Lombok Timur (ANTARA News) - Sejumlah pendaki mengaku terjadi hujan batu dan longsor di sepanjang jalur pendakian menuju Gunung Rinjani pada saat terjadi gempa bumi 6,4 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Minggu pagi.
"Semua jalur pendakian sudah tertutup longsor dan sudah susah dilalui. Saya tidak ingat berapa titik yang terjadi longsor karena di dari atas juga terjadi hujan batu," ujar salah seorang porter Muhsan (40) saat baru turun dari Gunung Rinjani di pintu pendakian Bawak Nao di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Ia mengatakan, saat terjadi gempa hebat, ada 500 wisatawan sedang berada di atas pos Sembalun Lawang, sebelum lokasi menuju puncak Gunung Rinjani.
"Begitu gempa semua pendaki terjatuh, saking kerasnya getaran saat berada di atas punggungan Gunung Rinjani. Bahkan, masing-masing langsung lari menyelamatkan diri masing-masing. Sudah tidak ada yang urus teman," terangnya.
Baca juga: Jalur pendakian Rinjani ditutup akibat gempa
Baca juga: Polda NTB siapkan tenda darurat untuk korban gempa
Sementara itu, seorang pendaki asal Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Ahmad juga mengakui, ada lebih dari ratusan pendaki sedang berada di atas Gunung Rinjani saat terjadi gempa.
"Semua langsung turun ke bawah karena di atas terjadi tanah longsor disertai jatuhnya batu-batu," ucapnya.
Namun demikian, ia mengaku tidak mengetahui secara pasti. Apakah pendaki yang berada di atas Gunung Rinjani sudah turun semua atau tidak. Karena begitu terjadi gempa para pendaki langsung turun sambil berlari.
"Nah kalau soal itu saya kurang tahu pasti. Karena jumlah pendaki saja ada ratusan di atas, ada dari luar negeri dan dalam negeri," tandasnya.
Baca juga: Hingga tengah hari NTB sudah dilanda 104 kali gempa susulan
Baca juga: Gubernur NTB tetapkan tiga hari masa tanggap darurat gempa
Kesaksian pendaki Rinjani ketika gempa mengguncang
29 Juli 2018 14:27 WIB
Ilustrasi panorama Gunung Rinjani dari pelabuhan Kayangan, Selong, Lombok Timur, NTB. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: