Artikel
Kubu politik "godok" strategi jelang masa pendaftaran
1 Agustus 2018 23:18 WIB
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) menerima kunjungan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (30/7/2018). Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari komunikasi politik yang dibangun kedua partai untuk Pilpres 2019. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta, (ANTARA News) - Ketika Indonesia menghadapi tahun pemilu pada 2019 yang menggelar pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, sejumlah partai saling berkubu "menggodok" upaya memenangkan "jago" yang akan dimajukan.
Saling bertemu dan berkunjung dilakukan para pembesar partai-partai. Sebut saja Joko Widodo bersama Airlangga Hartarto serta koalisinya, maupun Prabowo Subianto dengan Susilo Bambang Yudhoyono bersama kubu PKS-PAN.
Setelah beberapa kali bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih belum "menentukan" siapa yang akan mendampinginya sebagai calon wakil presiden.
Disuguhi minuman kopi 08, SBY melawat Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Jakarta pada Senin (30/7) untuk mematangkan siapa yang akan menjadi pendamping mantan Danjen Kopassus itu dalam ajang Pilpres 2019.
Kubu Partai Demokrat sudah jelas menjatuhkan pilihan kepada Partai Gerindra dengan pernyataan SBY yang menegaskan Prabowo sebagai calon presiden.
Untuk penentuan tokoh yang akan menjadi calon wakil presiden pasangan Prabowo, SBY menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum Partai Gerindra itu.
"Saya ingin menegaskan bahwa SBY tidak menuntut atas nama pribadi maupun Partai Demokrat suatu nama cawapres tertentu," kata Prabowo.
Sementara itu, untuk mematangkan koalisi dengan Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra bertemu dengan Presiden PKS membahas ijmak atau rekomendasi ulama GNPF untuk tokoh cawapres.
Sebelumnya, PKS masih ragu untuk menjejakkan dukungannya terkait dengan siapa tokoh yang akan diusung Prabowo menjadi cawapres.
Forum Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digagas Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama merekomendasikan dua figur cawapres pendamping Prabowo, yakni Al Habib Salim Segaf Al-Jufri serta Ustad Abdul Somad.
Partai Gerindra, PKS, dan PAN berencana membahas format koalisi dan hasil rekomendasi ulama pada Selasa malam.
Pengamat politik Islam dari Universitas Indonesia Yon Mahmudi menilai Gerindra tetap membutuhkan koalisi dengan PKS dan PAN sebagai representasi partai Islam.
"Ada hubungan historis yang perlu diperhatikan Pak Prabowo dan PKS membangun koalisi yang sangat panjang, kedua partai telah membangun `chemistry` yang cukup kuat, begitu pula dengan PAN. Untuk itu, kehadiran Demokrat seharusnya memperkuat itu, bukan memperlemah," kata Yon.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan meminta PKS agar tidak bersikukuh mendampingkan pilihan cawapres hasil ijmak ulama dengan capres Prabowo.
Zulkifli menilai sebaiknya tokoh cawapres dipilih oleh Prabowo tanpa intervensi dari partai pendukungnya.
Namun, Zulkifli akan tetap mengusulkan cawapres pilihan partainya kepada Prabowo sebagai pengambil keputusan akhir atas tokoh yang menjadi cawapres nanti.
Masyarakat penasaran
Kendati masa pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum akan mulai berlangsung dalam empat hari lagi hingga ditutup pada 10 Agustus 2018, namun masyarakat sudah dibuat penasaran tentang tokoh-tokoh yang menjadi pilihan Joko Widodo dan Prabowo sebagai cawapres pada Pemilu 2019.
Masyarakat ramai membincangkannya, baik di media sosial maupun kegiatan keseharian.
"Pak JK (Jusuf Kalla) lagi ya mas? atau Presiden Jokowi inginnya siapa ya? Nah koalisi Prabowo dan SBY juga menarik lagi itu," demikian pertanyaan yang terlontar dari seorang pegawai bank BUMN, Edu (27), di bilangan Kecamatan Gambir, Jakarta.
Kendati keseharian Edu berkutat dengan perihal kredit serta pembiayaan, dia penasaran dengan situasi politik nanti saat Pemilu 2019.
Begitu pun Elsa (25), seorang karyawan swasta yang ditemui di Jalan Sabang, Jakarta yang menjelaskan rasa penasarannya tentang tokoh-tokoh yang akan maju mendampingi Joko Widodo atau pun Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2019.
"Ada Pak Moeldoko, ada Pak JK, Pak Mahfud MD, lalu Pak AHY. Pak Gatot Nurmantyo, Pak TGB, atau siapa lagi ya calon-calonnya?" jelas Elsa ketika ditanya mengenai nama tokoh-tokoh yang menurutnya menjadi kandidat cawapres.
Serupa tapi tak sama, koalisi politik yang terdiri atas PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat, PPP, Partai Perindo, PSI, dan PKPI telah menyepakati bahwasannya tokoh yang akan diangkat sebagai cawapres diserahkan kepada Jokowi.
Kubu ini sudah lebih dulu membulatkan suara mengenai tokoh yang akan diusung sebagai cawapres sepenuhnya dipercayakan kepada Presiden yang juga bakal calon petahana, Jokowi.
Pada dua kali pertemuan yang diselenggarakan di Istana Kepresidenan Bogor, Presiden Jokowi melakukan jamuan bersama para ketua umum parpol mematangkan nama cawapres dan hal teknis.
Pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, Oesman Sapta Odang, dan Muhammad Romahurmuziy dilakukan Presiden pada Senin (23/7) malam.
Dengan gaya kasualnya, Jokowi mengenakan sepatu kets berwarna hitam dengan sol putih menyambut para ketua partai.
Selanjutnya pun sama, saat menerima Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie, dan Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono pada Sabtu (28/7), Jokowi membahas tokoh-tokoh cawapres yang sudah dipertimbangkan olehnya.
Dalam penjelasannya, Grace Natalie mengatakan pembahasan saat itu adalah seputar nama tokoh pendamping Jokowi maupun seputar pembangunan dan beberapa perbaikan ke depan.
Selain itu, untuk mematangkan pemenangan, koalisi pendukung Jokowi mengadakan pertemuan pada Selasa malam yang menghadirkan para sekjen dari sejumlah partai.
Para sekjen partai koalisi akan membahas teknis penyuksesan kampanye pemilihan anggota legislatif dan capres Jokowi.
Menurut politikus PDI Perjuangan Pramono Anung, pertemuan dengan para sekjen parpol rencananya membahas hal teknis pengaturan juru kampanye oleh para caleg di daerah nanti.
"Akan ada 200 ribu lebih yang akan menjadi caleg sekaligus jadi jurkam Pak Jokowi. Pengaturan itu akan diatur oleh sekjen-sekjen partai," kata Pramono Anung pada Rabu (25/7).
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengonfirmasi pertemuan Jokowi dengan para sekjen parpol dilakukan pada Selasa petang.
Airlangga menjelaskan pembahasan perihal teknis tim sukses.
"Ini supaya working level-nya juga ketemu. Antara para sekjen ini beberapa kali sudah ada pertemuan, dan tentunya ini adalah tindak lanjut," ujar Airlangga yang juga Menteri Perindustrian itu.
Pendaftaran capres dan cawapres pada 4-10 Agustus nanti sekiranya menjadi hari-hari yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia karena ketua umum partai maupun pimpinan koalisi akan mendaftarkan para "jago" masing-masing ke KPU.
Keputusan kubu-kubu dalam mengangkat siapa tokoh cawapresnya sangat dinantikan dan tentunya amat berpengaruh kepada elektabilitas masing-masing capres, baik Jokowi maupun Prabowo.
Baca juga: Narasi politik kubu Prabowo dinilai lebih menjual
Baca juga: Duet Jokowi-Airlangga dinilai mampu tingkatkan perekonomian masyarakat
Baca juga: PKS: Prabowo harus pertimbangkan serius rekomendasi Ijtima Ulama
Saling bertemu dan berkunjung dilakukan para pembesar partai-partai. Sebut saja Joko Widodo bersama Airlangga Hartarto serta koalisinya, maupun Prabowo Subianto dengan Susilo Bambang Yudhoyono bersama kubu PKS-PAN.
Setelah beberapa kali bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih belum "menentukan" siapa yang akan mendampinginya sebagai calon wakil presiden.
Disuguhi minuman kopi 08, SBY melawat Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Jakarta pada Senin (30/7) untuk mematangkan siapa yang akan menjadi pendamping mantan Danjen Kopassus itu dalam ajang Pilpres 2019.
Kubu Partai Demokrat sudah jelas menjatuhkan pilihan kepada Partai Gerindra dengan pernyataan SBY yang menegaskan Prabowo sebagai calon presiden.
Untuk penentuan tokoh yang akan menjadi calon wakil presiden pasangan Prabowo, SBY menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum Partai Gerindra itu.
"Saya ingin menegaskan bahwa SBY tidak menuntut atas nama pribadi maupun Partai Demokrat suatu nama cawapres tertentu," kata Prabowo.
Sementara itu, untuk mematangkan koalisi dengan Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra bertemu dengan Presiden PKS membahas ijmak atau rekomendasi ulama GNPF untuk tokoh cawapres.
Sebelumnya, PKS masih ragu untuk menjejakkan dukungannya terkait dengan siapa tokoh yang akan diusung Prabowo menjadi cawapres.
Forum Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digagas Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama merekomendasikan dua figur cawapres pendamping Prabowo, yakni Al Habib Salim Segaf Al-Jufri serta Ustad Abdul Somad.
Partai Gerindra, PKS, dan PAN berencana membahas format koalisi dan hasil rekomendasi ulama pada Selasa malam.
Pengamat politik Islam dari Universitas Indonesia Yon Mahmudi menilai Gerindra tetap membutuhkan koalisi dengan PKS dan PAN sebagai representasi partai Islam.
"Ada hubungan historis yang perlu diperhatikan Pak Prabowo dan PKS membangun koalisi yang sangat panjang, kedua partai telah membangun `chemistry` yang cukup kuat, begitu pula dengan PAN. Untuk itu, kehadiran Demokrat seharusnya memperkuat itu, bukan memperlemah," kata Yon.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan meminta PKS agar tidak bersikukuh mendampingkan pilihan cawapres hasil ijmak ulama dengan capres Prabowo.
Zulkifli menilai sebaiknya tokoh cawapres dipilih oleh Prabowo tanpa intervensi dari partai pendukungnya.
Namun, Zulkifli akan tetap mengusulkan cawapres pilihan partainya kepada Prabowo sebagai pengambil keputusan akhir atas tokoh yang menjadi cawapres nanti.
Masyarakat penasaran
Kendati masa pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum akan mulai berlangsung dalam empat hari lagi hingga ditutup pada 10 Agustus 2018, namun masyarakat sudah dibuat penasaran tentang tokoh-tokoh yang menjadi pilihan Joko Widodo dan Prabowo sebagai cawapres pada Pemilu 2019.
Masyarakat ramai membincangkannya, baik di media sosial maupun kegiatan keseharian.
"Pak JK (Jusuf Kalla) lagi ya mas? atau Presiden Jokowi inginnya siapa ya? Nah koalisi Prabowo dan SBY juga menarik lagi itu," demikian pertanyaan yang terlontar dari seorang pegawai bank BUMN, Edu (27), di bilangan Kecamatan Gambir, Jakarta.
Kendati keseharian Edu berkutat dengan perihal kredit serta pembiayaan, dia penasaran dengan situasi politik nanti saat Pemilu 2019.
Begitu pun Elsa (25), seorang karyawan swasta yang ditemui di Jalan Sabang, Jakarta yang menjelaskan rasa penasarannya tentang tokoh-tokoh yang akan maju mendampingi Joko Widodo atau pun Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2019.
"Ada Pak Moeldoko, ada Pak JK, Pak Mahfud MD, lalu Pak AHY. Pak Gatot Nurmantyo, Pak TGB, atau siapa lagi ya calon-calonnya?" jelas Elsa ketika ditanya mengenai nama tokoh-tokoh yang menurutnya menjadi kandidat cawapres.
Serupa tapi tak sama, koalisi politik yang terdiri atas PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasional Demokrat, PPP, Partai Perindo, PSI, dan PKPI telah menyepakati bahwasannya tokoh yang akan diangkat sebagai cawapres diserahkan kepada Jokowi.
Kubu ini sudah lebih dulu membulatkan suara mengenai tokoh yang akan diusung sebagai cawapres sepenuhnya dipercayakan kepada Presiden yang juga bakal calon petahana, Jokowi.
Pada dua kali pertemuan yang diselenggarakan di Istana Kepresidenan Bogor, Presiden Jokowi melakukan jamuan bersama para ketua umum parpol mematangkan nama cawapres dan hal teknis.
Pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, Oesman Sapta Odang, dan Muhammad Romahurmuziy dilakukan Presiden pada Senin (23/7) malam.
Dengan gaya kasualnya, Jokowi mengenakan sepatu kets berwarna hitam dengan sol putih menyambut para ketua partai.
Selanjutnya pun sama, saat menerima Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie, dan Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono pada Sabtu (28/7), Jokowi membahas tokoh-tokoh cawapres yang sudah dipertimbangkan olehnya.
Dalam penjelasannya, Grace Natalie mengatakan pembahasan saat itu adalah seputar nama tokoh pendamping Jokowi maupun seputar pembangunan dan beberapa perbaikan ke depan.
Selain itu, untuk mematangkan pemenangan, koalisi pendukung Jokowi mengadakan pertemuan pada Selasa malam yang menghadirkan para sekjen dari sejumlah partai.
Para sekjen partai koalisi akan membahas teknis penyuksesan kampanye pemilihan anggota legislatif dan capres Jokowi.
Menurut politikus PDI Perjuangan Pramono Anung, pertemuan dengan para sekjen parpol rencananya membahas hal teknis pengaturan juru kampanye oleh para caleg di daerah nanti.
"Akan ada 200 ribu lebih yang akan menjadi caleg sekaligus jadi jurkam Pak Jokowi. Pengaturan itu akan diatur oleh sekjen-sekjen partai," kata Pramono Anung pada Rabu (25/7).
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengonfirmasi pertemuan Jokowi dengan para sekjen parpol dilakukan pada Selasa petang.
Airlangga menjelaskan pembahasan perihal teknis tim sukses.
"Ini supaya working level-nya juga ketemu. Antara para sekjen ini beberapa kali sudah ada pertemuan, dan tentunya ini adalah tindak lanjut," ujar Airlangga yang juga Menteri Perindustrian itu.
Pendaftaran capres dan cawapres pada 4-10 Agustus nanti sekiranya menjadi hari-hari yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia karena ketua umum partai maupun pimpinan koalisi akan mendaftarkan para "jago" masing-masing ke KPU.
Keputusan kubu-kubu dalam mengangkat siapa tokoh cawapresnya sangat dinantikan dan tentunya amat berpengaruh kepada elektabilitas masing-masing capres, baik Jokowi maupun Prabowo.
Baca juga: Narasi politik kubu Prabowo dinilai lebih menjual
Baca juga: Duet Jokowi-Airlangga dinilai mampu tingkatkan perekonomian masyarakat
Baca juga: PKS: Prabowo harus pertimbangkan serius rekomendasi Ijtima Ulama
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: