BMKG sayangkan musibah di Laut Sape
31 Juli 2018 11:30 WIB
Ilustrasi - Tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas melakukan pencarian korban KMP Lestari Maju yang tenggelam di sekitar lokasi tenggelamnya kapal di perairan Selayar, Sulawesi Selatan, Kamis (5/7/2018). (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Kupang, (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang menyayangkan terjadinya musibah tenggelamnya kapal motor di perairan laut Sape, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merengut korban jiwa.
"Sangat disayangkan kalau masih terjadi kecelakaan laut, padahal BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini cuaca di wilayah perairan laut," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo, di Kupang, Selasa.
Dia mengemukakan hal itu, ketika menghubungi Antara untuk menjelaskan cuaca di wilayah perairan laut saat musibah laut terjadi pada 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA.
Menurut dia, musibah di perairan laut Sape tidak perlu terjadi jika saja pemilik kapal maupun nahkoda mematuhi peringatan yang dikeluarkan BMKG.
Berdasarkan analisis garis angin, pada Minggu, 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 jam 17.00 WITA, kecepatan angin 12 - 40 km/jam.
Pada saat yang sama terjadi swell, sehingga resultantenya menyebabkan tinggi gelombang setinggi 0,5 - 3,5 meter dan angin dari arah Timur - Tenggara.
Swell artinya penjalaran gelombang dari tempat yang jauh atau dari tempat asalnya menuju wilayah perairan yang lain.
Saat itu penjalaran gelombang tinggi terjadi di perairan laut Sumatra bagian barat dan perairan selatan Jawa (Samudera Hindia) bagian barat Sumatera dan Selatan Jawa.
Gelombang tinggi yang terjadi di wilayah perairan tersebut bergerak ke wilayah Timur (wilayah perairan NTT) dan berpotensi menimbulkan gelombang di perairan NTT.
Sementara berdasarkan analisis model gelombang, pada 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 pukul 17.00 WITA, tinggi gelombang di sekitar lokasi kecelakaan 0,75 ? 3,5 meter. Tinggi gelombang ini masuk kategori berbahaya.
Disamping itu, berdasarkan analisis citra satelit, pada 30 Juli 2018 pukul 08.00 WITA, cuaca di lokasi di sekitar kecelakaan perahu cerah - berawan.
Berdasarkan analisis arus laut, pada 29 Juli 2017, pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 pukul 17.00 WITA, arus bergerak dari arah Selatan hingga Barat Laut dengan kecepatan 5 - 70 cm/s.
Dia mengatakan, jika mengacu pada hasil analisa citra satelit, model gelombang, garis angin dan analisis arus laut, maka terjadi gelombang tinggi dan arus yang kencang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kapal motor di perairan laut Sape, NTB, katanya menjelaskan.
Baca juga: KBRI Beunos Aires pulangkan WNI korban kapal tenggelam
Baca juga: Dua ABK kapal "Joko Berek" belum ditemukan
"Sangat disayangkan kalau masih terjadi kecelakaan laut, padahal BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini cuaca di wilayah perairan laut," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo, di Kupang, Selasa.
Dia mengemukakan hal itu, ketika menghubungi Antara untuk menjelaskan cuaca di wilayah perairan laut saat musibah laut terjadi pada 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA.
Menurut dia, musibah di perairan laut Sape tidak perlu terjadi jika saja pemilik kapal maupun nahkoda mematuhi peringatan yang dikeluarkan BMKG.
Berdasarkan analisis garis angin, pada Minggu, 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 jam 17.00 WITA, kecepatan angin 12 - 40 km/jam.
Pada saat yang sama terjadi swell, sehingga resultantenya menyebabkan tinggi gelombang setinggi 0,5 - 3,5 meter dan angin dari arah Timur - Tenggara.
Swell artinya penjalaran gelombang dari tempat yang jauh atau dari tempat asalnya menuju wilayah perairan yang lain.
Saat itu penjalaran gelombang tinggi terjadi di perairan laut Sumatra bagian barat dan perairan selatan Jawa (Samudera Hindia) bagian barat Sumatera dan Selatan Jawa.
Gelombang tinggi yang terjadi di wilayah perairan tersebut bergerak ke wilayah Timur (wilayah perairan NTT) dan berpotensi menimbulkan gelombang di perairan NTT.
Sementara berdasarkan analisis model gelombang, pada 29 Juli 2018 pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 pukul 17.00 WITA, tinggi gelombang di sekitar lokasi kecelakaan 0,75 ? 3,5 meter. Tinggi gelombang ini masuk kategori berbahaya.
Disamping itu, berdasarkan analisis citra satelit, pada 30 Juli 2018 pukul 08.00 WITA, cuaca di lokasi di sekitar kecelakaan perahu cerah - berawan.
Berdasarkan analisis arus laut, pada 29 Juli 2017, pukul 08.00 WITA hingga 29 Juli 2018 pukul 17.00 WITA, arus bergerak dari arah Selatan hingga Barat Laut dengan kecepatan 5 - 70 cm/s.
Dia mengatakan, jika mengacu pada hasil analisa citra satelit, model gelombang, garis angin dan analisis arus laut, maka terjadi gelombang tinggi dan arus yang kencang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kapal motor di perairan laut Sape, NTB, katanya menjelaskan.
Baca juga: KBRI Beunos Aires pulangkan WNI korban kapal tenggelam
Baca juga: Dua ABK kapal "Joko Berek" belum ditemukan
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: