Masyarakat Lombok belum berani kembali ke rumah
30 Juli 2018 18:47 WIB
Warga melintasi rumah-rumah yang rusak akibat gempa bumi di Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7/2018). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter Minggu (29/7/2018) kemarin telah mengakibatkan korban 15 orang meninggal dunia, 162 orang luka-luka serta ratusan rumah rusak. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, (ANTARA News) - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagian besar masih belum berani kembali ke rumah mereka masing-masing pasca terjadinya gempa bumi 6,4 skala richter pada Minggu (29/7).
"Karena masih trauma sebagian besar belum berani masuk ke rumah mereka. Mereka masih tinggal di lapangan, di pos-pos pengungsian," kata Sutopo di Graha BNPB, Jakarta, Senin.
Meski goncangan yang dialami warga hanya 10 detik, namun gempa merusak sejumlah rumah dan sebagian roboh.
"Banyak bangunan roboh menimpa warga," katanya.
Daerah yang mengalami dampak terparah akibat gempa tersebut yakni Lombok Timur dan Lombok Utara.
Sutopo menambahkan bahwa pada Senin(30/7) pagi pun masih terjadi gempa susulan. Tercatat ada sebanyak 276 kali gempa susulan dengan intensitas kecil.
Pada Minggu (29/7) pagi, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang wilayah Lombok, Sumbawa dan Bali.
BNPB mencatat hingga Senin(30/7) siang, korban tewas akibat bencana gempa bumi 6,4 SR, mencapai 16 orang dengan rincian empat orang meninggal di Lombok Utara, seorang meninggal di Gunung Rinjani dan 11 orang meninggal di Lombok Timur.
Adapun korban luka-luka di Lombok Utara dan Lombok Timur sebanyak 355 orang dan jumlah warga yang diungsikan sebanyak 5.141 orang.
Data sementara jumlah bangunan yang rusak di NTB tercatat mencapai 1.454 unit rumah, tujuh unit fasilitas pendidikan, lima unit fasilitas kesehatan dan 22 fasilitas ibadah.
Gubernur NTB Zainul Majdi telah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana di wilayahnya selama lima hari sejak 29 Juli hingga 2 Agustus 2018.
Penetapan masa tanggap darurat akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Baca juga: 180 personel evakuasi gerak cepat di Rinjani
Baca juga: Ratusan pendaki dan "porter guide" berhasil dievakuasi
Baca juga: WN Malaysia tewas tertimpa bangunan roboh di Lombok
"Karena masih trauma sebagian besar belum berani masuk ke rumah mereka. Mereka masih tinggal di lapangan, di pos-pos pengungsian," kata Sutopo di Graha BNPB, Jakarta, Senin.
Meski goncangan yang dialami warga hanya 10 detik, namun gempa merusak sejumlah rumah dan sebagian roboh.
"Banyak bangunan roboh menimpa warga," katanya.
Daerah yang mengalami dampak terparah akibat gempa tersebut yakni Lombok Timur dan Lombok Utara.
Sutopo menambahkan bahwa pada Senin(30/7) pagi pun masih terjadi gempa susulan. Tercatat ada sebanyak 276 kali gempa susulan dengan intensitas kecil.
Pada Minggu (29/7) pagi, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang wilayah Lombok, Sumbawa dan Bali.
BNPB mencatat hingga Senin(30/7) siang, korban tewas akibat bencana gempa bumi 6,4 SR, mencapai 16 orang dengan rincian empat orang meninggal di Lombok Utara, seorang meninggal di Gunung Rinjani dan 11 orang meninggal di Lombok Timur.
Adapun korban luka-luka di Lombok Utara dan Lombok Timur sebanyak 355 orang dan jumlah warga yang diungsikan sebanyak 5.141 orang.
Data sementara jumlah bangunan yang rusak di NTB tercatat mencapai 1.454 unit rumah, tujuh unit fasilitas pendidikan, lima unit fasilitas kesehatan dan 22 fasilitas ibadah.
Gubernur NTB Zainul Majdi telah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana di wilayahnya selama lima hari sejak 29 Juli hingga 2 Agustus 2018.
Penetapan masa tanggap darurat akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Baca juga: 180 personel evakuasi gerak cepat di Rinjani
Baca juga: Ratusan pendaki dan "porter guide" berhasil dievakuasi
Baca juga: WN Malaysia tewas tertimpa bangunan roboh di Lombok
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: