Deputi Gubernur BI: LDR Perbankan Masih Lemah
8 Agustus 2007 15:00 WIB
Semarang (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjuddin, mengemukakan bahwa "Loan Deposit Ratio" (LDR) perbankan dinilai hingga saat ini masih relatif rendah karena berada pada kisaran 66 persen dengan jumlah "undisbursed loan" yang mencapai 20 persen dari total "outstanding" kredit.
"Kondisi itu sangat memprihatinkan sehingga harus diatasi dengan peningkatan pembiayaan perbankan di sektor riil dengan tidak meninggalkan prinsip kehati-hatian perbankan," katanya pada acara "Upaya Mendorong Pertumbuhan Ekonomi", di Semarang, Rabu.
Ia mengakui, fungsi intermediasi yang belum pulih perlu mendapat perhatian semua pihak. Salah satu faktor penghambat adalah masih tingginya persepsi risiko usaha, baik dari kacamata perbankan maupun dunia usaha.
Di balik semakin meningkatnya stabilitas ekonomi makro, katanya, pereknomian Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Fenomena kekakuan struktural, yakni suatu kondisi tidak ada rsponsif sisi penawaran terhadap perkembangan dan stimulus kebijakan pada sisi permintaan masih mewarnai ekonomi Indonesia.
"Hasil pengamatan BI menunjukkan pada periode pascakrisis, sisi penawaran kurang sensitif terhadap perubahan pada sisi penawaran," katanya dalam sambutan tertulis yang dibacakan Pemimpin BI, Amril Arief.
Akibatnya, kata dia, peningkatan permintaan akan mempunyai implikasi pada peningkatan inflasi yang lebih tinggi dibanding sebelum krisis. Karena itu, upaya-upaya memperbaiki sisi penawaran, termasuk penciptaan iklim investasi yang kondussif menjadi penting.
Hal itu, katanya, berdampak pada pengalokasian sumber daya ekonomi yang tidak efisien, keterpautan antara sektor riil, dan sektor keuangan semakin renggang.
Hasil akhirnya, menurut dia, struktur pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung tidak berimbang dan ekses likuiditas di pasar keuangan terus bertambah dengan berbagai kerentanan yang melingkupi.
"Kondisi sektor riil yang merupakan tumpuan utama kehidupan masyarakat justru tengah berhadapan dengan sebuah fenomena paradok. Sementara struktur ekonomi kita cenderung bergerak ke arah perekonomian padat modal dan angka pengangguran meningkat. Padahal ekonomi menunjukkan pertumbuhan," katanya.
Jika dilihat dari sisi eksternal, katanya, maka ekonomi Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan, terutama dalam persaingan antarnegara di bidang perdagangan dan investasi. Kekuatan-kekuatan baru yang agresif menarik dana global bermunculan, khususnya dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Langkah untuk penyelesaikan berbagai masalah struktural, katanya, mendesak dilakukan. Keberhasilan menyelesaikan masalah itu akan membuka peluang ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi lagi dengan investasi menjadi penggerak utama pertumbuhan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: