Jakarta (ANTARA News) - Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan, publik semakin khawatir dengan aksi terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia.
"Persentasenya sangat tinggi di angka 82 persen. Publik yang menyatakan biasa saja 9.3 persen. Nyaris tidak ada yang menyatakan semakin tidak khawatir, karena angka nya hanya nol koma saja. Sisanya menyatakan tidak tahu tidak jawab," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa saat memaparkan hasil surveinya "Isu Terorisme dan Harapan Publik", di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa.
Menurut dia, publik berharap munculnya "civil society" yang 'power full' untuk menanggulangi isu terorisme karena aksi terorisme sudah berada di titik nadir, dengan melibatkan ibu rumah tangga dan anak-anak.
Publik yang semakin khawatir dengan aksi terorisme ini jika dilihat dari jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan mayoritas semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Sebanyak 80,5 persen untuk laki-laki, dan 83,5 persen untuk perempuan.
"Perempuan sedikit lebih khawatir dibandingkan dengan laki-laki," ujar Ardian.
Jika dilihat dari pemeluk suatu agama, lanjut dia, di semua pemeluk agama mayoritas merasa semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Di atas 80 persen semua pemeluk agama, semakin khawatir dengan aksi terorisme.
Untuk segmen pendidikan, memperlihatkan hal yang sama. Apapun jenjang pendidikannya, kata dia, semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Yang lulus SD atau di bawahnya, Tamat SLTP/Sederajat, tamat SLTA/sederajat diatas 80 persen menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini.
Untuk jenjang pendidikan pernah kuliah atau di atasnya, yang semakin khawatir juga mayoritas berada pada angka 76,9 persen.
Ardian menambahkan, wong cilik maupun wong berada (menengah ke atas) mayoritas menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini.
Mayoritas pemilih partai menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Partai pendukung pemerintah, maupun partai yang berada di luar pemerintah, pemilih-pemilihnya menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme.
Survei itu dilakukan pada 28 Juni hingga 5 Juli 2018 melalui "face to face interview" menggunakan kuesioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sekitar 2,9 persen.
Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia. LSI Denny JA juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif melalui analisis media, FGD, dan in depth interview.
Survei LSI: Publik semakin khawatir dengan terorisme
31 Juli 2018 17:16 WIB
Peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa (kanan) didampingi Fitri Hari (kiri). (ANTARA/Ruslan Burhani)
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: