Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan kampanye gemar makan ikan (Gemarikan) guna mendorong peningkatan konsumsi ikan di tengah masyarakat, bersama dengan sejumlah atlet termasuk sprinter Lalu Muhammad Zohri.

"Yang kuat seperti Zohri, juara dunia kita, adik kita ini, sudah menjuarai lari 100 meter dunia di bawah usia 20 tahun, luar biasa. Rahasianya karena apa? Makan ikan," kata Menteri Susi dalam acara jalan sehat bersama atlet Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) di Jakarta, Minggu.

Menurut Menteri Susi, protein yang terbaik bersala dari ikan sehingga kepintaran dan kesehatan itu juga pasti karena makan ikan, seperti halnya Zohri.

Sebagaimana diketahui, Zohri adalah atlet asal Lombok Utara, Nusa Tengara Barat, yang menjadi juara dunia lari 100 meter U-20 di Finlandia, beberapa waktu lalu.

Zohri memaparkan, dari kecil dirinya memang sudah gemar makan ikan, terlebih tempat tinggalnya di Lombok berada di pinggir pantai dan ia terbiasa memanah ikan untuk dimasak.

"Saya lebih suka ikan daripada daging. Biasanya makan ikan kembung yang banyak di kampung saya sama ikan tongkol. Ikan banyak protein, biar cerdas biar pintar," kata Zohri.

Untuk itu, pelari yang sedang naik daun tersebut juga mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk dapat makan ikan biar sehat dan cerdas.

Berdasarkan Pemantauan Status Gizi Kemenkes Tahun 2017, status gizi Indonesia tercatat kekurangan gizi 17,8 persen; pertumbuhan stunting/kerdil 29,6 persen; dan kurus 9,5 persen. Angka stunting ini menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak tumbuh kerdil dan ini berpotensi menurunkan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.

Oleh karena itu, ikan menjadi solusi peningkatan gizi masyarakat utamanya pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK) dan perkembangan otak anak-anak di Bawah Dua Tahun (Baduta).

Ikan menjadi pilihan karena beberapa keunggulannya dibandingkan sumber protein lain di antaranya ikan halal dan dapat diterima semua kalangan; memiliki kandungan omega 3 tinggi yang baik untuk perkembangan mata, otak, dan jaringan syaraf (kandungan omega tertinggi: bandeng 27 mg/100 gram); komposisi asam amino lengkap, mudah dicerna dan diserap tubuh; kandungan zat besi tinggi untuk mencegah anemia (kandungan zat besi tertinggi: belut 2,0 mg/100 gram); bentuk, jenis, warna, rasa, dan ukuran yang beragam sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam produk; serta terjangkau bagi segala kelas ekonomi.

Upaya pemerintah untuk terus menggenjot angka konsumsi ikan sudah menunjukkan hasil. Konsumsi ikan nasional tahun 2014 yang sebesar 37,89 kg/kapita, naik menjadi 47,34 kg/kapita di tahun 2017, dan ditargetkan menyentuh angka 50,65 kg/kapita di tahun 2018 ini. Dengan angka ini, maka kenaikan angka konsumsi ikan nasional rata-rata per tahun dari periode 2014 - 2018 adalah sebesar 7,35 persen.