan diare.
Ebola menyebar di antara manusia melalui cairan tubuh.
Sebelumnya pada 2013 sampai 2016 lalu, wabah Ebola menewaskan sedikitnya 11.300 orang di kawasan Afrika Tengah, seperti Sierra Leone, Liberia, dan Guinea.
Sebuah tim beranggotakan 12 pakar dari Kementerian Kesehatan Kongo akan tiba di Beni pada Kamis, menurut laporan kantor berita Reuters.
Kongo dan pakar kesehatan internsional sempat dipuji karena merespon dengan cepat wabah Ebola di kawasan utara. Di sana mereka menggunakan vaksin eksperimental yang dibuat Merck.
Selain itu mereka juga secara agresif melacak orang-orang yang menjalin kontak dengan pasien Ebola untuk mengontrol penyebaran virus.
Penerjemah: GM Nur Lintang
Pewarta: antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: