Empat Suku Asli Jaga Taman Nasional Wasur, Papua
2 Agustus 2018 06:52 WIB
Di Taman Nasional Wasur, seorang jurnalis mengambil gambar kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Wasur, Distrik Sota, Merauke, Papua, Jumat (18/9/15). Meskipun telah terjadi beberapa titik kebakaran di sepanjang jalan nasional Trans Papua tersebut belum terlihat adanya upaya pemadaman dari pihak terkait. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Taman Nasional (TN) Wasur yang terletak di Merauke, Papua, merupakan salah satu kawasan konservasi yang istimewa karena kearifan lokal empat suku asli yang bermukim di dalamnya terasa sangat kuat melindungi dan mengelola sumber daya alam di dalamnya.
"Selain membantu mengelola sumber daya alam, suku asli ini juga menjadi daya tarik wisata," kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Kamis.
TN Wasur memiliki kekayaan dan keunikan luar biasa secara ekologi, sosial dan budaya yang membentang pada kawasan seluas 413.810 hektare (ha). Potensi faunanya tercatat 80 jenis mamalia, di mana 34 spesies telah teridentifikasi dan 32 spesies di antaranya merupakan satwa endemik Papua.
TN Wasur juga menjadi surga bagi 403 spesies burung, dengan 74 jenis di antaranya merupakan burung endemik Papua dan 114 spesies termasuk yang dilindungi.
TN Wasur di kawasan paling timur Indonesia ini merupakan Ramsar Site (Situs Lahan Basah) yang ditetapkan sejak 2006 berperan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia, serta telah menjadi anggota East Asian Australian Flyway (EAAF) Site Network karena dianggap berperan penting sebagai tempat persinggahan dan tujuan migrasi bagi burung-burung migran.
Baca juga: Papua berpotensi miliki Hutan Adat terluas di Indonesia,
Baca juga: Menengok Hutan Desa pertama di Papua
"Hampir setengah tahun kawasan ini terendam air pada musim hujan dan selebihnya berubah menjadi kering. Padang rumput dan savana tempat merumput kanguru dan rusa berubah menjadi rawa dan kolam, menjadikan kawasan ini kaya dengan keanekaragaman hayati", ujar Kepala Balai TN Wasur Donal Hutasoit.
Secara umum jenis vegetasi di dalam kawasan ini merupakan ekosistem hutan, terdiri dari Hutan Dominan Melaleuca spp, Hutan Co-Dominan Melaleuca spp ? Eucalyptus spp, Hutan Jarang, Hutan Pantai, Hutan Musim, Hutan Pinggir Sungai, Hutan Bakau, Savana, Padang Rumput, dan Padang Rumput Rawa. Jenis flora yang mendominasi antara lain Melaleuca sp, Acacia Leptocarpa dan Eucalyptus sp.
Beberapa jenis anggrek langka di antaranya jenis Yohanes (Dendrobium yohanes), Kelinci (Dendrobium antenatum) dan Bawang (Dendrobium sp.) juga ditemukan dan ditangkar oleh masyarakat asli dengan binaan dari TN Wasur.
"Luar biasa TN Wasur dengan keanekaragaman hayatinya. Anggrek langka masih bisa ditemukan dan berhasil ditangkar. Ini (penangkaran anggrek) tentu harus didukung dan terus dibina sehingga species anggrek langka ini tidak punah," kata anggota Komisi IV DPR Agustina Pramestuti yang telah melakukan kunjungan kerja ke TN Wasur.
Sebelumnya, kunjungan kerja rombongan Komisi IV DPR mendapat sambutan dua kepala adat yaitu dari suku Kanume dan Marori Men-Gey, diiringi dengan Tari Gatsi, tarian adat untuk menyambut tamu agung. Kepala adat hadir sebagai bentuk apresiasi masyarakat adat setempat kepada pemerintah pusat yang telah mengunjungi dan memperhatikan eksistensi mereka.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: