Gaikindo: efisiensi penggunaan B20 tidak terlalu signifikan
30 Juli 2018 17:34 WIB
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi (tengah) berfoto bersama para narasumber dalam konferensi pers praacara pameran otomotif akbar Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di Jakarta, Selasa (22/5/2018). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan efisiensi sebagai dampak dari penggunaan bahan bakar biodiesel campuran antara minyak solar dan 20 persen minyak sawit (B20) belum signifikan.
"Sampai saat ini penggunaan bahan bakar B20 telah dilaksanakan oleh truk dan bus, sejauh ini dampaknya tidak terlalu signifikan untuk operasional," kata Yohannes ditemui usai rapat koordinasi biodiesel di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin.
Ia mengungkapkan bahwa penerapan B20 memang menyebabkan sedikit penurunan dalam hal efisiensi, namun hal tersebut masih bisa ditolerir.
Selain itu, ujar dia, dampak dari penerapan B20 tersebut terhadap merek per merek juga dapat dikatakan berbeda-beda.
"Saat ini kami yakin untuk penggunaan truk-truk besar. Tetapi untuk kendaraan besar yang sifatnya non-PSO, ini yang mereka lebih sensitif," ujar Yohannes.
Pemerintah berencana merevisi Peraturan Presiden Nomor 61/2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang mewajibkan B20 kepada kendaraan yang mendapatkan subsidi (public service obligation/PSO).
Revisi Perpres tersebut nantinya akan mengatur cakupan perluasan penggunaan B20. Yohannes juga mengatakan bahwa bahan bakar B20 akan ditegaskan lagi penggunaannya.
Ia menyebutkan B20 akan dipergunakan secara meluas di Indonesia dan tidak lagi ditolerir untuk mempergunakan bahan bakar non-B20 nantinya.
"Sampai saat ini penggunaan bahan bakar B20 telah dilaksanakan oleh truk dan bus, sejauh ini dampaknya tidak terlalu signifikan untuk operasional," kata Yohannes ditemui usai rapat koordinasi biodiesel di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin.
Ia mengungkapkan bahwa penerapan B20 memang menyebabkan sedikit penurunan dalam hal efisiensi, namun hal tersebut masih bisa ditolerir.
Selain itu, ujar dia, dampak dari penerapan B20 tersebut terhadap merek per merek juga dapat dikatakan berbeda-beda.
"Saat ini kami yakin untuk penggunaan truk-truk besar. Tetapi untuk kendaraan besar yang sifatnya non-PSO, ini yang mereka lebih sensitif," ujar Yohannes.
Pemerintah berencana merevisi Peraturan Presiden Nomor 61/2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang mewajibkan B20 kepada kendaraan yang mendapatkan subsidi (public service obligation/PSO).
Revisi Perpres tersebut nantinya akan mengatur cakupan perluasan penggunaan B20. Yohannes juga mengatakan bahwa bahan bakar B20 akan ditegaskan lagi penggunaannya.
Ia menyebutkan B20 akan dipergunakan secara meluas di Indonesia dan tidak lagi ditolerir untuk mempergunakan bahan bakar non-B20 nantinya.
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018
Tags: