SBY puji PKS dalam perpolitikan nasional
30 Juli 2018 23:07 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kiri) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Imam (kiri), Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri (kedua kanan) dan Wakil Ketua Dewan Syura PKS Hidayat Nur Wahid (kanan), berbincang sebelum melakukan pertemuan tertutup di Jakarta, Senin (30/7/2018). Pertemuan tersebut membahas Pilpres 2019. (ANTARA /Galih Pradipta)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memuji peran PKS dalam perpolitikan nasional Indonesia, karena sebagai partai politik berbasiskan agama namun menghormati dapat beriringan dengan sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia.
"Banyak yang salah persepsi dengan PKS padahal sebagai partai Islam, mereka menghormati demokrasi dan `compatible` dengan sistem di Indonesia," kata SBY usai pertemuannya dengan petinggi PKS di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan prinsip dan pandangan PKS itu sejalan dengan dirinya dan Partai Demokrat yang tidak menginginkan tindakan radikal dari siapapun dan dari kelompok manapun.
Menurut dia, kalau kedepannya kedua parpol ditakdirkan berkoalisi bersama-sama dengan Partai Gerindra dan PAN, maka semangat keindonesiaan, kebhinekaan dan saling menghargai bisa terus dijaga.
"Ketika Ustad Salim menjadi Menteri Sosial, beliau memberikan bantuan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar-golongan karena prinsip kebangsaan dan kerakyatan harus dijaga dalam satu nafas," ujarnya.
SBY mengaku pertemuannya dengan Salim Assegaf itu membuatnya bernostalgia ketika dirinya menjadi Presiden selama 10 tahun dan ketika dirinya menjadi capres di tahun 2004 serta 2009.
Dia masih ingat ketika tahun 2004 saat dirinya mencalonkan diri sebagau capres, PKS menjadi parpol pertama yang memberikan dukungan dan terulang ketika Pilpres 2009.
"Kami bernostalgia pimpin Indonesia, negara yang melakukan transformasi dan kemudian yang miliki keragaman baik dalam identitas dan harapan," ujarnya.
Dia mengatakan Demokrat memiliki prinsip, hal yang baik perlu dilanjutkan namun yang belum baik harus diperbaiki sehingga ketika Demokrat bersama tiga partai lainnya jadi berkoalisi maka perbaikan harus dilakukan.
Hal itu menurut dia merupakan hakikat pembangunan dan pemerintahan sehingga masyarakat senang dan memegang teguh moralitas serta etika politik.
"Banyak yang salah persepsi dengan PKS padahal sebagai partai Islam, mereka menghormati demokrasi dan `compatible` dengan sistem di Indonesia," kata SBY usai pertemuannya dengan petinggi PKS di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan prinsip dan pandangan PKS itu sejalan dengan dirinya dan Partai Demokrat yang tidak menginginkan tindakan radikal dari siapapun dan dari kelompok manapun.
Menurut dia, kalau kedepannya kedua parpol ditakdirkan berkoalisi bersama-sama dengan Partai Gerindra dan PAN, maka semangat keindonesiaan, kebhinekaan dan saling menghargai bisa terus dijaga.
"Ketika Ustad Salim menjadi Menteri Sosial, beliau memberikan bantuan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar-golongan karena prinsip kebangsaan dan kerakyatan harus dijaga dalam satu nafas," ujarnya.
SBY mengaku pertemuannya dengan Salim Assegaf itu membuatnya bernostalgia ketika dirinya menjadi Presiden selama 10 tahun dan ketika dirinya menjadi capres di tahun 2004 serta 2009.
Dia masih ingat ketika tahun 2004 saat dirinya mencalonkan diri sebagau capres, PKS menjadi parpol pertama yang memberikan dukungan dan terulang ketika Pilpres 2009.
"Kami bernostalgia pimpin Indonesia, negara yang melakukan transformasi dan kemudian yang miliki keragaman baik dalam identitas dan harapan," ujarnya.
Dia mengatakan Demokrat memiliki prinsip, hal yang baik perlu dilanjutkan namun yang belum baik harus diperbaiki sehingga ketika Demokrat bersama tiga partai lainnya jadi berkoalisi maka perbaikan harus dilakukan.
Hal itu menurut dia merupakan hakikat pembangunan dan pemerintahan sehingga masyarakat senang dan memegang teguh moralitas serta etika politik.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: